- I.
ARTI KOMUNIKASI BUDAYA YANG EFEKTIF
Seluruh proses komunikasi pada akhirnya menggantungkan
keberhasilan pada tingkat ketercapaian tujuan komunikasi, yakni sejauh mana
para partisipan memberikan makna yang sama atas pesan yang dipertukarkan.
Itulah yang dikatakan sebagai komunikasi antarbudaya yang efektif, sering
disebut pula dengan efektivitas komunikasi antarbudaya.
Kata Gudykunst, jika dua orang atau lebih berkomunikasi
antarbudaya secara efektif maka mereka akan berurusan dengan satu atau lebih
pesan yang ditukar (dikirim & diterima) ; mereka harus bisa memberikan
makna yang sama atas pesan. Singkat kata, komunikasi yang efektif adalah
komunikasi yang dihasilkan oleh kemampuan para partisipan komunikasi lantaran
mereka berhasil menekan sekecil mungkin kesalahpahaman (Gudykunst, 1991,
hlm.24).
Everet Rogers dan Lawrence Kincaid juga mengatakan bahwa
komunikasi antarbudaya yang efektif terjadi jika muncul mutual understanding
atau komunikasi yang saling memahami. Yang dimaksudkan dengan saling
memahami adalah keadaan dimana seseorang dapat memperkirakan bagaimana orang
lain memberi makna atas pesan yang dikirim dan menyandi balik pesan yang
diterima. Satu hal yang patut diingat bahwa pemahaman timbal balik itu tidak
sama dengan pernyataan setuju, tetapi hanya menyatakan dua pihak sama-sama
mengerti makna dari pesan yang dipertukarkan itu (Rogers & Kincaid,
1981).
Efektivitas komunikasi antar budaya dapat meliputi beberapa
aspek, yakni :
- Komunikasi
yang efektif harus memperhatikan beberapa syarat, yaitu (1) jenis
keterampilan komunikasi seperti apakah yang paling banyak dibutuhkan (2)
jenis keterampilan berkomunikasi seperti apakah yang dirasakan paling
sulit, (3) jika ada kesulitan maka dimanakah seseorang dapat memperoleh
bantuan, dan (4) kapankah jadwal yang tepat untuk memperbaharui
keterampilan berkomunikasi.
- 2.
Kebanyakan komunikasi antar
budaya bersifat oral atau lisan. Karena itu, aktivitas komunikasi seperti
ini harus dapat menjawab beberapa pertanyaan mendasar : (1) what do you
want to say, (2) how do you want to say, (3) to whom you want to say it,
(4) to whom are you talking, dan (5) meta message.
- Efektifitas
komunikasi antar personal ditentukan oleh cara menghormati pribadi orang
lain, mendengarkan dengan senang hati, mendengarkan tanpa menilai,
keterbukaan terhadap perubahan dan keragaman, empati, bersikap tegas, dan
kompetensi komunikasi. Artinya, komunikasi antar budaya ditentukan pula
oleh faktor kebiasaan mendengar. Oleh karena itu, periksalah sikap
mendengarkan anda apakah termasuk dalam kategori poor listening habit
atau active listening habit.
- Konsep
diatas sama dengan kemampuan untuk memisahkan secara jelas cara-cara
mendeskripsi, interpretasi, dan cara mengevaluasi pesan ; kemampuan untuk
menggunakan umpan balik atau feedback ; kemampuan untuk mendengarkan
secara efektif ; kemampuan untuk bermeta-komunikasi.
- Pemahaman
terhadap variabel kognitif dan personal yang dipakai untuk menerangkan
komunikasi antar budaya yang efektif terinci atas :
- yang berorientasi pada perilaku kerja
antarbudaya
- Perilaku yang berorientasi pada self atau diri sendiri
- Etnosentrisme
- Toleransi terhadap situasi yang ambigu
- Empati
- Keterbukaan
- Kompleksitas kognitif
- Menyenangkan hubungan antar pribadi
- Kontrol personal
- Kemampuan inovatif
- Harga diri
- Daya serap informasi
- II.
