MENU

Thursday, January 28, 2016

Proposal PROFIL KOMUNIKASI INTERNAL DI DALAM KOMUNITAS MADRIDISTA BANDA ACEH

KATA PENGANTAR

oleh Ade Putra Setiawansyah 

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. sehingga saya dapat menyelesaikan tugas penelitian saya dengan bentuk kualitatif yang berjudul “ PROFIL KOMUNIKASI INTERNAL DI DALAM KOMUNITAS MADRIDISTA BANDA ACEH”.mudah-mudahan Allah SWT meridhoi proposal ini demi kemudahan dalam proses pembelajaran dan ada berkah tersendiri bagi mahasiswa lainnya.
Shalawat serta salam tak lupa kita kirimkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, beseta keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Penulisan Makalah proposal ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah metodelogi penelitian.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan proposal ini. Harapan penulis semoga proposal  ini dapat memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan kepada semua mahasiswa yang berada di Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Arraniry Banda Aceh.





Banda Aceh, 15 Januari 2016


     Ade Putra Setiawansyah





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI              ..............................................................................................   ii

BAB I PEDAHULUAN                     
A. Latar Belakang Masalah    .....................................................................    1  
B. Rumusan Masalah              .....................................................................    4
C. Tujuan Penilitian                .....................................................................    4
D. Mamfaat Penelitian            .....................................................................    4
E. Sistematika Pembahasan    .....................................................................    5

BAB II KAJIAN PUSTAKA                       
A. Definisi Konsep                 .....................................................................   7
B. Kerangka Pikir Penelitian   .....................................................................  12

BAB III METODE  PENELITIAN

A. Metode Penelitian              ....................................................................  13
B. Pendekatan Penelitian        ....................................................................  13
C. Jenis Penelitian                   ....................................................................  14
D. Subjek                                ....................................................................  14
E. Objek                                  ....................................................................  15
F. Lokasi Penelitian                ....................................................................  15
G. Jenis Data                           ....................................................................  15
H. Sumber Data                      ....................................................................  16

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A.    Tahapan penelitian            ....................................................................  17
B.     Tehnik Pengumpulan Data  .................................................................  18
C.     Tehnik Analisis Data         ....................................................................  19
D.    Tehnik Pemeriksaan Keabsahan Data      ............................................  21

BAB V PENUTUP
A.    Kesimpulan                       .....................................................................
B.     Saran                                 .....................................................................
DAFTAR PUSTAKA                                    ......................................................................   23



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan salah satu bentuk kegiatan umat manusia yang paling penting. Tidak ada manusia yang tidak menjalankan komunikasi karena komunikasi adalah perlambangan dari adanya kehidupan didalam masyarakat bersangkutan[1]. Begitu juga dengan suatu organisasi yang membutuhkan komunikasi untuk melakukan interaksi dengan orang-orang didalamnya.

Suatu organisasi merupakan suatu sistem terbuka yang dinamis yang menciptakan dan saling menukar pesan diantara anggotanya. Karena gejala menciptakan dan menukar informasi ini berjalan terus-menerus dan tidak ada hentinya maka dikatakan sebagai suatu proses dalam komunikasi organisasi. Untuk berkomunikasi seseorang harus sanggup menyusun suatu gambaran mental, memberi gambaran itu nama dan mengembangkan suatu perasaan terhadapnya. Komunikasi tersebut efektif kalau pesan yang dikirim itu diartikan sama dengan apa yang dimaksud oleh pengirim.

Dalam komunikasi organisasi kita mempelajari ciptaan dan pertukaran pesan dalam seluruh organisasi. Pesan dalam organisasi ini dapat dilihat menurut beberapa klasifikasi, yang berhubungan dengan bahasa, penerima yang dimaksud, dan arus tujuan.[2] Organisasi disini sama halnya dengan sebuah kelompok atau komunitas, seperti komunitas atau kelompok suporter. Keberadaan pendukung atau suporter merupakan salah satu pilar penting yang wajib ada dalam suatu pertandingan sepak bola agar suasana tidak terasa hambar dan tanpa makna. Kehadiran suporter dalam mendukung suatu kesebelasan sangat terasa efeknya dalam mengobarkan semangat tanding dalam diri pemain. Kita mengenal nama-nama suporter fanatik klub-klub besar seperti Milanisti (AC Milan), Liverpudlian (Liverpool), Interisti (Inter Milan) dan lain-lain.

Di Indonesia, kita mengenal SKULL supporter kutaraja untuk lantak laju atau sering juga di juluki laskar rencong (Persiraja banda aceh), Aremania (Arema Malang), Jakmania (Persija), Bonek Mania (Persebaya), dan lain-lain. Para suporter tersebut muncul dengan berbagai aksi yang teatrikal, seperti kostum dan atribut yang mencolok, dan gaya dukungan berupa nyanyi-nyanyian pendek dengan gerakan tubuh.[3]

Kota Banda Aceh merupakan salah satu barometer sepak bola Indonesia dan telah memiliki sejarah yang panjang di blantika sepak bola. Seperti persiraja banda aceh yang memiliki supporter dengan julukan para SKULL untuk lantak laju atau laskar rencong. Namun tak hanya itu saja, para pencinta sepak bola yang tinggal di seramoe mekkah  ini, banyak juga terdapat supporter dari pecinta bola di Liga-liga Eropa seperti Manchester United, barcelona, paris saint germain, ajax amsterdam, Chelsea, Arsenal hingga real madrid. Dan inilah yang menjadi salah satu alasan berdirinya komunitas Madridista Fans Real Madrid di Tanah Rencong (Pena Real Madrid de Indonesia Regional Aceh)[4]

Madridista fans real madrid di Banda Aceh berisi penggemar sepak bola asal Spanyol Real Madrid. Awal tahun 2010  anggota yang mengikuti acara nobar  (nonton bareng pertandingan lansung real madrid di warung kopi yang menjadi basecamp bagi fans madrid yaitu di salah satu warung kopi yang bernama te_em kupi yang terletak di daerah lampineung Banda Aceh) , kegiatan bermain  futsal sesama madridista banda aceh cukup banyak hingga mencapai 50 sampai 60 anggota dan bahkan beberapa kali memenangi turnamen futsal itu sendiri, tidak hanya itu madridista Banda Aceh juga melalukan kegiatan sosial sesama fans, seperti melakukan kegiatan bakti sosial, penggalangan dana untuk gaza Palestina dan doa bersama, kegiatan bersepada dan lari bersama fans, dan bahkan  mendonorkan darah.


