MENU

Sunday, May 24, 2015

KONSELING SEBAGAI TEKNIK HUMAN RELATIONS

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia adalah mahluk yang ciptakan dengan sesempurna mungkin, dengan diberikan suatu kemampuan berpikir, berakal, perasaan, kasih sayang dan lain sebagainya. Sehingga menjadikan hidup itu sebagai suatu soal permasalahan yang berada didalamnya antara sang pencipta dan hambanya. Sehingga menjadi suatu fenomena yang sangat indah dan berharga dalam kehidupan manusia itu. Namun, terkadang tidak semua manusia bias menikmati keindahan terebut atau mereka menikmatinya dengan jalan yang lain yang dianggap jalan tersebut dapat menjadi jawaban atas masalah dan keindahan kehidupan tersebut.
Dalam hal inilah manusia diciptakan dengan berbeda-beda pemikiran, berbeda pendapat dan lain sebagainya sehingga manusia yang satu dengan yang lain memiliki suatu kepribadian atau persona dalam mengemban masalah tersebut. Dari situlah terjadi perselisihan yang menjadi timbulnya suatu permasalahan.
Setiap manusia yang dilahirkan kemuka bumi ini, dia sudah mempunyai masalah yang besar yang sebenarnya yang harus dihadapi kedepannya, jika dikaji dalam penciptaan manusia itu dalam kitabnya. Karena sejak dalam kandungan ibu kita, segala pernak-pernik kehidupan sudah ditampakkan dalam diri kita bagaimana kita menetapkan suatu kehidupan yang indah lagi mengindahkan, susah lagi memberatkan, semuanya itu sudah disepakati antara diri sendiri dengan sang pencipta. Nah, terkait dengan hal demikianlah ketika di lahirkan kedunia, kita akan berhadapan dengan masalah-masalah yang akan kita hadapi walau masalah tersebut ada yang besar dan ada yang kecil.
Disinilah para pemakalah memcoba meringkas dan membahas mengenai masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari baik yang besar maupun yang kecil yang sering timbul pada kehidupan manusia. Sehingga masalah tersebut terkadang ada yang mudah diselesaikan dengan cepat dan terkadang masalah tersebut tuntas dengan jangka waktu yang sangat lama. Dari sini coba kita renungi dan pahami bahwa bagaimana sebenarnya kehidupan yang dipenuhi dengan banyak masalah. Mudah-mudahan dapat bermanfaat dan mencoba menyadari diri sendiri, kelebihan terkadang datang dengan sendirinya yang meliputi dari kekurangan kita.

BAB II
PEMBAHASAN
KONSELING SEBAGAI TEKNIK HUMAN RELATIONS
Konseling (counselings) merupakan kegiatan yang banyak dilakukan dalam human relations. Ditinjau dari segi komunikasi konseling adalah komunikasi antar persona. Yang bertindak sebagai konselor (counselor)adalah manajer atau pemimpin kelompok karya (kepala bagian, kepala seksi, supervisor. dsb) sedang konseli (counselee)-nya adalah karyawan yang menghadapi suatu masalah atau yang mendrerita frustasi.
Tujuan konseling ialah membantu para karyawan memecahkan masalahnya sendiri. Memecahkan masalah yang bersangkutan dengan karyawan, atau mengusahakian adanya suasana yang menimbulkan keberanian untuk memecahkan masalah yang mungkin ada. Ini tidak berarti, konselor memberikan arah yang khusus untuk dituruti oleh konseli. Konselor hanya memberikan nasehat. Konseli sendiri yang harus mengambil kesimpulan dan keputusan berdasarkan jalan yang dipilihnya sendiri. Jadi, konselor membantu konseli memperoleh pengertian tentang masalahnya. Selama masalahnya itu belum dimengerti dengan jelas untuk dihadapinya dengan jujur. Tidak akan dapat diambil langkah-langkah untuk memecahkannya. Aspek ini menyangkut perasaan. Konselor akan sukses, bila ia mengetahui “frame of reference” konseli.
Dalam kegiatan human relation ada dua jenis konseling yang dapat dilakukan oleh seorang manajer atau pemimpin kelompok karya. Ini tergantung dari pendekatan (aproach) yang dilakukan. Kedua jenis tersebut ialah Konseling yang langsung terarah (directive counseling) dan konseling yang tak langsung terarah (non-directive counseling).
A.    Konseling Terarah (Directive Counsling)
Konseling jenis ini sering dinamakan juga dengan the councelor-centered approach, yakni konseling pendekatannya terpusatkan kepada konselor. Dalam cara konseling seperti ini aktivitas yang utama terletak pada konselor. Pertama-tama konselor berusaha agar terjadi hubungan yang akrab, sehingga konseli menaruh kepercayaan kepadanya. Selanjutnyaia mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam rangka mengumpulkan informasi. Data yang ia peroleh ia analisis untuk pada tahap pada berikutnya melakukan diagnose, berusaha memahami masalah yang memberati konseli.untuk mengetahui diagnose yang tepat konselor memahami fakta yang berhubungan dengan masalahnya itu. Jjika konseli mengemukakan kesulitannya kepada konselor, maka konselor harus merasa pasti bahwa itulah masalah yang dihadapi konseli, yang menyebabkan konseli menderita frustasi, kecewa disebabkan tak dapat mengatasi kesulitannya. Konselor harus mengerti benar-benar mengenai data yang diperolehnya itu sehingga ia dapat melakukan interprestasi. Hanya bila ia mengerti dan dapat melakukan interprestasi, ia dapat memberikan nasehant-nasehat dan sugesti kepada konseli. Syarat-syarat sugesti ialah kepercayaan. Konseli akan kena sugesti, kalau ia menaruh kepercayaan kepada konselor; kalau konselor mempunyai kelebihan pengalaman dan pengetahuan dari konseli, dan bila tingkah laku konselor tidak tercela. Apabila konseli sudah bias dikuasai untuk memecahkan masalahnya (problem solving) tidaklah akan sukar. Akan tetapi untuk sampai kesitu, konselor perlu memahami sedikit  banyak psikologi, terutama psikologi tentang kepribadian (psychology personality).
B.     Konseling Tak Terarah (Non-Directive Counseling)
Konseling jenis ini disebut juga dengan the counselee centered approach (pendekatan yang terpusatkan pada konseli). Jenis ini dapat digunakan oleh orang yang tidak memiliki pengetahuan yang mendala tentang psikologi. Dibandingkan dengan “counslee centered approach counseling” yang tradisional itu, “counselee centered approach counseling” lebih ampuh dalam membantu karyawan yang menderita frustasi.
Dalam konseling jenis ini, aktivitas utama terletak pada pihak konseli sedang aktivitas konselor hanya berusaha agar konseli merasa mudah untuk memimpin dirinya sendiri. Konseli dibantu untuk merasa dirinya bebas untuk menyatakan isi hatinya, atau membicarakan sikapnya, untuk mengemukakan antagonismenya yang tertekan, keragu-raguannya, perasaan sedihnya, dan sebagainya. Dalam mengemukakan itu semua tidk dipaksa.