BEBERAPA SYARAT BERKOMUNIKASI EFEKTIF ANTARBUDAYA
Kita mulai dengan menjelaskan prinsip (atau dalam banyak
kepustakaan komunikasi antarbudaya disebut sebagai aksioma) komunikasi
antarbudaya.
- 1.
Keinginan Menciptakan Iklim Komunikasi
Orang Mendambakan Komunikasi Antarbudaya yang Efektif
Banyak relasi sosial dan ekonomi terpaksa hilang hanya karena orang tidak
memberikan perhatian yang cukup mendalam atau karena orang tidak mengerti
kebudayaan orang lain, apalagi jika kurang terampil berkomunikasi antarbudaya.
Thibaut dan Kelley (1959) dalam teori pertukaran sosial mengatakan bahwa
perasaan tertarik dari orang lain kepada kita sangat tergantung pada sejauhmana
kita memberikan ganjaran sosial demi kepuasan hati orang lain. Ini tidaklah
berarti bahwa setiap orang yang berkomunikasi antarbudaya harus selalu bersifat
sosial, tetapi sekurang-kurangnya di balik kelakuan itu ada motivasi untuk
membangun relasi sosial melalui tampilan wajah yang bersahabat atau ungkapan
kata-kata yang santun. Semua itu perlu ditunjukkan untuk menampilkan kesan
bahwa kita hadir untuk memindahkan pesan dan sekaligus menciptakan relasi
sebagaimana yang disukai orang lain.
Variabel Iklim Komunikasi
Gudykunst (1977) mengatakan bahwa iklim komunikasi adalah suasana kebatinan
saat komunikasi itu berlangsung. Sekurang-kurangnya iklim komunikasi ditentukan
oleh 3 dimensi, yaitu perasaan positif, aras kognitif, dan aras perilaku.
Dimensi perasaan positif berisi perasaan adil, menyenangkan, aman, menerima,
dan tingkat kecemasan yang rendah.Dimensi kognitif meliputi derajat kepercayaan
yang kita bawa dalam suasana komunikasi, seperti adanya harapan, kepastian,
pemahaman, dan memenuhi hasrat ingin tahu.Dan dimensi perilaku terlihat dalam
tindakan dan ketrampilan anda waktu berkomunikasi melalui kata dan perbuatan.
Selain Gudykunst, Wiseman dan Hammer (1977) juga menegaskan bahwa untuk
mengatasi iklim komunikasi anda dapat menciptakan bentuk ‘kebudayaan ketiga’
yang lebih netral agar dua pihak bisa menerimanya. Harris dan Morran (1991)
menunjukkan beberapa indikasi terciptanya efektivitas komunikasi antarbudaya,
yaitu hadirnya iklim yang tidak mengancam, terbukanya pintu komunikasi, adanya
pengelolaan percakapan yang lebih baik, dan terwujudnya relasi yang memuaskan
dua pihak. Dengan kata lain, dalam rangka menciptakan ‘budaya ketiga’ itu kita
harus cepat mengidentifikasi faktor-faktor pembentuk iklim komunikasi yang
positif.
- Menjawab
Beberapa Pertanyaan Budaya Berkomunikasi
Tatkala berlangsungnya komunikasi antarbudaya maka aktivitas
komunikasi selalu diawali oleh perasaan bimbang tentang ‘siapakah sebenarnya
orang yang akan berkomunikasi dengan anda?’ jawaban atas pertanyaan itu adalah
dengan menentukan pilihan keterampilan berkomunikasi secara efektif.