Madridista Banda Aceh mempunyai beberapa kegiatan seperti nonton bareng, futsal , dan kegiatan sosial. Setiap acara tersebut tentunya membutuhkan kerjasama yang baik antara pengurus maupun anggota. Oleh karena itu keduanya juga dituntut untuk saling berkomunikasi, sehingga komunikasi tersebut terjalin hanya melalui media sosial pribadi maupun milik komunitas. Walaupun komunikasi tidak terjadi secara langsung, namun dengan pemanfaatan media sosial tersebut komunikasi dapat berjalan dengan efektif.[5]
Fenomena seperti inilah yang menggambarkan betapa pentingnya arti sebuah komunikasi internal. Sehingga proses pertukaran pesan satu pihak ke pihak lain dapat diterima dengan baik dalam melakukan aktivitas komunikasi. Dalam hal ini yang terlibat adalah pengurus komunitas madridista Banda Aceh dan anggotanya.

Penelitian ini dilakukan untuk menela’ah dan mencari tahu proses komunikasi Internal komunitas Madrista Banda Aceh. Hal ini dikarenakan sebagai wujud kepedulian dan solidaritas Madrista Banda Aceh sebagai supporter fanatik yang berada di Banda aceh, serta bisa meningkatkan rasa eksistensi karena mampu menyumbangkan informasi dan pengetahuan dalam hal keilmuan, khususnya Ilmu Komunikasi.



B. Rumusan Masalah Penelitian

Berangkat dari fenomena diatas mengenai internal komunitas Madridista Banda Aceh maka peneliti merumuskan permasalahan yaitu: bagaimana profil komunikasi internal Madridista Banda Aceh Antara pengurus dengan anggota dan sebalikya?




C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas peneliti mempunyai tujuan untuk : mengetahui profil komunikasi internal Madridista Banda Aceh, baik komunikasi pengurus dengan pengurus, pengurus dengan anggota dan anggota dengan anggota.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini terbagi dalam dua kategori, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun manfaat dari kedua uraian tersebut antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a.       Memberi sumbangan pemikiran pada bidang ilmu komunikasi
b.      Dapat dijadikan sumber data dan informasi pada pengaplikasian ilmu komunikasi
c.       Melahirkan pengetahuan baru yang bersifat ilmiah

2. Manfaat Praktis
                                                             a.      Memiliki pemahaman tentang penyusunan laporan penelitian secara analitis, praktis, dan sistematis
                                                            b.      Menambah ketelitian dalam pendeskripsian data kualitatif
                                                             c.      Memberi masukan kepada komunitas Madridista Banda Aceh dalam menjalin komunikasi



E. Sistematika Pembahasan

Dalam mengemukakan pembahasan terhadap permasalahan yang dianggap dalam penelitian ini, peneliti menyusun sistematika pembahasan yang terbagi dalam lima bab yang terdiri dari :

1.      BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab pertama ini, peneliti menyajikan beberapa sub bahasan, di antaranya adalah konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian hasil penelitian terdahulu, definisi konsep, kerangka pikir penelitian, dan metode penelitian.

2.      BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Bab ini tentang kajian pustaka yang terdiri dari komunikasi internal yang berhubungan dengan komunikasi vertical dan komunikasi horizontal serta komunikasi kelompok, dan proses komunikasi komunitas Madridista Banda Aceh. Point ke dua yaitu membahas teori system dan teori informasi organisasi.

3.      BAB III : METODE PENELITIAN


Bab selanjutnya yakni bab ketiga merupakan bab pengambaran hasil penelitian, berisi tentang deskripsi subjek, objek, dan lokasi penelitian. Dan juga menyertakan alasan dijadikannya sebagai lapangan penelitian.

4.      BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA


Penyajian dan analisis data menyajikan analisis data yang telah di gambarkan di bab sebelumnya. Kemudian dari analisis tersebut menemukan beberapa point penelitan yang akan dibandingkan dengan teori yang relavan.

5.      BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini, ada dua sub bab. sub bab yang pertama ialah kesimpulan dimana yang berisi tentang akhir dari penelitian ini. Kemudian sub bab yang ke dua adalah saran yang berisi tentang permohonan saran dari berbagai pihak untuk melengkapi dan menyempurnakan penelitian ini.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Konsep.
1. Komunikasi

Kata komunikasi berasal dari kata latin cum yaitu kata depan yang berarti dengan, bersama dengan, dan unus yaitu kata bilangan yang berarti satu. Dari kedua kata ini terbentuk kata communion yang dalam Bahasa Inggris menjadi communion yang berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. Karena untuk ber- communion diperlukan usaha dan kerja, dari kata itu dibuat kata kerja communicare[6], yang bermakna berbagi atau menyampaikan berita, pesan, informasi, dan perasaan kepada orang lain.[7]

komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung.[8] Komunikasi adalah suatu interaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan
(1) membangun hubungan antar sesama
(2) melalui pertukaran informasi
(3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain
(4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.[9]






2. Komunikasi Internal
komunikasi internal didefinisikan oleh Lawrance D. Brennan sebagai” interchange of idea among the administrators and particular structure (organization)and interchange of ideas horizontally and vertically within the firm which gets work done (operation and management).” (pertukaran gagasan diantara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan yang menyebabkan terwujudnya perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan struktur yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertical didalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung”.[10] Bentuk Komunikasi Internal Bentuk transformasi komunikasi internal dalam organisasi dapat berbentuk :
2.1. Komunikasi Vertikal
1) Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah.
2)  Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyedia).

2.2. Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi diantara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama[11].