Meskipun dikatakan “non directive”, maksud konselor tetap hendak membantu konseli untuk mendiagnose gangguan jiwanya dan berusaha menghilangkan motif-motif yang menyebabkan gangguan itu.
Konselor berusaha agar konseli mencari jalan keluar sendiri dari kesukaran-kesukarannya. Untuk itu konselor menciptakan suatu suasana psikologis yang memungkinkan adanya saling mengerti, antusiasme, dan sikap ramah-tamah; suasana yang memungkinkan konseli untuk menyelidiki dirinya lebih dalam. Dalam dialog dari hati-kehati itu, konselor mendorong konseli untuk menyelidiki dirinya lebih dalam. Dengan mencetuskan isi hatinya itu, konmseli akan mengoreksi dirinya, mengingat-ingat hal-hal yang pernah dialaminya, dan memahami pengalaman-pengalaman itu. Dengan demikian motif-motif yang konstruktif akan lebig jelas baginyua, dan ia merasa kebutuhan akan motif-motif tesebut. Berdasarkan motif-motif tersebut dia kana memilih dengan bebas cara bertingkah laku yang baik; dan ia akan meninggalkan motif-motif dan cara bertingkah laku yang selama ini telah menggangunya.
Dalam Tanya jawab itu tugas konselor memang tidak mudah. Ia harus menyingkirkan sikap super, sedang persoalannya ia harus ditinjau dari dasar pihak konseli. Ia harus sanggup menempatkan diri konseli.
Norma R.F Maier dalam bukunya “Principles of Human relations” menyatakan, bahwa tujuan non-directive counseling adaalah memperoleh keringanan dari penderitaan, melokalisir dan memecahkan masalah, dan membetulkan cara pemecahan masalah. Jelasnya dalah sebagai berikut:
1.      Memperoleh keringanan dari penderitaan
Penderitaan disini ialah frustasi. Seseorang menderita frustasi , jika ia berada dalam situasi masalah (problem situation), yakni ia berada dalam keadaan terpkasa harus mengahadapi masalah, tetapi saat itu ia tidak mampu memecahkannya. Jika ia dalam situasi menghadapi masalah itu berada dalam kondisi yang menyenangkan, maka ia akan menghadapinya dengan tingkah laku memecahkan masalah (problem solving behavior). Akan tetapi, bila pada saat terdapat tekanan-tekanan, dan usaha memecahkan masalahnya akan gagal, maka problem solving behavior itu akan diambil-alih oleh emosi-emosi kemarahan dan ketakutan. Ini akan menimbulkan rasa permusuhan, kelakuan kekanak-kanakan atau bersikap keras kepala. Akibatnya akan lebih parah lagi, bilamana dalam situasi seperti itu orang lain tersangkut olehnya.
Untuk membetulkan kondisi frustasi ini, konselor harus berusaha mengalihkan kembali kekondisi yang mengandung niat untuk memecahkan masalah. Kalau ini berhasil, sekursang-kurangnya telah terbina kemungkinan untuk memecahkan masalah. Ini dapat dilaksanakan dengan baik, yakni dengan jalan membuat frustasinya itu dinyatakan (expressed). Dalam hal ini halangan-halangan untuk menyatakan perasaannya dengan bebas harus disingkirkan.
Mungkin saja seorang karyawan dihinggapi rasa permusuhan terhadap seorang karyawan lainnya. Jika rasa permusuhannya itu dapat dibebaskan, maka ia akan merasa dirinya lebih baik; dan selanjutnya cenderung akan menganggap kondisinya itu lebih sebagai masalah daripada sebagai perbuatan orang lain kepadanya. Sebelum keadaan pikirannya seperti itu dapat diperoleh, ia tidak akan mampu untuk menerima sugesti yang konstruktif; dan setiap sugesti untuk merobahnya akan ia hadapi dengan rasa marah atau perasaan tersinggumng. Bagi orang yang sedang menderita frustasi, setiap sugesti yang akan mengubahnya, akan dianggap sebagai suatu serangan. Dan ini malahan akan membuat kondisi yang akan diperbaiki lebih buruk lagi.jadi, agar konselor menjadi penolong bagi konseli yang frustased. Maka konselor harus menciptakan situasi dimana perasaan-perasaan konseli mudah dinyatakan sambil tidak menimbulkan kesulitan-kesulitan.
2.      Melokalisasikan dan memecahkan masalah
Jika seseorang berhasil dapat mengurangi frustasinya, ia akan dapat membuang perasaannya sendiri dan mencari sumber kesulitannya. Tetapi bila sumber frustasinya itu ternyata pristiwa beberapa tahun kebelakang, tidaklah mudah untk melokalisasikan masalah yang sebenarnya.
Kita mabil contoh seorang karyawan yang menderita frustasi dan menyalahkan gajinya yang sedikit. Setelah diselidiki dengan seksama, ternyata yang mendasari gangguan pikirannya itu ialah hubungan dengan istrinya yang kurang baik. Latar belakang kehidupan istrinya telah menyebabkan perkawinannya tidak harmonis. Sikap yang mengandung ketidak sesuaian itu direfleksikan ke hal yang lain, sehingga ia memandang tingkah laku orang lain sebagai diskriminasi dan penghindaran. Jadi masalah yang sebenarnya terdapat pada latar belakang kehidupannya yang ia tidak bias atasi dengan berhasil.
Pemecahan masalah hanya dapat dilakukan apabila kesulitan atau gangguan dapat dilokalisasikan. Kegiatan itu hanya konstruktif kalau seseorang mempunyai sikap untuk meneliti apa yang ia sendiri dapat melaksanakannya guna mengatasi kesulitannya itu. Selama ia menanti-nantikan kondisinya berubah atau mengaharapkan orang lain mengubahnya. Maka ia akan tetap apatis. Bersikap tidak perduli. Jadi sebenarnya tanggung jawab untuk memecahkan masalah harus ada pada orang yang menghadapi masalahnya sendiri.
Seorang konselor dalam memberikan bantuan kepada orang-orang yang menderita frustasi, harus mendorong orang itu untuk menyelidiki perasaannya terhadap berbagai orang, hal peristiwa, sehingga dapat melokalisasikan masalahnya. Konselor hendaknya membantu orang itu menemukan pemecahan masalahnya sendiri.
3.      Memperbaiki Cara Pemecahan Masalah
Bagi seorang pemimpin kelompok karya, adalah suatu keharusan untuk memperbaiki situasi pekerjaan, apa bila diketahuinya, bahwa situasi itu bias menimbulkan ada seorang karyawan. Jika, umpamanya ia melihat ada seorang karyawan wanita yang menyendiri dan seolah-olah diasingkan, maka situasi seperti itu perlu diperbaiki. Caranya, umpamanya kepada karyawan tersebut diberikan diberikan tugas khusus, sehingga ia tidak terasingkan lagi. Juga, dengan membawa dia kedalam diskusi untuk membicarakan sesuatu soal, akan menyebabkan dia merasa berharga dikalangan kawan sekerjanya. Diskusi kelompok akam dapat melindungi orang-orang yang merasa diasingkan.
Demikianlah beberapa hal sebagai petunjuk bagi seorang pemimpin kelompok karya yang bertindak sebagai konselor untuk memecahkan masalah pekerjaan dan masalah pribadi para karyawan. Dalam pelaksanaannya, konselor perlu memperhatikan  beberapa hal yang dibawah ini:
a.       Dengarkan dengan sabar dan menunjukkan minat yang menimbulkan keberanian pada konseli
b.      Jangan melakukan interupsi
c.       Jangan cepat-cepat mencela
d.      Jangan membantah atau berdebat
e.       Koreklah apa yang konseli ingin katakana, usahakan agar konseli mempunyai keberanian. Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan yang membantu konseli berpikir, mengerti, serta menyatakan idea-idea dan perasaan-perasaan yang sebenarnya.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