Identifikasi Jenis Keterampilan Komunikasi
Periksalah diri anda melalui self concept, keterampilan mana
yang paling banyak dibutuhkan dalam komunikasi antarbudaya? Jika anda
berhadapan dengan seseorang yang datang dari latar belakang kebudayaan low
context culture, sementara anda sendiri datang dari kebudayaan high context
culture maka anda tidak perlu menguraikan pesan secara terinci. Ketrampilan
anda sangat ditentukan oleh bagaimana menyampaikan pesan secara ringkas, tidak
bertele-tele, sehingga maknanya mudah diterima tanpa ada perasaan bosan. Mereka
yang berasal dari budaya low context culture tak terlalu suka dengan rincian
pesan, mereka lebih suka kalau pesan yang disampaikan itu hanya garis-garis
besarnya saja. Begitu pula sebaliknya, apabila anda akan ikanmenyampaikan pesan
kepada orang dengan kebudayaan high context culture, maka anda harus
menyampaikannya secara terperinci.
Memastikan Jenis Ketrampilan Berkomunikasi
Pastikan jenis keterampilan berkomunikasi mana yang anda rasa paling sulit,
keterampilan itulah yang harus anda pelajari, lalu anda lakukan.Ketika
berhadapan dengan komunikan antarbudaya yang sangat mengutamakan senioritas
maka perhatikan kebiasaan berkomunikasi mereka, dengan membiarkan orang-orang
yang lebih tua berbicara lebih banyak dan lebih dahulu daripada anda yang lebih
muda.
Memahami Kebiasaan Berkomunikasi Lisan
Kebanyakan komunikasi antarbudaya bersifat lisan. Rencakan dengan seksama
tentang apa (pesan) yang ingin anda katakana. Apakah kata-kata, kalimat, dan
ungkapan pesan yang disampaikan itu diterima oleh komunikan antarbudaya.
Penting sekali bagi anda untuk memahami what do you want to say.
Tahap berikutnya adalah memahami bagaimana cara anda mengatakan.
Ada beberapa kebudayaan yang mengajarkan anggotanya untuk mengatakan sesuatu
secara langsung, namun sebaliknya ada juga yang lebih menyukai ungkapan tidak
langsung.Persoalannya disini adalah how do you want to say.
Aspek selanjutnya yang juga tak kalah penting ialah dengan siapa anda
berkomunikasi antarbudaya. Jadi, perhatian diletakkan pada to whom you want
to say it, to whom are you talking, dan metamessages yakni
memperhatikan pesan komunikasi yang mengutamakan aspek relasi antarbudaya.
Mendengarkan Secara Aktif
Salah satu syarat komunikasi antarpribadi yang efektif adalah mendengarkan
secara aktif.Jika selama ini para ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi
antarbudaya sebagai komunikasi antarpribadi dari komunikator ke komunikan yang
berbeda latar belakang budayanya maka komunikasi antarbudaya yang efektif juga
ditentukan oleh mendengarkan secara aktif. Hal ini penting untuk menunjukkan
pribadi anda yang selalu menghormati pribadi orang lain apa adanya, dan bukan
sebagaimana yang anda kehendaki. Anda diminta untuk mendengarkan dengan senang
hati dan mendengarkan tanpa menilai.Perilaku ini sekaligus menunjukkan bahwa
pelaku komunikasi antarbudaya menghargai keterbukaan terhadap perubahan dan
keragaman, juga berempati dengan komunikan.
Memanfaatkan Umpan Balik
Beth Haslett dan John Ogilvie (1988) mengemukakan bahwa
pemanfaatan umpan balik dalam berkomunikasi antarbudaya bermanfaat agar umpan
balik dapat diungkapkan secara langsung dan khusus serta didukung oleh
bukti-bukti; umpan balik sedapat mungkin memenuhi kebutuhan (menjawab maksud
pesan); umpan balik menjurus pada pemenuhan kebutuhan sekarang (jangan
membiarkan orang bertambah bimbang); jangan menambah kebingungan orang dengan
umpan balik negative (bereaksi dengan verbal maupun nonverbal), campurlah umpan
balik negative dengan positif; nyatakan umpan balik pada waktu yang tepat,
jangan menunda; nyatakan umpan balik secara tegas, dinamis, responsive dan
dengan gaya santai; umpan balik harus dapat dinyatakan secara jujur, adil, dan
dapat dipercaya oleh orang lain.