3. Madridista Banda Aceh

 Madridista Banda Aceh dengan kata lain Indonesia Pena Real Madrid de Indonesia Regional Aceh. Sebuah komunitas yang berisi sekumpulan pecinta klub sepak bola la liga spanyol yakni Real Madrid. Madridista Banda Aceh berdiri dibawah naungan madridista indonesia (MI) yang berpusat di ibukota Jakarta. Walaupun demikian Madridista Banda Aceh ini mempunyai wewenang untuk membentuk dan mengelola apa saja yang menjadi keputusan dan program yang dijalankan oleh para Madridista Banda Aceh ini. Komunitas ini mempunyai julukan “Madridista Indonesia (MI) regional Banda Aceh” atau “madridista regional atjeh”. Berawal dari dibentuknya suatu media grup Facebook yang pada mulanya bernama Madridista Indonesia Regional Aceh pada 18 Februari 2010, Ihsan Maulana selaku pendiri grup mencoba untuk menyatukan para penggemar Real Madrid (Madridista) yang berada di Banda Aceh dalam sebuah komunitas yang terkoordinir dengan baik.[12]
Hal  ini tentunya tidak mudah dan membutuhkan waktu beberapa bulan untuk menyatukan Madridista dalam suatu wadah yang dari sanalah komunitas ini saling bersilaturahmi dan mengadakan event-event seputar Real Madrid. Menyadari antusias masyarakat yang biasanya nonton di warung-warung kopi setiap Real Madrid berlaga dan dukungan dari salah satu pengurus Madridista Indonesia Pusat (Adi Dwijayadi), Ihsan semakin bersemangat membentuk komunitas Madridista di Kota Serambi Mekah ini.
Tidak mau ketinggalan dengan MI Regional lainnya yang tersebar di seluruh Indonesia, untuk pertama kalinya pada tangga l9 Mei 2010 diadakanlah nonton bareng partai La Liga Real Madrid vs Athletico Bilbao di bawah bendera MI Banda Aceh walaupun yang hadir cuma 5 orang.[13]
Hingga tulisan ini dipublish, jumlah anggota yang terdata telah mencapai 60an anggota dan cukup banyak event-event yang telah terselenggara. Diantaranya : ngumpul bareng / kopi darat,melakuakan kegiatan sosial, member futsal dan tentunya nonton bareng disetiap Real Madrid berlaga baik di La Liga maupun Liga Champion
Tidak hanya itu sesuai dengan perkembangannya pada akhir tahun 2012 Komunitas pendukung klub sepakbola Real Madrid di Aceh atau Madridista Indonesia Regional Aceh, melakukan penggalangan dana untuk membantu warga Palestina yang sedang menghadapi serangan dari Israel. Dana yang terkumpul akan disalurkan melalui KNRP Aceh (Komite Nasional untuk Rakyat Palestina), guna disampaikan langsung kepada warga Palestina di Gaza.
Presidente Madridista Indonesia Regional Aceh, Syeh Syairazi, dalam siaran persnya kepada Serambinews.com Rabu (28/11/2012) mengatakan, penggalangan dana untuk Palestina ini dilakukan dengan bermacam cara, termasuk dengan menggelar doa dan zikir bersama, di Masjid Agung Al Makmur Lampriet, Senin (26/11/2012) lalu.
“Sesuai dengan temanya Madridista Pray for Palestine, acara ini dikhususkan untuk mendoakan kaum Muslimin di Palestina yang saat ini sedang berada dalam tekanan zionis Israel,” kata dia. 
Syairazi mengatakan, acara doa dan zikir untuk Palestina ini dimulai setelah Shalat Maghrib. Diawali tausyiah oleh Ustadz Danu dan ditutup dengan doa serta zikir bersama. “Jama’ah Shalat Magrib sangat antusias ikut acara ini, meski hujan mengguyur kota Banda Aceh. Para jama’ah tidak hanya diramaikan oleh Madridista saja, namun juga dari 11 komunitas Fans Cub sepakbola yang dan masyarakat kota Banda Aceh.
“Meskipun kami dari komunitas fans club sepakbola, tetapi kami tidak melupakan problematika yang sedang menimpa saudara-saudara Muslim di Palestina. ‘Madridista Pray for Palestine’ merupakan bentuk dukungan dari kami kepada rakyat Palestina atas penjajahan yang dilakukan oleh zionis Israel,”  imbuh Syeh Syairazi.
Ia menyebutkan, dana yang terkumpul pada acara tersebut berjumlah Rp 467.000. “Insya Allah jumlah sumbangan akan terus bertambah, karena komunitas Madridista  Indonesia Regional Aceh pada saat itu masih membuka waktu kepada seluruh anggotanya dan pihak lain yang ingin berpartisipasi.
Hal tersebut menggambarkan bahwah solidaritas hubungan sosial yang diperlihatkan oleh para komunitas madridista tidak hanya dalam bentuk kesenangan bersama atau menghabiskan waktu dalam hal olahraga ,kumpul/ngopi bareng saja,akan tetapi para madridista dituntut untuk mempunyai sikap sosial yang tinggi terhadap yang membutuhkan pertolongan.
Komunitas ini bisa mendapatkan anggota yang lumayan banyak dikarena mereka selalu memberikan tentang komunitas ini dibeberapa media social. Komunitas ini mempunyai kegiatan tetap seperti nonton bareng (nobar), futsal, kegiatan sosial dan Gathnas (Gathering Nasional).
Jadi komunikasi internal Madridista Banda Aceh adalah sebuah pertukaran ide dan gagasan yang dilakukan oleh pengurus dengan anggotanya dengan tujuan untuk menciptakan keharmonisan organisasi dan mencapai kesuksesan bersama.

B. Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan skema yang dibuat oleh penulis dibawah, dijelaskan bahwa komunikasi internal antara pengurus dengan pengurus, dan komunikasi antara pengurus dengan anggota, berjalan sesuai dengan bagaimana semestinya. Yakni menerima pesan yang disampaikan serta memberikan umpan balik terhadap pesan yang diterima. Sehingga dapat merubah sikap, pendapat dan perilaku penerima, sehingga mengurangi kesalahpahaman dalam komunikasi internal.

Gambar 1 :
Skema Pemikiran Penelitian


Pengurus madridista banda aceh

Anggota madridista banda aceh

Teori Sistem


Teori Informasi Organisasi


Komunikasi Internal

 
















BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian

Metode dalam suatu penelitian merupakan upaya agar penelitian tidak diragukan bobot kualitasnya dan dapat dipertanggung jawabkan validitasnya secara ilmiah. Untuk itu dalam bagian ini memberi tempat khusus tentang apa dan bagaimana pendekatan dan jenis penelitian, obyek penelitian, jenis dan sumber data, tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik keabsahan data.


B. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitaitif. Ada beberapa ahli (pakar) mengemukakan definisi penelitian kualitatif, antara lain: Menurut Bogdan dan Taylor, yang dikutip oleh Moleong menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan kewajaran atau sebagai mana adanya, dengan tidak dirubah dalam bentuk symbol atau bilangan, sedangkan perkataan penelitian pada dasarnya berarti rangkaian kegiatan atau proses pengungkapan rahasia sesuatu yang belum diketahui dengan mempergunakan cara kerja atau metode yang sistematik, terarah, dan dapat dipertanggung jawabkan.[14]

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapat pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian, dan kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut. [15]

C. Jenis Penelitian

Penelitian bersifat deskriptif yang menggambarkan gejala sosial dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Dan lebih menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah (naturalistis setting). Peneliti bertindak sebagai pengamat. Ia hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasinya. Penelitian kualitatif menggunakan teori sebagai acuan atau pedoman dalam melakukan penelitiannya, bukan menguji teori seperti pada penelitian kuantitatif.[16]

D. Subjek

Subyek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang dijadikan informan dalam penelitian, yaitu sebagian anggota komunitas Madridista Banda Aceh dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut :
1. Anggota yang memiliki kartu member / non member
2. Anggota yang menjadi pengurus
3. Anggota yang aktif datang disetiap acara nonton bareng
4. Anggota yang aktif datang disetiap acara futsal
5. Anggota yang mengikuti gathering nasional


E. Objek

Objek dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan ilmu komunikasi, bagaimana komunitas Madridista Banda Aceh ini melakukan proses komunikasi dengan ilmu-ilmu komunikasi internal dalam menangani internal melalui media komunikasi sosial.
F. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah warung-warung kopi atau cafe yang menjadi markas madridista yang ada di Banda Aceh. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah menurut pengamatan peneliti, Madridista Banda Aceh merupakan sebuah komunitas yang memiliki komunikasi internal yang cukup baik.