B.     Saran 
SUSUNAN ACARA DALAM RANGKA MEMPERINGATI HARI ISRA’ MI’RAJ NABI MUHAMMAD SAW YANG INSYAALLAH AKAN DILAKSANAKAN PADA TANGGAL 16 MEI 2015/1436 H
           
RANGKAIAN ACARA
WAKTU
OLEH
DURASI
TAMBAHAN WAKTU
1)  PEMBUKAAN

PEMANDU ACARA
10 MENIT

2)  PEMBACAAN GEMA WAHYU  ILAHI




3)  SAMBUTAN-SAMBUTAN
a.   SAMBUTAN KETUA  UMUM    PORKAS GEMABDYA


MASRIJAL



b.   SAMBUTAN KETUA PANITIA ISRA’ MI’RAJ

ARIF GUNAWAN


c.   SAMBUTAN DARI PERWAKILAN ALUMNI

YANG BERSEDIA TIDAK DIWAJIBKAN


4)  PEMBERIAN KONSUMSI

KETUA/SEKSI KONSUMSI
5 MENIT

5)  ACARA POKOK DARI PENCERAMAH





6) SESI TANYA JAWAB TTG ISRA’ MIRAJ


15 MENIT

7)  DOA / PENUTUP


TERSERAH USTAD LAAAH


 




                                                                                                                     Ade putra setiawansyah

Pengantar Retorika & Public Speaking


Definisi dan Tujuan
Retorika (rethoric) biasanya disinonimkan dengan seni atau kepandaian berpidato, sedangkan tujuannya adalah, menyampaikan fikiran dan perasaan kepada orang lain agar mereka mengikuti kehendak kita
Menurut Aristoteles, Dalam retorika terdapat 3 bagian inti yaitu :
1- Ethos (ethical) : Yaitu karakter pembicara yang dapat dilihat dari cara ia berkomunikasi
2- Pathos (emotional) : Yaitu perasaan emosional khalayak yang dapat dipahami dengan pendekatan “Psikologi massa”.
3- Logos (logical) : Yaitu pemilihan kata atau kalimat atau ungkapan oleh pembicara

Menurut Kenneth Burke, bahwa setiap bentuk-bentuk komunikasi adalah sebuah drama. Karenanya seorang pembicara hendaknya mampu ‘mendramatisir’ keadaan khalayaknya. (Dramaturgical Theory)
Menurut Walter Fisher, bahwa setiap komunikasi adalah bentuk dari cerita (storytelling). Karenanya, jika kita mampu bercerita sesungguhnya kita punya potensi untuk berceramah. (Narrative Paradigm)

Tokoh-tokoh Podium

* HOS TjokroaminotoIr.
* Soekarno
* Adolf Hitler
* Benito Musollini
* Napoleon Bonaparte
* Dll.