- 3.
Variabel Kognitif, Variabel Personal, dan Efektivitas Komunikasi
Antarbudaya
Komunikasi yang efektif akan membantu setiap orang untuk
mengembangkan relasi antarpribadi dalam tugas dan fungsinya, dalam pekerjaan,
dan sebagainya. Dalam komunikasi antarbudaya selalu muncul adagium tentang
kebimbangan terhadap komunikan, misalnya kita tidak mengenal secara baik
tentang orang lain, lawan bicara kita, dan keadaan lawan bicara kita tidak
dapat diramalkan, seringkali bersifat tidak bersahabat dan lainnya. Pemahaman
terhadap variabel kognitif dan personal yang dipakai untuk menerangkan
komunikasi antarbudaya yang efektif terinci atas beberapa indikator :
Desakan Perilaku yang Berorientasi pada Tugas
Masyarakat yang mempunyai konsep waktu polikronik cenderung melaksanakan banyak
tugas tanpa perencanaan berjadwal.Masyarakat seperti itu memahami relasi
antarmanusia dalam melaksanakan tugas bersifat personal, menghargai kebersamaan
(kolektif), dan sering mengabaikan relasi berdasarkan tugas (impersonal).
Sebaliknya, dalam masyarakat monokronik cenderung sangat taat pada ‘ kalender
kerja ‘, membina relasi berdasarkan tugas, sering sangat individual sehingga
menampakkan sifat impersonal.
Perilaku yang Berorientasi pada Diri
Kebalikan dari orientasi kerja (task oriented) adalah
orientasi pada diri sendiri (self oriented). Perilaku yang berorientasi
pada diri sendiri selalu mengutamakan dirinya.Komunikasi yang terlalu
berorientasi pada diri sendiri menimbulkan disfungsional yang tinggi.Komunikasi
yang berorientasi pada diri cenderung menempatkan seorang komunikator atau
komunikan menolak pesan-pesan yang dipertukarkan, tingginya derajat
etnosentrime, tingginya perasaan superior, dan saling merendahkan.Orientasi
seperti ini biasanya dimiliki oleh masyarakat yang lebih mengandalkan otak
daripada hati, mengutamakan rasio daripada emosi.
Etnosentrisme
Etnosentrisme adalah sikap menganggap kebudayaan sendiri
lebih unggul daripada kebudayaan orang lain. Jika dalam komunikasi antarbudaya
anda menampilkan sikap etnosentrisme, maka faktor tersebut merupakan hambatan
bagi penciptaan suatu komunikasi yang efektif.Perhatikanlah sasaran komunikasi
anda, apakah dia tergolong sebagai seseorang dengan derajat etnosentrisme yang
tinggi? Jika benar maka anda akan sukar memperoleh komunikasi antarbudaya yang
efektif karena apa yang anda katakan akan dianggapnya tidak ada.
Toleransi terhadap Keadaan Mendua
Kita harus menghadapi perbedaan budaya dengan sangat hati-hati.Dalam
kondisi seperti ini, kita sedang menghadapi suatu situasi yang ambigu, mendua
yang membuat kita tidak luwes dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, dianjurkan
anda untuk bersikap seluwes mungkin dan memperlakukan orang lain sebagaimana
apa adanya, jika perlu anda menyesuaikan diri dengan apa yang mereka butuhkan.
Empati
Sikap empati adalah sikap yang perlu dibangun melalui
peletakan diri kita kedalam hati orang lain. Bersikap empati berarti kita
memasuki ruang dan relung pikiran, perkataan, dan perasaan orang lain.