G. Jenis Data

Jenis data ada dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang dihimpun secara langsung dari sumbernya yang berbentuk opini subjek secara individual atau kelompok, dan hasil observasi terhadap karakteristik benda (fisik), kejadian, kegiatan, dan hasil suatu pengujian tertentu. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi lansung tentang proses komunikasi internal komunitas Madridista Banda Aceh  yaitu dengan cara wawancara dengan beberapa pengurus dan anggota komunitas Madridista Banda Aceh yang telah memenuhi kriteria sebagai informan dalam penelitian ini.
Sedangkan data sekunder adalah data-data yang didapat dari bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah. Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, studi histories, dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara lansung dengan dengan beberapa pengurus dan anggota komunitas Madridista Banda Aceh yang telah memenuhi kriteria sebagai informan dalam penelitian ini.





H. Sumber data

Informan adalah orang yang benar-benar tahu dan terlibat dalam subyek penelitian tersebut, peneliti memastikan dan memutuskan siapa orang yang dapat memberikan informasi yang relevan yang dapat membantu menjawab pertanyaan peneliti. Disini peneliti menggunakan teknik snowball sampling dalam menentukan siapa informan yang hendak diwawancarai agar tetap focus dalam penelitian dan sesuai dengan tujuan penelitian.

























BAB VI
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Tahapan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini ada tiga tahap yang harus dilalui yaitu :
 (1) tahap pra-lapangan.
 (2) tahap pekerjaan lapangan.
 (3) tahap penulisan laporan.

Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh sebagai berikut :

1.1. Pra-Lapangan

Dalam kegiatan pra lapangan ini meliputi kegiatan menyiapkan proposal penelitian, dilaksanakan pada bulan Desember minggu pertama; melakukan konsultasi fokus penelitian dilakukan pada bulan Desember minggu kedua dan ketiga; memilih dan menentukan informan, dilaksanakan pada bulan Desember minggu ketiga dan keempat; dan mulai menjajaki lapangan pada minggu keempat bulan Desember.

1.2. Pekerjaan Lapangan

Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan dari referensi buku yang berkaitan dengan komunikasi internal komunitas, dilakukan pada minggu pertama Bulan Januari; melakukan observasi pada minggu kedua; melakukan wawancara dan dokumentasi oleh beberapa pengurus dan anggota Madridista Banda Aceh
1.3. Tahap penulisan laporan

Penulisan laporan penelitian dilaksanakan mulai 2017 mendatang.

B. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu langkah dalam metode ilmiah melalui prosedur sistematik, logis, dan proses pencarian data yang valid, baik diperoleh secara langsung (primer) atau tidak langsung (seconder) untuk keperluan analisis dan pelaksanaan pembahasan (process) suatu riset secara benar untuk menemukan kesimpulan, memperoleh jawaban (output) dan sebagai upaya untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi oleh peneliti.[17]
1.1. Observasi

Karl Weick mendefinisikan observasi sebagai “pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme, sesuai dengan tujuan-tujuan empiris”. Observasi berguna untuk menjelaskan, memberikan dan merinci gejala yang terjadi.
Peneliti melakukan observasi disaat para pengurus dan anggota madridista Banda Aceh berkumpul di café, tepatnya di “ te_em kupi ” lampineung Banda Aceh untuk menyaksikan nonton bareng, serta kesolidan dan kebersamaan yang tumbuh ketika mereka berkumpul dan berkelompok demi mendapatkan tujuan yang sama yaitu mengharapkan kemenangan dan sportifitas yang harus di raih oleh real madrid dalam setiap pertandingan yang akan dihadapi dan hal tersebut menjadi kebanggaan tersendiri bagi para madridista Banda Aceh.

1.2. Wawancara mendalam

Wawancara, menurut Lexy J Moleong (1991:135) dijelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud-maksud tertentu. Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung ( face to face) untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian.[18]
Tujuan peneliti menggunakan metode ini, karena untuk memperoleh data secara jelas dan kongkret dengan memanfaatkan pendekatan antarpribadi agar sang informan mampu menginformasikan segala sesuatu yang ia ketahui tentang proses komunikasi internal kelompok Indospurs Surabaya dan bagaimana mereka menjalin komunikasi tersebut serta media komunikasi apa yang digunakan untuk menjalin komunikasi internal.
1.3. Dokumentasi

Pengumpulan data dokumen merupakan metode yang digunakan peneliti untuk menelusuri data histories yang berisi sejumlah fakta yang berbentuk dokumen, hal ini sebagai pelengkap data penelitian, data sebagai penunjang dari hasil wawancara dan observasi.
Dalam teknik ini, peneliti mendapatkan data-data yang berupa dokumentasi foto, video dan dokumen-dokumen yang ada sebagai kelengkapan penelitian ini.

C. Tehnik Analisis Data

Terdapat tiga jalur analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman, 1992). Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data model alur, yang terdiri atas
(1) Reduksi data
(2) Penyajian Data
(3) Penarikan Kesimpulan.

Adapun alasan peneliti memilih teknik analisa data ini adalah untuk memudahkan peneliti dalam menyusun atau mengolah data serta mengelompokkan dan mengarahkan data yang telah didapat sesuai dengan focus-fokus penelitian.

Peneliti mendapat data melalui hasil wawancara dengan informan serta hasil pengamatan observasi dilokasi penelitian, data mula-mula belum tersusun dengan rapi dan tidak terkonsep. Untuk memudahkan peneliti menganalisa data, maka data-data yang didapatkan disusun ulang secara rapi, dipilah-pilah dan dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan data focus penelitian.
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif: (1) teks naratif: berbentuk catatan lapangan (2) matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Bentuk-bentuk ini menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga memudahkan untuk melihat apa yang sedang terjadi, apakah kesimpulan sudah tepat atau sebaliknya.melakukan analisis kembali.


Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut ditulis tidak terstruktur dan tidak terkonsep hanya berupa catatan untuk mengingat-ingat saja, melalui alat bantu wawancara. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan mengubah hasil catatan tersebut untuk diubah menjadi tulisan rapi yang terkonsep dan terstruktur dengan baik. Lalu peneliti mengelompokan tulisan tersebut berdasarkan uraian kategori, tema dan pola jawaban.

Setelah itu peneliti akan menggali dan menggabungkan dari sumber data yang tersedia melalui sumber referensi dari buku-buku literatur yang mendukung objek penelitian, serta mencari data tambahan dengan melakukan observasi lapangan untuk memperoleh data yang konkrit dan valid tentang segala sesuatu yang diteliti.

D. Tehnik Pemeriksaan Keabsahan Data
Subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan keabsahan data, yaitu:
1.1. Kredibilitas

Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya. Beberapa kriteria dalam menilai adalah lama penelitian, observasi yang detail, triangulasi, per debriefing, analisis kasus negatif, membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member check. Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu:

1.      Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data    yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden, dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.
2.      Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.