Macam-macam Pidato
1. Pidato Ilmiah
2. Pidato Ritual Keagamaan (khutbah, kebaktian, dll)
3. Pidato di Pengadilan (Jaksa, Pembela)
4. Ceramah Umum
5. Kuliah/ mengajar
6. Diskusi
7. Seminar
8. Pidato Politik

Unsur Pesan Komunikasi
Seorang komunikator menyampaikan pesan-pesan melalui :

1. Pesan Linguistik
Untuk menyampaikan pesan bahasa tertentu kita harus menguasai:

* Fonologi (mengujarkan bunyi kata)
* Sintaksis (membentuk kalimat)
* Semantik (memahami kata atau gabungan kata)
* Memahami secara konseptual tentang dunia kita dan dunia yang kita bicarakan
* Mempunyai sistem kepercayaan untuk menilai apa yang kita dengar

2. Pesan Nonverbal memiliki fungsi :

* Repetisi – mengulang kembali bahasa verbal
* Subtitusi – mennggantikan bahasa verbal
* Kontradiksi – menolak pesan verbal
* Komplemen – melengkapi pesan verbal
* Aksentuasi – menegaskan pesan verbal

Ada enam jenis pesan non verbal :

1. Kinesik (gerak tubuh) : fasial, gestural,
2. posturalParalinguistik (suara)
3. Proksemik (penggunaan ruang sosial atau personal)
4. Olfaksi (penciuman)
5. Sensitivitas kulit
6. Artifaktual (pakaian dan kosmetik)

Struktur Pesan
Secara umum setiap pesan yang secara sengaja disampaikan melalui Pidato terdiri atas :
1. Pendahuluan
1. Salam
2. Penyampaian kepada hadirin
3. Maksud atau tujuan
2. Materi
1. Pendekatan awal (kisah, menyampaikan data, dll.)
2. Pertanyaan atau mengemukakan inti masalah
3. Pembahahasan
3. Penutup
1. Kesimpulan
2. Himbauan

Ucapan Salam Kepada Hadirin
1. Tujuan hadirin perlu diranking berdasarkan status dan kaitannya dengan acara
2. Orang-orang penting hendaknya disebutkan secara khusus
3. Tidak semua acara memerlukan penyebutan secara bertahap dan rinci.

Maksud dan Tujuan
Maksud, tujuan atau bahkan judul ceramah seringkali perlu diutarakan dengan jelas.

Materi atau Isi Pidato secara umum

1. Akar tunggang Judul yang aktual
2. Batang Logika yang konsisten
3. Cabang/ranting Kerangka yang sistematis
4. Daun Analisa yang logis
5. Bunga Variasi, humor, pepatah, puisi, dll.
6. Buah Berkesimpulan

Bagaimana menutup ceramah ?

* Usahakan menyampaikan kesimpulan pidato dan himbauan yang praktis yang bisa dibawa oleh khalayak untuk dilaksanakan.
* Salam

Mengumpulkan dan menyiapkan Materi Pidato

Sumber Materi :

1. Kitab Suci & Sumber-sumber sejenis lainnya
2. Kisah-kisah yang relevan dengan topik
3. Berita dan informasi yang lagi aktual
4. Buku-buku ilmu pengetahuan lainnya
5. Kamus dan dictionary
6. Hasil laporan penelitian, data-data, dan referensi lainnya
7. Teknologi informatika (web/ blog/ online sources)

Memilih topik dan judul :

* Seberapa urgen judul yang sesuai dengan waktu dan situasi ?
* Judul sebaiknya berupa kalimat sempurna (affermative statement)
* Apakah waktu yang tersedia sesuai dengan cakupan judul yang dipilih ?
* Apakah audiens yang hadir cocok dengan cakupan judul yang dipilih ?
* Apakah cara pemaparan dan pengambilan kesimpulan dengan metode induksi atau deduksi ?
* Apa yang dapat dibawa oleh khalayak ?

Pendahuluan pidato haruslah :

1. Padat
2. Gaya bahasa menarik
3. Menghindari “Redundancy”
4. Diluar dugaan (surprise)
5. Bagaikan Iklan

Materi pidato

* Materi jangan terlalu luas
* Jangan berharap orang lain (khalayak) langsung mengerti
* Satu segi saja
* Cara lebih dipentingkan dari isi

Keberhasilan penceramah dalam menyampaikan pesan:

1. Mengetahui secara detail sesuatu yang dibahas terutama yang menyangkut masalah ilmiah dan mengandung masalah yang interpretable dan debateable. Jika tidak sampaikan gagasan yang bersifat ‘informatif’ saja.
2. Sampaikan dengan ikhlas dan tulus yang muncul dari tanggungjawab pribadi.
3. Ungkapkan dengan bahasa yang sopan, bijaksana dan santun
4. Terus menerus dalam menyampaikan pesan kebenaran dan jangan bosan-bosan. Bersabarlah untuk memdapatkan hasil yang diinginkan
5. Mulailah apa yang dikatakan didepan hadirin pada diri sendiri

Persiapan Pidato

* Pakaian sederhana
* Keadaan fisik yang mantap edan sehat
* Materi disiapkan, bila perlu didiskusikan terlebih dahulu
* Bagi pemula, upayakan berlatih dahulu
* Materi harus dipilih yang penting dan mendesak
* Jangan mengharap ‘salam tempel’ dan ‘pujian’
* Jangan pidato kalau sakit, pikiran kacau, lapar, atau haus

Saat berpidato, perlu diperhatikan

* Sikapnya
* Air mukanya
* Pakaiannya
* Ucapannya, harus fasih (khususnya Bahasa Asing)
* Gerak geriknya
* Tata rias/ make-up nya