Komunikasi antarbudaya menuntut kita untuk memahami segala sesuatu dari mereka,
pandangan dan pendapat mereka yang kritis, inovasi yang mereka anjurkan,
perasaan suka dan duka yang mereka rasakan, hingga aktif dalam tindakan
bersama.
Keterbukaan
Berbagai penelitian, sebagaimana diungkapkan oleh De Vito,
mengemukakan bahwa gaya komunikasi antarpribadi yang terbuka dan luwes lebih
disukai dalam komunikasi manusia, keterbukaan merupakan faktor penting dalam
penciptaan dan pengembangan relasi yang maksimum.
Kompleksitas Kognitif
Kompleksitas kognitif berkaitan dengan kerumitan isi
pengetahuan tentang suatu pesan yang sedang dibicarakan, komunikasi antarbudaya
meliputi juga isi tema-tema yang disukai oleh kedua belah pihak.Kebanyakan
komunikasi menjadi tidak efektif lantaran orang tidak memperhatikan tema atau
isu pembicaraan.
Menyenangkan Hubungan Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi menjadi efektif kalau menyenangkan
dua pihak.Kadan-kadang kegembiraan mendorong orang untuk menerima informasi (meskipun
informasi itu salah).Upayakanlah komunikasi antarpribadi yang menyenangkan dua
pihak.
Daya Serap Komunikasi
Daya serap komunikasi merupakan satu variabel yang kerap
kali dilupakan sewaktu kita berkomunikasi. Terkadang kita kurang
memperhitungkan kemampuan orang lain, misalnya sampai berapa lama dia mampu
mendengarkan kita, sampai berapa lama dia mampu melihat kita. Setiap orang
dalam kebudayaannya memiliki kemampuan yang terbatas untuk bersikap toleran
terhadap perbedaan-perbedaan itu.
Efektif
|
Tidak Efektif
|
Mementingkan relasi antarmanusia,
kurang menekankan tugas.
|
Mengutamakan tugas, kurang
memperhatikan relasi antarmanusia.
|
Hanya sedikit menampilkan diri.
|
Terlalu banyak menonjolkan diri.
|
Etnosentrisme rendah.
|
Etnosentrisme tinggi.
|
Empati tinggi, mendengarkan.
|
Empati rendah, kurang
mendengarkan.
|
Toleransi tinggi pada keadaan yang
ambigu.
|
Toleransi rendah pada keadaan yang
ambigu.
|
Keterbukaan diri besar, dogmatism
rendah.
|
Keterbukaan diri kecil, dogmatism
tinggi.
|
Kompleksitas kognitif.
|
Kesederhanaan kognitif.
|
Suka pada relasi antarpribadi,
kejujuran, dan keadilan.
|
Kurang suka pada relasi
antarpribadi, kurang jujur dan kurang adil.
|
Kontrol pribadi tinggi, sikap
fatalisme yang rendah.
|
Kontrol pribadi rendah, tinggi
fatalismenya.
|
Inovasi yang tinggi dan harga diri
tinggi.
|
Inovasi dan harga diri yang
rendah.
|
Daya serap rendah.
|
Daya serap tinggi.
|
- III.
KATEGORI KEBIASAAN BERKOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Kebudayaan mewariskan kepada manusia sebuah identitas yang
disebut identitas budaya. Paradigma berikut ini dapat digunakan sebagai alat
untuk memahami makro budaya maupun mikro budaya orang lain. Kategori berikut
dapat digunakan sebagai studi atau uji coba dalam setiap kelompok orang yang
berkebudayaan berbeda dengan kita.
- 1.