3.      Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian-pengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada data, serta dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data.











DAFTAR PUSTAKA

~Nikmah, Hadiati. (2010). Sistem Komunikasi Indonesia.penerbit: Pasuruan Lunar Media, jakarta.
~Anung, Handoko. ( 2008). Sepak Bola Tanpa Batas: City of Tolerance. penerbit : Kanisius,Yogyakarta.
~Agus m. Hardjana. (2007). Komunikasi Itrapersonal & Interpersonal.penerbit: Kanisius, Yogyakarta.
~Y. Maryono, & B. Patmi Istiana. (2008) Teknologi Informasi & Komunikasi. penerbit :Yudhistira Ghalia Indonesia, Bandung.

~Onong Uchjana Effendy. (2008) . Dinamika Komunikasi. Penerbit : Remaja Rosdakarya, Bandung.
~Lukiati Komala.(2009). Ilmu Komunikasi – Perspektif, Proses, dan konteks. penerbit :Widya Padjadjaran, Bandung.
~Onong, Uchana Efendy. (2005). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung.
~R. Wayne Pace & Don F. Faules. (2010). Komunikasi Organisasi Strategi meningkatkan Kinerja Perusahan. penerbit: PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
~Moh. Kasiram. (2010) Metodologi Penelitian Kualitatif – Kuantitatif. Penerbit: Maliki Press, Malang
~Rosady Ruslan. (2003). Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. penerbit: Raja Grafindo Persada, Jakarta
~Jalaluddin Rakhmat. (1995). Metode Penelitian Komunikasi. penerbit: Remaja Rosdakarya, Bandung.
~Lexy J Moleong. (1991). Metode Penelitian Kualitatif. penerbit: Remaja Rosda Karya, Bandung.




[1]Nikmah, Hadiati. Sistem Komunikasi Indonesia. (Pasuruan: Lunar Media. 2010). Hal. 55 
[2] Ibid hal, 106-107
[3] Anung, Handoko. Sepak Bola Tanpa Batas: City of Tolerance. (Yogyakarta: Kanisius. 2008). hal 34-35
[4] Pengamatan awal peneliti atas isu terkait keadaan di madridista regional  Banda Aceh diperoleh dari pendiri grup melalui facebook Ihsan Maulana (18/12/2015)
[5] Keterangan dari anggota Madridista Banda Aceh, yang masih aktif. informasi ini didapat saat peneliti ngobrol santai dengan anggota tersebut, di saat setelah acara nonton bareng, yang diselenggarakan di te_em kupi lampineung. (03/12/2015)
[6] Agus m. Hardjana. Komunikasi Itrapersonal & Interpersonal. (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal. 10
[7] Y. Maryono, & B. Patmi Istiana, Teknologi Informasi & Komunikasi. (Yudhistira Ghalia Indonesia, 2008), hal. 03
[8] Onong Uchjana Effendy. Dinamika Komunikasi. (Bandung : Remaja Rosdakarya. 2008) hal. 3-4
[9] Lukiati Komala. Ilmu Komunikasi – Perspektif, Proses, dan konteks. (Bandung : Widya Padjadjaran. 2009). hal 73
[10] Onong, Uchana Efendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung:2005) hal 122
[11] R. Wayne Pace & Don F. Faules.Komunikasi Organisasi Strategi meningkatkan Kinerja Perusahan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010) . hlm, 195
[12] Keterangan dari anggota Madridista Banda Aceh, yang masih aktif. informasi ini didapat saat peneliti ngobrol santai dengan anggota tersebut, di saat setelah acara nonton bareng, yang diselenggarakan di te_em kupi lampineung (30/12/2015)
[13] Keterangan dari anggota Madridista Banda Aceh, yang masih aktif. informasi ini didapat saat peneliti ngobrol santai dengan anggota tersebut, di saat setelah acara nonton bareng, yang diselenggarakan di te_em kupi lampineung (30/12/2015)

[14] Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif – Kuantitatif, (Malang:Maliki Press, 2010), Hal : 176
[15] Rosady Ruslan. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. (Jakarta : RajaGrafindo Persada. 2003) hal 212-213
[16] Jalaluddin Rakhmat. Metode Penelitian Komunikasi. (Bandung : Remaja Rosdakarya. 1995). hal 25.
[17] Rosady Ruslan. Metodologi Penelitian Public Relations dan Komunikasi.(Jakarta : RajaGrafindo Persada. 2004) hal 27
[18] Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991)



Tujuh Dosa Besar Jurnalisme (Seven deadly sin of journalism)

Beberapa hari ini saya kembali merenung karena tulisan seorang guru saya. Dia yang saya sebut guru ini melalui tulisan-tulisannya yang sederhana dan bermakna dalam memang selalu membuat saya tertegun dan melakukan perenungan. koreksi diri istilah kerennya.
Tulisan yang membuat saya tertegun kali ini adalah ocehan di social media tentang  melakukan ‘dosa besar’ saat menjadi jurnalis. Tulisannya sontak mengingatkan saya pada sebuah buku karya bang Pepih Nugraha tentang  Citizen Journalism.  Ada bab dalam buku itu yang menyinggung khusus tentang tujuh dosa besar dalam jurnalisme[i] yang sering dilakukan, baik disadari maupun tidak, oleh seorang jurnalis. Saat saya melakukan browsing di Internet, ternyata sangat banyak ‘dosa’ itu dilakukan oleh para peselancar di dunia maya. Tidak hanya oleh para ‘citizen journalist’, tapi juga para jurnalis resmi dari institusi media resmi.  Saya bahkan mendapat kesan, mereka menulis tanpa mempertimbangkan tata sopan santun berinternet[ii] . 

 “Dosa-dosa” itu adalah:


1.       penyimpangan informasi
2.       dramatisasi fakta
3.       serangan privasi
4.       pembunuhan karakter
5.       eksploitasi seks
6.       meracuni pikiran anak
7.       penyalahgunaan kekuasaan


saya ingin merinci sedikit dosa-dosa besar yang berbahaya ini. Mudah mudahan dapat berguna bagi kita semua, mengingatkan agar lebih bijaksana saat ingin menjadi jurnalis.


1.      Penyimpangan Informasi

Kalau pewarta warga (citizen journalist) memasukan banyak opini dan informasi yang belum terverifikasi dalam tulisannya, tentu masih dapat dimaklumi, tapi jika media profesional dengan institusi resmi juga memasukkan informasi yang belum jelas, tentu itu bukan masalah sepele. Alkisah sebuah media online memberitakan tentang seorang buruh pabrik bernama Saih menemukan satu tas uang berisi 435 juta rupiah. Alih alih mengambilnya, ia malah mengembalikan kepada orang yang berhak; seorang bendahara yang menjatuhkan uang gaji karyawan perusahaan yang baru diambilnya.  Cerita berakhir happy ending, Saih diberi sepuluh juta dan sang bendahara selamat dari pemecatan. 