Senjata Pidato

* Doa
* Pepatah
* Humor/lelucon
* Semangat berapi-api
* Syahdu
* Lagu-lagu
* Alat peraga

Apabila audiens banyak, maka :

* Volume suara tambah keras
* Tekanan/nada suara tinggi
* Tempo harus lambat
* Bahasa harus awam (dimengerti umum)
* Logikanya sederhana
* Semangatnya tinggi

Penutup pidato

* Kalimat kunci sebagai simpulan (harapan dan penekanan)
* Pepatah yang akan diingat khalayak
* Usahakan agar audiens penasaran

GAYA KOMUNIKASI LAINNYA

Persuasi

1. Persuasi adalah “cara untuk mengubah sikap dan prilaku orang dengan menggunakan kata-kata lisan dan tertulis” (McGuire).
2. Persuasi adalah “menanamkan opini baru” (Hovland).
3. Persuasi adalah “usaha yang disadari untuk mengubah sikap, kepercayaan atau perilaku orang melalui transmisi pesan” (Bettinghaus).
4. Persuasi adalah ”suatu proses timbal balik yang didalamnya komunikator, dengan sengaja atau tidak, menimbulkan perasaan responsif pada orang lain”(Nimmo)

Propaganda

1. Propaganda adalah pesan yang melibatkan simbol-simbol yang mencakup empat hal. Pertama, interaksi simbolik atau pesan-pesan politik yang digambarkan lewat lambang. Kedua, menggunakan pesan-pesan politik yang didramatisir sedemikian rupa sehingga memberikan kepuasan pribadi dan dampak tidak langsung. Ketiga, Penggunaan psikolinguistik yakni penggunaan bahasa tertentu yang memiliki dampak psikologis. Dan keempat, Penggunaan sosiolinguistik yaitu penggunaan bahasa yang memiliki dampak sosiologis tertentu.
2. Ellul membedakan propaganda vertikal dan horizontal. Yang pertama adalah transmisi dari satu kepada banyak dan terutama mengandalkan media massa bagi penyebaran imbauannya. Sedangkan propaganda horizontal bekerja lebih diantara keanggotaan kelompok ketimbang dari pemimpin kepada kelompok, lebih banyak melalui komunikasi interpersonal dan komunikasi organisasi daripada menggunakan komunikasi massa.
3. Nimmo menyarankan, supaya persuasi dan propaganda berhasil dengan baik, maka perlu diperhatian secara khusus prinsip-prinsip umum berikut yang dianalisis dari penelitian mengenai pengaruh komunikator terhadap keberhasilan usaha persuasif. Unsur-unsur itu adalah :

1. status komunikator
2. kredibilitas komunikator
3. daya tarik komunikator
4. isi pesan
5. struktur pesan
6. pemilihan media yang digunakan secara tepat.

Ketertarikan khalayak terhadap Pesan yang dipakai

* Topik (pesan) yang dibahas
* Cara penyampaian
* Teknik-teknik mengembangkan pokok bahasan
* Bahasa yang dipakai
* Organisasi pesan yang dipakai
* Situasi yang dihadapi (setiap khalayak memiliki kondisi yang unik)
* Keahlian (profesionalitas)
* Kejujuran

Tuesday, May 5, 2015

Teknik Human Relation


Human Relation (Hubungan Antar Manusia)


Human Relation merupakan komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan, sehingga menimbulkan kebahagiaan dan kepuasaan hati pada kedua belah pihak.

Suksesnya seseorang dalam melaksanakan “Human Relations” karena ia berkomunikasi secara etis, ramah, sopan, menghargai, dan menghormati orang lain.

Human Relations ini dilakukan dimana saja —> di rumah, pasar, kampus, toko, dalam bis, kereta api, dan sebagainya.

Teknik-Teknik Human Relation (Hubungan Antar Manusia)
Teknik hubungan antar manusia terbagi dalam:

·        Tindakan sosial.
·        Kontak sosial.
·        Komunikasi sosial
·        Teori hubungan antar manusia

1.     Tindakan Sosial
Menurut Max Weber, tindakan sosial adalah tindakan seorang individu yang dapat mempengaruhi individu lain dalam masyarakat. Tindakan sosial dibedakan menjadi :

a)    Tindakan rasional instrumental :
Tindakan yang memperhitungkan kesesuaian antara cara dan tujuan atau antara efisiensi dengan efektifitas.

Contoh : Seseorang lebih memilih menggunakan perangkat SMS di Handphone atau perangkat Chatting di media online/sosial ketimbang menulis surat untuk memberi kabar atau menjalin hubungan pertemanan.

b)    Tindakan rasional berepresati nilai :
Tindakan yang berkaitan dengan nilai dasar dalam masyarakat.

Contoh : Seorang yang dari kecil sudah ditanamkan sopan santun oleh orang tuanya, saat dewasa ia juga akan menanamkan sikap sopan santun kepada anak-anaknya.

c)     Tindakan tradisional :
Tindakan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan adat istiadat atau kebiasaan.

Contoh : Saat seseorang baru saja meninggal, maka keluarga yang ditinggalkan akan mengadakan acara Yasin’an selama 1-7 hari dan pada hari ke 40 dan hari 100 untuk mendoakan orang tersebut.

d)    Tindakan afektif :
Tindakan yang dilakukan seseorang atau kelompok berdasarkan perasaan atau emosi..

Contoh : Ketika sekelompok fans bertemu idolanya maka ia mengekspresikan kebahagiaannya dengan melompat-lompat,berteriak,menari bahkan bernyanyi karena bahagia atau terharu.

2.     Kontak Sosial
Kontak sosial adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan terjadinya awal interaksi sosial.
Kontak sosial dibedakan:
a)     Cara pihak yang berkomunikasi; baik langsung maupun tidak langsung.
b)    Cara terjadinya; kontak primer maupun kontak sekunder.