Peka Ruang dan Peka Jarak
Komunikasi antarbudaya yang efektif menuntut orang untuk
peka terhadap ruang dan peka terhadap jarak.Yang
dimaksudkan dengan peka terhadap ruang dan jarak adalah pemahaman kita tentang
bagaimana seharusnya para peserta komunikasi memahami ruang dan jarak, antara
lain jarak fisik tatkala berlangsungnya komunikasi. Kerap kali lantaran kita
tidak mengetahui, memahami, atau mungkin sekali melanggar ruang atau jarak
fisik akan dapat menghasilkan kegagalan berkomunikasi, bahkan mungkin konflik
antarpribadi.
- 2.
Peka terhadap Budaya Komunikasi dan Berbahasa
Komunikasi antarbudaya yang efektif menuntut kita untuk
memahami bahasa, memahami komunikasi, serta memahami bahasa dan
komunikasi.Perbedaan antarbudaya (bahkan intrabudaya sekalipun) mempengaruhi
interpretasi atas makna pesan yang terkandung dalam bahasa, tanda, dan symbol
(baik verbal maupun nonverbal).
- 3.
Bisa Tampil dengan Pakaian Khas
Efektivitas komunikasi antarbudaya menuntut orang untuk
terlibat dalam tampilan dengan pakaian budaya orang lain. Dalam komunikasi
antarbudaya, salah satu cara untuk menciptakan komunikasi yang efektif adalah
memilih untuk tampil dalam kebudayaan material, misalnya mengenakan pakaian
dari budaya setempat.
- 4.
Dapat Mencicipi Makanan dan Minuman
Efektivitas komunikasi antarbudaya menuntut orang agar dapat
mencicipi makanan khas budaya orang lain, bahkan memasak dan cara
menyajikannya. Komunikasi antarbudaya yang efektif sering ditentukan oleh
ketersediaan anda untuk mencicipi dan makan makanan khas yang berasal dari
budaya lain. Dikarenakan beberapa kebudayaan tertentu menjadikan makanan dan
minuman sebagai wahana pemersatu, media pertemuan kelompok.
- 5.
Sadar atas Konsep Waktu
Komunikasi antarbudaya yang efektif menuntut kita agar peka
terhadap waktu dan meningkatkan kesadaran atas waktu. Tanggapan manusia
terhadap waktu berbeda-beda berdasarkan latar belakang budaya
- 6.
Peka terhadap Hubungan
Efektivitas komunikasi antarbudaya menuntut setiap orang
yang berkomunikasi untuk peka terhadap hubungan (relationships).Setiap
kebudayaan menetapkan dengan pasti dan tetap bagaimana seharusnya manusia
berhubungan dalam berbagai konteks. Konteks itu bisa meliputi keluarga (inti
dan luas), usia, jenis kelamin, status social, kekuasaan, dan kebijaksanaan.
Pelajarilah konsep-konsep relasi itu sekaligus perbedaan-perbedaan yang
menentukan derajat jauh-dekatnya relasi tersebut karena setiap relasi
berimplikasi pada kekuasaan dan kewenangan tertentu.
- 7.
Peka terhadap Nilai dan Noma
Sukses komunikasi antarbudaya dapat dicapai hanya jika anda
dapat memahami dan menjalankan norma-norma budaya komunikan. Perbedaan
antaretnik, antarras menggambarkan pula perbedaan nilai dan norma melalui
orientasi hidup mereka.
- 8.
Peka terhadap Kepercayaan dan Sikap
Komunikasi antarbudaya yang efektif ditentukan oleh
bagaimana orang memahami kepercayaan dan sikap kebudayaan orang lain. Pergaulan
dengan orang-orang dari suku bangsa maupun agama yang lain ditentukan oleh
sejauh mana anda menunjukkan sikap peka dan kepedulian terhadap kepercayaan
orang lain.
- 9.
Memahami Kebiasaan Bekerja
Dimensi lain untuk menggambarkan budaya kelompok dan sikap
antarbudaya adalah melalui pemahaman terhadap konsep kerja. Kerja dapat
didefinisikan sebagai setiap bentuk usaha atau ikhtiar yang secara langsung
menghasilkan sesuatu.