 Tentunya berita tersebut menarik perhatian banyak orang.  Di zaman edan seperti ini, saat sang wakil  rakyat hobi menghambur hambur uang yang diwakili, saat petugas malah memeras para pembayar pajak, dan nyaris semua hal memerlukan upeti demi kelancaran; kejujuran terasa lebih berkilau dari emas. Wajar kalau berita tersebut menyentuh hati banyak orang. 

Sayangnya berita itu ternyata tidak seluruhnya benar.

Ada banyak versi yang beredar dari media online itu. Versi yang kemudian dikutip banyak anggota forum sosial di internet (diantaranya bahkan forum kompas dan kaskus)  yang berpikir sederhana, bahwa kalau sebuah berita muncul di media massa resmi pasti sudah terverifikasi kebenarannya.  

Ceritanya makin simpang siur. Bahkan diantara sesama media online pun berbeda.  Seorang jurnalis televisi pun penasaran dan mencoba menelusuri cerita sebenarnya. Segera setelah selesai ia memberi tahu saya, bahwa cerita yang sesungguhnya berbeda. Saih, sang buruh memang benar-benar jujur mengembalikan tas yang ditemukannya. Penerimanya juga bendahara sebuah pabrik.  Itu benar. Tapi yang lainnya seperti mengarang indah.

Sebenarnya tas yang ditemukan Saih tidak berisi ratusan juta seperti kabarnya, tapi hanya berisi 900 ribu uang milik sang bendahara. Sisanya adalah slip gaji karyawan yang memang totalnya mencantumkan 400an juta.  Saih hanya menerima uang jasa sekadarnya dari sang bendahara,  bukan 10 juta rupiah. Intinya, berita awal disebuah media massa online itu menyimpangkan informasi demi sesuatu; entah dramatisasi, atau pemanjaan khayalan romantis sang reporter.

Menyakitkan buat saya yang juga sempat menjadi jurnalis, karena ini adalah institusi/media massa resmi yang membuat kesalahan ini. Dulu saya dicekoki bahwa menurut Joseph Pulitzer  salah satu ‘bapak’ jurnalisme dunia,  yang terpenting dalam jurnalisme  ada tiga hal. Yaitu:  Akurasi,  Akurasi dan Akurasi..
Penyimpangan informasi ini sangat mungkin terjadi, mungkin dalam rangka mencari dramatisasi suatu kejadian, mempertegas kesalahan salah satu pihak atau bahkan supaya menarik perhatian dan bisa ditayangkan oleh sang editor. Kesalahan ini sering dialami, dan tidak disadari oleh para jurnalis. Padahal tanpa membelokkan informasi pun, seringkali kekeliruan terjadi.  Misalnya, kalau anda membaca tulisan saya dan tidak familiar dengan berita itu, maka mungkin sekali anda akan menyangka bendahara yang saya sebut diatas adalah seorang pria. .. dan saya tidak berniat menyimpangkan informasi apapun.

Beberapa link yang saya bahas diatas ada dibawah ini:
http://forum.kompas.com/nasional/231738-contohlah-kisah-prt-di-depok-yang-temukan-rp-435-juta-mengembalikannya.html
http://www.kaskus.co.id/thread/50fe5592562acf981d000006/contohlah-kisah-prt-di-depok-yang-temukan-rp-435-juta-amp-mengembalikannya/
http://forum.detik.com/penemuan-tas-di-depok-detik-vs-okezone-400jt-vs-900rb-t613547.html

       2. dramatisasi fakta


Drama memang menarik perhatian. Baik di media tulisan ataupun (apalagi!) di media audio visual. Hal itu menyebabkan banyak orang (baca: jurnalis) berusaha mencari unsur drama dalam beritanya. Tentunya hal itu tidak dilarang, karena dalam nilai berita yang diajarkan di kampus-kampus pada para calon dosen dan jurnalis muda juga selalu ada nilai Human Interest dan Drama. Kalau ada sebuah peristiwa yang punya nilai dramatis tinggi berarti memang nilai beritanya akan ikut melonjak, Itu bukan masalah, yang jadi masalah adalah saat orang berusaha menambahi drama pada sebuah berita yang fakta-faktanya sendiri kurang jelas.

Contoh paling nyata adalah berita bunuh diri, di koran atau di televisi sering ada tulisan atau narasi yang berlebihan mendramatisasikan peristiwa bunuh diri itu. Misalnya dalam tulisan di sebuah media online ini.   

PEKANBARU- Tim SAR berhasil mengevakuasi jenazah Ahmad Afandi (25) di tepian Sungai Siak, Pekanbaru, Riau. Korban diduga bunuh diri dengan terjun ke sungai karena frustasi tidak bisa melanjutkan pendidikan Strata 2 (S2).
Penemuan jenazah pemuda yang baru lulus sarjana oleh tim SAR itu dibantu masyarakat sekira pukul 10.00 WIB. Jenazah ditemukan di dekat jembatan Siak III Pekanbaru atau sekira 3 kilometer dari lokasi terjunnya Afandi di Sungai terdalam di Indonesia itu.
"Korban ditemukan oleh warga tersangkut kapal dengan posisi telungkup," kata Kapolsek Sektor Kawasan Pelabuhan Pekanbaru, AKP Hermawi, Rabu (6/3/2013) di lokasi.
Kapolsek mengatakan bahwa korban terjun  ke Sungai Siak pada Minggu, 3 Maret 2013 sekira pukul 20.00 WIB.
Setelah ditemukan, tim SAR bersama pihak Kepolisian langsung mengevakuasi korban. Selanjutkan korban dibawa ke rumah duka di Perumahan Putri Tujuh,Panam Pekanbaru.
"Motif sesungguhnya mengapa korban nekat terjun masih kita selidiki," imbuhnya.
Sumber:  http://surabaya.okezone.com/read/2013/03/06/340/771999/pria-ini-bunuh-diri-karena-frustasi
Djoni Kusbiono, seorang  praktisi Periklanan, menulis: “Bohong dan dramatisasi memang jelas berbeda. Bohong berarti, fakta tersebut tidak ada alias tanpa fakta. Sedangkan dramatisasi berarti, fakta tersebut ada narnun disampaikan secara berlebihan.[iii]”

Dalam Contoh,  sang penulis seolah tahu persis alasan orang yang tewas itu membunuh diri, padahal di bagian akhir polisi pun masih mencoba menyelidiki.  Memang ada fakta bahwa orang yang mati baru lulus kuliah dan gagal mendapatkan beasiswa ke jenjang berikut. Dengan (hanya) berbekal data itu, penulis membuat dugaan bahwa itu adalah alasannya untuk bunuh diri. Ia mendramatisasi fakta yang ada.
Kalau memang ada yang menduga bahwa orang yang tewas itu bunuh diri karena tak bisa melanjutkan S2, maka sebaiknya orang yang menduga itu juga dimasukkan ke kutipan. Itu cara menulis berita yang lebih baik.