Contoh : Ketika seseorang melihat orang lain yang tersesat ia mencoba untuk melakukan komunikasi untuk menawarkan bantuan. Komunikasi bisa terjadi dengan bertatap muka, melalui perantara media atau pihak ketiga dan isyarat.

3.     Komunikasi Sosial
Proses komunikasi terjadi saat kontak sosial berlangsung. Secara harfiah komunikasi merupakan hubungan atau pergaulan dengan orang lain.

Contoh : Seseorang berkonsultasi kepada sahabatnya mengenai masalahnya, dan dari konsltasi tersebut ia mendapatkan penyelesaian masalahnya.

4.     Teori hubungan antar manusia
Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia hanya akan menjadi apa dan siapa bergantung ia bergaul dengan siapa. Manusia tidak bisa hidup sendirian, sebab jika hanya sendirian ia tidak "menjadi" manusia. Dalam pergaulan hidup, manusia menduduki fungsi yang bermacam-macam.
Di satu sisi ia menjadi anak buah, tetapi di sisi lain ia adalah pemimpin. Di satu sisi ia adalah ayah atau ibu,tetapi di sisi lain ia adalah anak. Di satu sisi ia adalah kakak, tetapi di sisi lain ia adalah adik.
Dalam hubungan antar manusia, terdapat tiga teori yang dapat membantu menerangkan model dan kualitas hubungan antar manusia:

·        Teori Transaksi (Model Pertukaran Sosial)
Human Relation (Hubungan Antar Manusia) berlangsung mengikuti kaidah transaksional, yaitu apakah masing -masing merasa memperoleh keuntungan dalam transaksinya atau malah merugi.
Jika merasa memperoleh keuntungan maka hubungan itu pasti mulus, tetapi jika merasa rugi maka hubungan itu akan terganggu, putus, atau bahkan berubah menjadi permusuhan

Contoh : Pak XX ingin membeli motor H, ia melewati Produsen motor A yang menjual motor Revo dengan harga 15 jt. tapi uang Pak XX hanya 13 jt, lalu ia melewati Produsen motor B yang menjual motor Revo dengan harga 12 jt. Maka Pak H akan membeli motor Revo di Produsen motor B yang harganya lebih murah dari Produsen A.

·        Teori Peran
Pergaulan sosial sudah ada skenario yang disusun oleh masyarakat yang mengatur apa dan bagaimana peran tiap orang dalam pergaulannya. Jika seseorang mematuhi skenario, maka hidupnya akan harmoni, tetapi jika menyalahi skenario, maka ia akan dicemooh oleh penonton dan ditegur sutradara. Dan dalam hal ini masyarakatlah sebagi penonton dan sekaligus sutradara kehidupan

Contoh  : Seorang senior disebuah perusahaan yang sudah bekerja selama 12 tahun diperusahaan tersebut, tiba-tiba menjadi malas, sering datang terlambat, memarahi bawahan tanpa sebab yang jelas, dan hasil produktivitasnya pun selalu menurun disetiap evaluasi mingguan. Kemudian saat selesai evaluasi bulanan ia mendapat teguran berupa surat peringatan dari General Managernya.

·        Teori Permainan
Klarifikasi manusia terbagi menjadi tiga yaitu anak-anak, dewasa, dan orang tua. Masing-masing individu mempunyai sifat yang khas. Anak-anak itu manja, tidak mengerti tanggung jawab. Sedangkan orang dewasa, ia lugas dan sadar akan tanggungjawabnya. Adapun orang tua, ia lebih dapat memahami dan memaklumi kesalahan oranglain. Tidak ada orang yang merasa aneh melihat anak kecil menangis terguling-guling ketika minta eskrim tidak dipenuhi, tetapi orang akan heran jika ada orang tua yang masih kekanak-kanakan. 
Suasana rumah tangga juga ditentukan oleh bagaimana kesesuaian orang dewasa dan orang tua dengan sikap dan perilaku yang semestinya ditunjukkan.Jika tidak maka suasana pasti runyam. Demikian juga hubungan antara pusat dan daerah, antara atasan dan bawahan. Aparat Pemerintah mestilah bersikap dewasa, Presiden dan Ketua MPR mestilah jadi orang tua.

Contoh : Seorang General Manajer yang ditransfer dari perusahaan pusat ke pusat cabang umurnya lebih muda 8 tahun dari bawahannya. Ketika harus memimpin rapat atau menegur bawahannya, ia harus professional, bertanggung jawab, bersikap dewasa,lugas dan bijaksana walaupun bawahannya atau yang ia pimpin umurnya diatasnya.






   


Komunikasi Hado



"Hado creates words. Words are the vibrations of nature. Therefore beautiful words create beautiful nature. Ugly words create ugly nature. This is the root of the universe". (Masaru Emoto)

Hado diartikan sebagai fluktuasi gelombang energi. Dasar teorinya adalah Mekanika Kuantum (Quantum Mechanics) atau Fisika Kuantum (Quantum Physics) tentang bentuk vibrasi (getaran gelombang) intrinsik tingkat atom pada semua benda. Getaran gelombang tersebut membentuk unit energi terkecil.

Sentanu (2007) mengatakan, ilmuwan fisika kuantum menjelaskan bahwa energi terhalus yang dinamakan quark, string atau biasa disebut quanta yang "tak tampak" perwujudannya ternyata merupakan bahan baku dasar dari semua benda yang "tampak" wujudnya. Energi quanta ini secara menyeluruh dan built-in menyelimuti dan merasuki semua benda yang tampak maupun tak tampak. Quanta adalah "bahan baku" semua benda di alam semesta. Luar biasanya, quanta bukanlah sembarang benda, tetapi lebih merupakan vibrasi energi yang memiliki kecerdasan dan kesadaran hidup.