Kebudayaan tertentu melihat pekerjaan sebagai sesuatu yang
memasukkan pendapatan, atau mungkin suatu jenis pekerjaan hanya dipandang
sebagai status, atau mengutamakan pekerjaan sebagai pelayan Tuhan, atau hanya
sekedar menggambarkan komitmen moral.
- 10.
Memahami Sistem Ekonomi
System ekonomi suatu kebudayaan berisi pengaturan cara suatu
masyarakat memproduksi, mendistribusikan, menjual, membeli, kredit dan
sebagainya. Seringkali kita melakukan kerjasama ekonomi melintasi batas budaya
sehingga pemahaman terhadap system ekonomi menjadi sangat penting didasari oleh
system budaya ekonomi.
- 11.
Memahami Sistem Politik
System politik mengandung pembagian kekuasaan untuk
memerintah, mengatur, mengelola pemerintahan, dan perwakilan rakyat.Terdapat
perbedaan antarbudaya, antarbangsa sekaligus konsep mengenai besarnya wewenang
dan kekuasaan untuk memerintah rakyatnya.
- 12.
Memahami Sistem Kesehatan
Kebudayaan juga memberikan peluang bagi kita untuk
mempelajari konsep tentang sakit, termasuk di dalamnya bagaimana cara mencegah,
mengobati, menghalau kekerasan, dan mengatasi kecelakaan. Beberpa masyarakat
modern menggantungkan seluruh perawatan kesehatan pada dokter, rumah sakit atau
spesialis medis.Namun pada masyarakat tertentu, masih banyak orang sakit yang
bergantung pada dukun, jampi-jampi, para normal, atau meramu daun dan akar
sebagai obat-obatan tradisional.
- 13.
Memahami Sistem Rekreasi
Konsep rekreasi berkaitan erat dengan bagaimana sosialisasi
dalam suatu masyarakat tentang penggunaan waktu luang.Apa yang mungkin sekali
dalam satu kebudayaan dianggap sebagai permainan, di budaya lain belum tentu.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Komunikasi merupakan aktifitas yang selalu dilakukan oleh
manusia selama masih hidup dan berhubungan dengan manusia lainnya. Dalam proses
komunikasi tersebut manusia sangat mendambakan komunikasi yang lancar dan
efektif, agar tidak terjadi kesalahpahaman yang menjurus pada konflik.
Dan pada hakekatnya seluruh keberhasilan proses komunikasi
pada akhirnya tergantung pada efektifitas komunikasi. Yakni sejauh mana para
partisipan nya memberi makna yang sama atas pesan yang dipertukarkan. Pada
gilirannya latar belakang budaya partisipan senantiasa berbeda walau sekecil
apapun perbedaan itu akan sangat menentukan efektivitas itu. Oleh karenanya
memahami makna budaya dan segala yang terakit dengan itu merupakan sesuatu yang
mutlak dilakukan demi tercapainya komunikasi yang efektif.
Sumber :
Liliweri MS, Alo.2003. Makna Budaya dalam Komunikasi
Antar Budaya.Yogyakarta : LKIS.
Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Yogy
Pengertian Iklim
Komunikasi
Iklim Komunikasi terdiri dari duia kata, yaitu Iklim dan Komunikasi. Iklim adalah Suasana seseorang kepada orang lain. Sedangkan komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan oleh seorang kepada orang lain.
Komunikasi dipahami sebagai penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan dapat berhasil baik apabila ada saling pengertian antara pihak pengirim dan penerima informasi.
Secara pragmatis komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik secara lisan, maupun tidak langsung melalui pendapat.
Dalam pengertian yang luas, komunikasi tidak hanya sebagai pertukaran informasi antar individu, melainkan juga antar kelompok dan masyarakat luas mengenai tukar menukar data, fakta, maupun ide/gagasan.