Lain lagi dramatisasi di sebuah media cetak harian yang sering dianalogikan sebagai koran kuning, dengan judul-judul provokatif dan ‘lebay’ mereka berusaha menarik minat para pembacanya.  Fenomena itu juga sempat dibahas oleh Iwan Awaluddin Yusuf dalam blog[iv]nya. Salah satu bahasannya saya kutipkan disini:
berita berjudul “Burung Mau Matuk, Istri Ngantuk, Yang Punya Burung Ngamuk” berikut.

“…Malam itu, Suminah sudah pulas tidur. Apalagi, seharian penuh mengurus rumah dan anak-anak…Suminah pun dibangunkan. Tapi karena sudah telanjur pulas, Suminah tak juga bangun. Padahal, malam itu Rahman sedang on alias sedang kepingin. Mungkin kalau Rahman itu Ahmad Dhani, dia tak ragu berteriak. “Aku sedang ingin bercinta!”.
Tapi Suminah sudah terlanjur malas. Rahman terus memaksa. Dan Suminah pun marah sambil menggerutu. Mendengar itu, rahman tak suka. Biarpun tengah malam, mereka cuek saka ribut mulut. Saling memaki dan makin lama suara mereka makin keras. Sampai akhirnya, “Plakkk!” Tangan Rahman sudah mendarat di pipi Suminah.
Kali ini Suminah tak bisa menahan air matanya. Melihat istrinya menangis. Rahman makin semangat. Dia terus memukuli Suminah seperti Mike Tyson memukuli lawan-lawannya yang gendut. Tak peduli Suminah menangis, rahman malah cuek saja memegangi tangan Suminah. Dan “Krakk” tangan Suminah pun dipelintir… (LM, 9 Agustus 2008)”
Menarik memang gaya penulisannya.  Menarik karena seolah-olah bercerita, tapi jadi mengurangi akurasi karena dramatisasi berlebihan pada fakta-fakta yang didapat. Berita mengenai sebuah kekerasan dalam rumah tangga malah menjadi cerita ringan ditangan penulis ‘berita’ ini.  Tentunya dramatisasi yang berlebihan juga terjadi di media televisi dan radio. Lihat daja, ada beberapa stasiun televisi yang tidak sungkan memberikan backsound musik pada berita-berita mereka. Kalau berita sedih maka musik pun mendayu-dayu, saat berita kriminal backsound pun berubah seperti film laga. Bahkan ada petinggi televisi berita yang beranggapan, kalau berita yang bagus harus didramatisasi... 


3.      serangan pada privasi
Pada dasarnya semua orang (bahkan penjahat, artis, koruptor dan pejabat) punya hak pribadi yang harus dihargai, sayang media massa sebagai salah satu institusi yang seharusnya paling mengerti hal itu malah kerap mengabaikannya. 

Coba saja tonton televisi saat ini, berapa banyak televisi yang dalam berita kriminalnya berusaha menutupi wajah sang tersangka pelaku kejahatan. Padahal mereka baru tersangka, belum terbukti melakukan kesalahan.  Tapi itu belum seberapa, lihat berapa banyak media televisi mengabaikan hak-hak korban kejahatan asusila, bahkan anak anak.  Walaupun mengambil wajahnya dari belakang, tapi dengan jelas menyebutkan sekolah dan kelasnya. Dengan gamblang juga memampangkan wajah sang tersangka, padahal kebanyakan tersangka pelaku adalah orang dekat korban. Belum lagi saat mewawancara ayah atau ibu korban.  Tentunya setelah menonton berita itu, semua teman dekat, tetangga, kawan sekolah dan keluarga langsung tahu siapa korban itu.

Jadi perlindungan macam apa terhadap privasi korban itu? bukannya dilindungi, ia malah menjadi korban kedua kalinya.

Saya bahkan tak mau lagi detil membahas perlakuan pekerja infotainmen kepada narasumbernya. Hakikatnya saya memang tidak menganggap teman teman itu sedang menjalankan tugas jurnalistik, jadi saya tidak akan repot repot membahas pelanggaran mereka.


4.      Pembunuhan karakter
Menurut Dr. Erman Anom, MM  pengajar komunikasi di Universitas Esa Unggul, Jakarta. Pembunuhan karakter  ini umumnya dialami secara individu, kelompok atau organisasi/ perusahaan, yang diduga terlibat dalam perbuatan kejahatan. Praktek ini biasanya dilakukan dengan mengeksploitasi, menggambarkan dan menonjolkan segi/sisi “buruk” mereka saja. Padahal sebenarnya mereka memiliki segi baiknya.
Dalam Jurnalisme pembunuhan karakter sering terjadi saat media membahas tentang kesalahan-kesalahan seseorang atau sekelompok orang. Untuk memperkuat berita mereka, seringkali para jurnalis melakukan penyelidikan yang searah dengan bagian paling heboh dalam berita itu. 

Saat seorang dokter di sebuah rumah sakit dituduh membuat cacat seorang bayi oleh orang tua bayi itu, para jurnalis berduyun duyun datang. Mereka mulai menggali-gali keburukan dari sang dokter, rumah sakit tempat kejadian dan korban-korban lain yang pernah dikecewakan oleh rumah sakit itu. Tujuannya memang memperkuat berita yang diperoleh, tapi informasi yang dicari dengan gaya itu hanya akan menghasilkan informasi yang senada; menjelekkan dokter atau rumah sakit tersebut.  

Lain lagi kasus Aceng, sang bupati Garut. Awalnya berita tentangnya adalah kasus kawin siri yang berakhir dalam 3 hari, dan rentetan berita itu berakhir dengan cap tukang kawin dan suka melecehkan wanita.  Diluar bukti-bukti yang dikumpulkan para jurnalis, berita yang susul menyusul dan nyaris semuanya negatif tentang Aceng, telah membunuh karakternya sebagai politisi senior. Aceng yang tadinya adalah politikus yang cukup baik (terbukti bisa mencapai jenjang bupati) sampai tak lagi laku, bahkan saat mendaftar menjadi caleg sebuah parpol baru.

Sebenarnya sudah ada cara yang pas untuk mencegah terjadinya berita satu arah yang menuju pada pembunuhan karakter ini;  namanya Balance Reporting. Dengan menjalankan itu, jurnalis bisa tetap menjaga beritanya tetap benar dan berimbang.  Beri kesempatan seimbang antara berita yang positif dan negatif tentang suatu hal, biar masyarakat yang menarik kesimpulan. 


       5.       eksploitasi seks
Seks memang selalu jadi daya tarik bagi media. Tak perlu membuka majalah atau koran, cukup berjalan ke stand penjual koran dan perhatikan display mereka.  Perhatikan bahwa di hampir semua majalah dan sebagian koran ada gambar yang mengeksploitasi sensualitas. Perhatikan juga bahwa banyak judul yang dibuat bombastis, provokatif bahkan vulgar secara seksual.