Komunikologi

Dalam ilmu komunikasi, konsep komunikologi kurang populer. Apalagi diikuti kata hado di belakangnya. Komunikologi tiada lain adalah studi tentang ilmu komunikasi. Jadi komunikologi bukan hanya persoalan the science of communication, melainkan the study of the science of communication. Komunikologi adalah epistemologis dari communication as a science, menyangkut bagaimana memperoleh pemahaman tentang komunikasi sebagai suatu ilmu.

Selama ini, studi tentang ilmu komunikasi di seluruh perguruan tinggi di mana pun lebih terfokus pada human communication, sedikit sekali telaahan non-human communication. Dalam ilmu komunikasi, non-human communication dapat meliputi komunikasi dengan binatang (communication with animals), komunikasi dengan tanaman (biocommunication with plants), termasuk komunikasi dengan lingkungan (communication with the environment). Bidang-bidang itu dapat memperkaya taksonomi komunikologi.

Komunikologi hado sebenarnya merupakan studi komunikasi yang memadukan pendekatan "alamiah" alam (non-human) alam dengan "alamiah" manusia (human). Hado yang berarti gelombang energi ini secara alamiah bersifat netral, tetapi ketika mendapatkan pemaknaan manusia, hado tersebut dapat dikategorikan positif dan negatif.

Hado dapat mudah berpindah dan berubah, seperti secara fisik terjadi perubahan energi atas semua benda. Akan tetapi, tidak mudah energi ini dapat dilihat oleh manusia. Dengan demikian, komunikasi manusia melalui dan dengan hado alam semesta, memerlukan suatu studi yang khusus, untuk mengurai terjadinya suatu proses dialektika yang unik. Paling tidak, manusia perlu menyadari bahwa proses "alamiah" itu terjadi, dan manusia dapat mengambil manfaat daripadanya.

Uraian tentang komunikologi hado pada akhirnya secara aksiologis diharapkan dapat berguna untuk meningkatkan kualitas human communication dan non-human communication. Misalnya atas dasar kesadaran akan hado, kita dapat mengeliminasi kegagalan memahami dan membina silaturahmi dengan orang lain (human communication) sekaligus mengeliminasi kerusakan alam dan lingkungan hidup (non-human communication).

Prinsip dasar hado

Masaru Emoto (2006) mengatakan, semua benda yang ada di muka bumi ini memiliki hado (vibrasi gelombang energi kuantum). Benda yang satu dapat menerima gelombang energi dari benda lainnya, jika masing-masing dalam frekuensi yang sama. Sebagai ilustrasi dapat dilakukan uji coba pada 3 buah garpu tala, yang intinya bahwa garputala akan mengeluarkan bunyi (berupa resonansi atau gaung) jika mendapat resonansi gaung pada frekuensi yang sama.

Dengan prinsip tersebut dapat diketahui bahwa benda-benda dengan hado yang sejenis dengan hado dalam diri manusia dapat membentuk resonansi yang sama. Sebaliknya, manusia dapat membentuk resonansi dengan hado yang datang dari benda-benda dengan hado yang sejenis. Setiap benda yang dimaksud adalah pada tingkat materi atom yang membentuk molekul, dan partikel subatom yang membentuk atom. Setiap partikel subatom tersebut mempunyai gelombang intrinsik tersendiri.

Berdasarkan prinsip kesamaan gelombang tersebut, lahirlah konsep homeopaty, yaitu penyembuhan melalui teori hado. Intinya, membuat proses penstabilan gelombang. Untuk mencapai kondisi seimbang (stabil), perlu diberi resonansi yang sama dengan bentuk gelombang yang diterima, tetapi pada posisi kebalikannya.

Konsep tersebut diilhami penelitian Yoshio Yamasaki, dkk. yang membuktikan "penggunaan suara untuk menghilangkan suara". Mereka berhasil menciptakan suasana tenang dengan menggunakan suara "tandingan" yang dapat menahan suara bising.

Tanpa menggunakan media air pun, secara alamiah manusia dapat berupaya pada meraih posisi kesehatan psikologis agar lebih stabil. Jika manusia mengalami gelombang (hado) negatif, seperti stres, khawatir, dan cemas ungkapkanlah kata-kata yang memiliki hado positif (yang dianggap sebagai gelombang kebalikannya dari gelombang negatif), seperti rileks, tenang, dan lega.

Jadi jika kita stres, ucapkanlah rileks atau jika kita khawatir ucapkanlah tenang dan jika kita cemas ucapkanlah lega. Dalam konsep hipnoterapi, tindakan tersebut merupakan tindakan sugestif untuk terapi penyembuhan diri.

Melalui konsep kesamaan frekuensi gelombang, pertanyaan yang mendasar adalah: betulkah gelombang energi manusia yang dipancarkan melalui kata-kata, suara, atau musik akan diterima air, direkam, dan "diterjemahkannya" dalam suatu bentuk perilaku tertentu? Emoto memerlukan studi eksperimen untuk menguji hipotesis bahwa "air mampu memahami kata-kata manusia".

Menurut Emoto, air paling "suka" jika manusia mengucapkan "terima kasih" sehingga membentuk molekul dirinya kristal yang indah. Hal yang unik adalah ternyata air "memahami" bahasa apa saja yang disampaikan manusia.

Sepanjang eksperimennya, Emoto menyimpulkan bahwa bentuk kristal terindah adalah jika air menerima kata-kata (baik diucapkan atau ditulis) "cinta dan terima kasih".

Emoto mengilustrasikan hubungan "cinta" dan "terima kasih", seperti komposisi H2O (untuk satu bagian oksigen ada dua bagian hidrogen) sebagai komposisi: untuk satu bagian cinta terdapat dua bagian terima kasih.