Iklim Komunikasi adalah suasana lingkungan atau Komunikasi yang menjadi faktor penentu berlangsungnya komunikasi terdiri dari empat macam yaitu :
Iklim Komunikasi terdiri dari duia kata, yaitu Iklim dan Komunikasi. Iklim adalah Suasana seseorang kepada orang lain. Sedangkan komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan oleh seorang kepada orang lain.
Komunikasi dipahami sebagai penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan dapat berhasil baik apabila ada saling pengertian antara pihak pengirim dan penerima informasi.
Secara pragmatis komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik secara lisan, maupun tidak langsung melalui pendapat.
Dalam pengertian yang luas, komunikasi tidak hanya sebagai pertukaran informasi antar individu, melainkan juga antar kelompok dan masyarakat luas mengenai tukar menukar data, fakta, maupun ide/gagasan.
Iklim Komunikasi adalah suasana lingkungan atau Komunikasi yang menjadi faktor penentu berlangsungnya komunikasi terdiri dari empat macam yaitu :
1.
Lingkungan
fisik menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa terjadi apabila
tidak ditemukan rintangan fisik, misalnya geografis
2.
Lingkungan
sosial budaya menunjukkan faktor social, budaya, ekonomi, dan politik yang bisa
menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya, bahasa, percakapan, adat
istiadat dan status social
3.
Dimensi
psikologi adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi
misalnya, menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain, dimensi
psikologi ini sering disebut dengan dimensi internal.
4.
Dimensi waktu
menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi, banyak
proses komunikasi tertentu karena pertimbangan waktu missal, karena cuaca atau
musim
1.
Apa itu Efektivitas Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antarmanusia, termasuk komunikasi antarbudaya,
selalu mempunyai tujuantertentu yakni menciptakan komunikasi yang efektif melalui
pemaknaan yang sama atas pesan yang dipertukarkan. Secara umum, sebenarnya
tujuan komunikasi antarbudaya antaralain untuk menyatakan identitas sosial dan
menjembatani perbedaan antarbudaya melalui perolehan informasi baru,
mempelajari sesuatu yang baru yang tidak pernah ada dalamkebudayaan, serta
sekedar mendapat hiburan atau melepaskan diri. Komunikasi antarbudayayang
intensif dapat mengubah persepsi dan sikap orang lain, bahkan dapat
meningkatkankreativitas manusia.Menurut William Howell (1982), setiap individu
mempunyai tingkat kesadaran dankemampuan yang berbeda-beda dalam berkomunikasi
antarbudaya. Tingkat kesadaran dankemampuan itu terdiri atas empat kemungkinan,
yaitu:1)
Seseorang sadar bahwa dia tidak mampu memahami budaya orang
lain. Kesadaran inidapat mendorong orang untuk melakukan eksperimen bagi
komunikasi antarbudaya yangefektif.2)
Dia sadar bahwa dia mampu memahami budaya orang lain.
Kesadaran akan kemampuanitu dapat mendorong untuk memahami, melaksanakan,
memelihara dan mengatasikomunikasi antarbudaya.3)
Dia tidak sadar bahwa dia mampu memahami budaya orang lain.
Dia sebenarnya mampu berbuat untuk memahami orang lain, dan mungkin orang
lain menyadari perilakukomunikasi dia.4)
Dia tidak sadar bahwa dia tidak mampu menghadapi perbedaan
antarbudaya.Seseorangsama sekali tidak menyadari bahwa sebenarnya dia tidak
mampu menghadapi perilaku budaya orang lain.Peraga 16.1 dapat memudahkan
pembagian kesadaran dan kemampuan seseorang dalammenghadapi perbedaan
antarbudaya.
Peraga 16.1Hubungan Atara Kesadaran dan Kemampuan Berkomunikasi
Antarbudaya
You're reading a free preview.
Pages 2 to 9 are not shown in this preview.
Pages 2 to 9 are not shown in this preview.