Bukan hanya koran dan majalah, buka juga situs situs berita online. Buka bagian hot gossip, berita entertainmen dan selebritis.  Gambar-gambar sensual mengundang niscaya memenuhi monitor anda. Belum lagi iklan-iklan dikanan kirinya yang juga mengeksploitasi seks dan sensualitas.
Buka juga bagian berita metro. Lihat bagaimana berita pencabulan, pelecehan,  perkosaan dan razia warung remang remang selalu muncul.  Saksikan juga di berita berita televisi –terutama saat malam hari- entah kenapa berita-berita sejenis muncul. Beberapa teman produser malah yakin bahwa pria, sasaran audience berita-berita malam itu, selalu tertarik dengan kasus perkosaan, pencabulan maupun razia para pekerja seks.

Tak tahu pendapat itu benar atau tidak, tapi saya sendiri muak dan merasa jijik kalau melihat berita pencabulan murid oleh guru,  perkosaan anak oleh kenalan di facebook atau berita berita sejenis.  Menurut saya, kemunculan berita yang mengeksploitasi seks tanpa pertimbangan matang dan sekedar mencari cerita heboh, pada gilirannya akan mempengaruhi pemirsanya.
Dalam tulisan lain mengenai bunuh diri, saya menyampaikan bahwa media massa terutama televisi mampu memicu pembenaran

Siaran yang berulang-ulang tentang suatu tindakan membuat masyarakat menjadi lebih toleran, dan pada gilirannya menganggap tindakan itu layak dipertimbangkan. Bahkan seolah-olah siaran tersebut memberi ide pada orang-orang yang sudah memiliki kecenderungan menyetujui arah tindakan tersebut. Contoh sederhananya peristiwa kawin cerai di kalangan artis yang sangat sering diberitakan media, lambat laun dianggap wajar, dan bukan lagi sebuah aib bagi seorang artis untuk kawin cerai. Kalau dulu bercerai konsekuensinya sangat berat dalam masyarakat, kini kawin cerai hanya sekedar peristiwa biasa. Bayangkan apa yang akan terjadi kalau yang disiarkan berulang-ulang adalah pencabulan anak oleh orang-orang yang seharusnya melindunginya.

       6.       meracuni pikiran anak



Seperti apa yang digolongkan meracuni pikiran anak? Kalau dari tayangan televisi saja mungkin saya akan berkata; sinetron, infotainment dan film anak-anak yang menghalalkan kekerasan, sihir dan adegan pacar-pacaran yang berlebihan antara dua anak dibawah umur.  Tapi yang sedang kita bicarakan adalah jurnalistik, jadi saya tidak akan berkata seperti itu.

Banyak sekali cara meracuni pikiran anak-anak, mulai dari iklan sampai tulisan jurnalistik. Racun yang disampaikan juga bukan hanya berbentuk pornografi atau konsumerisme, tapi juga pemakluman dan perusakan nilai/norma yang dianut anak-anak itu. Tengok beberapa contoh berita ini:

http://katakabar.com/2013/04/12/ngerihnya-negeri-ini-anak-bunuh-diri-karena-tak-bisa-sekolah
http://www.tribunnews.com/2010/07/01/anak-ancam-bunuh-diri-jika-tak-diterima-di-sekolah-favorit
http://rctinews.okezone.tv/play/42988/orang-tua-tak-punya-biaya-anak-bunuh-diri?r=241

Beberapa berita tentang anak yang bunuh diri gara-gara tak bisa sekolah, menyakiti hati saya. Berita tersebut seolah membuat anak yang bunuh diri adalah korban, dan tidak bisa sekolah adalah penyebabnya.  Berita berita seperti ini seolah menafikan bahwa sekolah adalah sesuatu yang wajib dan sangat penting, bahkan dibandingkan nyawa.  Beberapa berita yang terus di follow up, mencerminkan anak yang bunuh diri adalah korban.. tidak bersalah… terpaksa melakukan bunuh diri karena haknya sekolah tak diberikan. Luar biasa! Bunuh diri adalah salah, tak bisa sekolah bukan akhir dunia, itu nilai nilai yang ditanamkan pada saya sejak kecil.
Dan itu baru salah satu contoh. 

Jargon kuno: “bad news is good news”  membuat banyak jurnalis memilih memberitakan kesedihan kesengsaraan dengan negatif. Menghilangkan optimisme dan kemampuan berpikir positif.
Buat saya, itu juga racun yang sangat berbahaya bagi generasi penerus bangsa..



     7.   Penyalahgunaan kekuasaan

Disaat pemerintah Indonesia sangat peduli pada pencitraan, media masa (dan jurnalis sebagai pelakunya) mendapat suntikan kekuatan yang sangat besar. Media seperti  punya kekuatan untuk menentukan nasib seseorang. Saat seorang selebritis atau pemimpin politik terkena masalah,  media bisa jadi pemangsa yang sangat kejam atau justru tameng yang sangat kuat.
Pencitraan jadi senjata utama. Tak masalah melakukan kawin cerai, memukuli kekasih atau bahkan membohongi public, selama didukung oleh media.  

Tak heran banyak politisi berupaya memperoleh akses ke Media Massa. Penguasaan media jelas akan meningkatkan prosentase keberhasilannya. Tentunya itu adalah penyalahgunaan kekuasaan media. Rasanya bukan rahasia lagi persaingan politik dan pengaruh sudah merasuk ke media.
Akibatnya, jurnalis yang notabene hanyalah buruh di media tempatnya bekerja juga terseret. Jurnalis yang bekerja disebuah media akan dipaksa  membela pemiliknya, menghindari berita yang menyakiti pemiliknya dan mem blow up berita yang merusak saingan sang pemilik.

Contohnya? Silahkan nonton saja televisi berita….

Itu adalah 7 dosa besar Jurnalis yang sering terjadi dan masih terjadi. Saya juga tak luput dari dosa-dosa seperti itu.  Dengan mengerti dosa-dosa itu, mudah mudahan para jurnalis (baik yang memiliki institusi resmi ataupun pewarta yang warga) dapat menghindari, atau paling tidak meminimalisasi kesalahan serupa.

Mudah mudahan tulisan ini bermanfaat…


Ade Putra Setiawansyah


[i] Aslinya dimunculkan dalam tulisan karya Paul Johnson, “what is wrong with the media and how to put it right”. Dikutip dari buku Pelanggaran Etika Pers; Dewan Pers
[ii] silahkan lihat: Virginia shea. Netiquette(1994) dengan versi online di: http://www.albion.com/netiquette/book/TOC0963702513.html
[iii]  Utnuk tulisan lengkap, Silahkan buka http://www.veegraph.com/production-articles/396-dramatisasi-versus-bohong-

[iv] Blog Iwan Awaluddin yusuf yang saya maksud: http://bincangmedia.wordpress.com/2010/07/28/nasib-perempuan-dalam-balutan-dramatisasi-berita/