Kualitas komunikasi

Siapa yang menyangka bahwa suara merdu burung di dalam sangkar, sebenarnya adalah jeritan penderitaan burung tersebut? Itulah salah satu hasil riset doktoral Asep S. Adhikerana di Jurusan Ekologi Perilaku Burung, University of St. Andrews Inggris. Kita--manusia--sering kali tidak mampu berempati terhadap "jeritan" penderitaan binatang, sebaliknya lebih terbuai oleh sebuah keindahan suara dan kesenangan semata.

"Pesan" gelombang energi mereka tidak dipahami oleh gelombang energi manusia. Hado manusia tidak satu frekuensi dengan hado mereka. Oleh karena itu, komunikologi hado menawarkan konsep studi tentang keseimbangan pemahaman ilmu komunikasi sebagai suatu yang holistik, harmonis dan universal antara dunia manusia (human communication) dengan dunia alam semesta (non-human communcation).

Melalui uji coba yang dilakukan Emoto kepada air, pada hakikatnya menyadarkan kita akan komunikasi universal. Memahami perilaku perubahan molekul air menjadi kristal yang indah ketika menerima kata-kata positif ataupun bentuk yang mengerikan ketika terjadi sebaliknya, adalah memahami gejala alam yang mencerminkan juga perubahan "molekul air" dalam diri manusia, ketika seorang manusia berkomunikasi dengan sesamanya. Mengapa demikian?

Manusia adalah mahluk air. Ketika mulai terbentuknya manusia, telur yang dibuahi 96%-nya adalah air. Ketika janin di dalam rahim ibunda, manusia berenang di dalam "kubangan" air ketuban. Setelah dewasa, lebih dari 70% berat sel tubuh manusia adalah air sehingga seluruh kegiatan dalam sel berlangsung dalam lingkungan cair. Dengan demikian, tidaklah merendahkan martabat manusia jika dikatakan bahwa sesungguhnya manusia adalah "air yang hidup".

Jika kualitas air bergantung pada informasi yang diterimanya, konsekuensi logisnya adalah--manusia sebagai "air yang hidup"--sudah selayaknya mendapatkan informasi yang berkualitas baik. Apabila kualitas informasi yang diterima dan diberikan manusia baik, dia akan memiliki pikiran dan tubuh yang sehat, dan sebaliknya apabila kualitas informasinya buruk, akan buruk juga pikiran dan tubuhnya. Komunikasi erat kaitannya dengan kebutuhan akan kesehatan fisik.

Adler & Towne (1987) menanyakan "why do we communicate?" Jawabannya adalah selain identity, social dan practical adalah karena physical needs, dengan ungkapan bahwa hadir atau tidak hadirnya komunikasi dalam kehidupan manusia berpengaruh kepada kesehatan fisiknya. Jika ingin tubuh kita sehat, perbaikilah kualitas komunikasi kita. Seandainya kalimat ini diperluas, maka: jika "tubuh" kelompok, keluarga, komunitas, organisasi, perusahaan, negara kita ingin sehat, perbaikilah kualitas komunikasinya!

Apabila seseorang sering kali melakukan komunikasi dengan hado negatif (misalnya permusuhan, bergunjing, gibah, atau fitnah), kemudian diterima dalam frekuensi yang sama oleh hado orang lain (didengarkan bahkan turut bergunjing, dan malah mengembangkannya), pada hakikatnya menyebabkan kondisi tidak sehat. Bahkan berakibat mempercepat kematian, seperti yang ditunjukkan hasil penelitian Michael Babyak dari Universitas Duke terhadap 750 orang kulit putih, secara longitudinal selama 22 tahun. Hasil penelitian Babyak dan kawan-kawan tersebut menunjukkan bahwa orang-orang yang terbiasa memusuhi orang lain (berkomunikasi negatif kepada orang lain), tidak suka berteman, dan mendominasi pembicaraan orang lain berpeluang 60% lebih tinggi menemui kematian pada usia dini dibandingkan dengan orang-orang yang berperilaku sebaliknya ramah, suka berteman, dan berbicara tenang.

Pada uji coba dengan air, Emoto menyimpulkan bahwa air lebih menyenangi kalimat yang sudah lampau dibandingkan dengan kalimat yang akan datang. Air lebih menyukai kalimat "terima kasih air, engkau telah menyehatkanku" ketimbang "semoga engkau air dapat menyehatkanku". Perilaku air tidak jauh berbeda dengan manusia, yang lebih merasa dihargai karena dianggap telah berbuat sesuatu yang bermanfaat, ketimbang masih dalam harapan orang lain.

Aktualisasi diri akan tercapai jika seseorang sudah memperoleh pengakuan akan prestasi yang dilakoninya, bukan berupa harapan akan memperoleh pengakuan.

Dalam konteks komunikasi, dikenal satu aksioma atau postulat, communication is irreversible mengingatkan kita supaya hati-hati jangan sampai membuat kesalahan menyampaikan pesan (seperti perkataan menyakitkan "kamu bodoh"), karena "pernyataan itu bisa dimaafkan, tetapi tidak bisa dilupakan" dan akan melekat sepanjang hayat dalam gudang memori kita.

Ternyata secara psikologis "dibiarkan tidak disapa" adalah bentuk "pesan" nonverbal yang tidak dapat dilupakan yang paling buruk dan paling menyakitkan. Kondisi ini sangat erat hubungannya dengan persoalan nilai-nilai kemanusiaan yang paling luhur yang menjadi pertaruhan manusia, eksistensi dan harga diri!

Paling tidak, melalui komunikologi hado, hikmahnya adalah kinilah saatnya kita membiasakan mengucapkan "terima kasih" kepada orang lain dan benda apa saja yang telah memberi manfaat sebagai salah satu bentuk penghargaan yang murah dan sederhana. Tetapi perilaku komunikasi itulah yang akan menjadi hado kristal yang sangat indah, dan tentu saja menyehatkan dan memperpanjang usia kita. Wallahualam.