filsafat umum
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu
pengetahuan adalah ilmu khusus, yang makin lama semakin bercabang-cabang.
Setiap ilmu memiliki filsafatnya yang berfungsi memberi arah dan makna bagi ilmu
itu. Baik filsafat maupun ilmu pengetahuan, intinya ialah berpikir.
Dalam
kehidupan sehari-hari sering kali kita menemui orang yang selalu menajadi
sebuah beban dalam kehidupan yaitu berpikir. Berpikir merupakan salah satu
sifat yang digunakan untuk berfilsafat. Dimana berfikir secara mendalam berarti
kita sudah mencari sesuatu hal yang sangat betul-betul ingin di cari dalam
suatu pemikiran.
Berpikir
secara mendalam juga belum tentu berfilsafat namun setidaknya berfilsafat
adalah sudah tentu berfilsafat.
Filsafat
itu sudah berkembang sebelum abad hijriah. Dimana ditemukan oleh para-para
filosof yang sangat urgen dalam mencari sebuah kebenaran terhadap apa yang ada
dalam kehidupan ini. Salah satu yang diteliti dan dicari dalam kehidupan dunia
ini yakni mengenai alam semesta yang begitu luas jika dipandang, masih banyak
lagi hal-hal yang menjadi sebuah kenikmatan didalamnya.
Dengan
mempelajari filsafat merupakan salah satu kunci untuk bisa menjadi seorang yang
berfikir dalam kehidupan yang berarti. Dengan begitu kita diharapkan agar dapat
meneliti dan menelaah dalam mencari sesuatu hal yang bermakna dibalik semua
yang belum kita tahu maknanya.
Salah
satu yang dibahas dalam makalah ini yaitu mengenai filsafat ilmu dimana kita
mencoba untuk mencari masalah besar dalam filsafat ilmu itu sendiri secara
mendalam, sehingga mendapat sesuatu hal yang nantinya menjadi bermanfaat dalam
prospek pembelajaran berikutnya.
BAB II
FILSAFAT UMUM
Apabila kita sebut istilah filsafat
(Philosophy) sebenarnya menunjuk pada pengertian filsafat umum, yaitu filsafat
yang mempersoalkan segala sesuatu yang ada (realitas) dalam alam semesta ini
secara umum atau keseluruhan dan secara mendalam untuk mengetahui kebenaran
yang sesungguhnya atau kebenaran yang hakiki dari realitas itu.
A.
Pengertian Filsafat
Filsafat
berasal dari bahasa yunani kuno ”philosophia”, dari akar kata philos berarti
cinta, dan Sophia yang berarti kebijaksanaan atau hikmah. Jadi filsafat secara
etimologi berarti Love Of Wisdom (Cinta kebijaksanaan atau kearifan).
Banyak
sekali defenisi atau pengertian mengenai filsafat yang dapat kita temui. Dari
karya darwis A. Soelaiman inimengatakan bahwa “filsafat dirumuskan sebagai ilmu yang bersifat umum, yang
mempersolakan segala sesuatu dalam alam semesta ini secara keseluruhan dan
secara mendalam untuk menemukan kebenarannya yang hakiki.[1]
Poedjawijatna
(1974:11) mendefenisikan filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha
mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran
belaka.
Hasbullah
Bakry (1971:11) mengatakan bahwa filsafat ialah sejenis pengetahuan yang
menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta,
dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia
itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.[2]
B.
Ruang Lingkup Filsafat
Secara
umum filsafat mencakup beberapa hal penting yaitu ontology, epistemology, dan
axiology. Dimana masing-masing kata-kata tersebut mempunyai hal yang menarik
pemikiran kita.
1.
Ontology
Ontology atau filsafat
metafisika, mempersoalkan tentang yang ada atau tentang realitas (reality),
meliputi: filsafat alam (kosmologi), filsafat manusia (antropologi), dan
filsafat ketuhanan (theologi).
2.
Epistemology
Epistemolgi atau
filsafat ilmu, mempersoalkan tentang kebenaran, kebenaran pengetahuan, dan
logika (ilmu tentang berpikir logis)
3.
Axiologi
Axiology atau filsafat
tentang nilai mempersoalkan tentang kebaikan (good) meliputi:
etika,estetika,dan religi.
Jadi
kalau antologi adalah filsafat mengenai yang ada, maka epistemology membahas
tentang cara mengenal yang ada, dan axiology membahas tentang cara menilai yang
ada itu. Ontology disebut juga filsafat spekulatif, epistemology disebut
filsafat analitis, dan axiology disebut filsafat spekulatif.
Jujun
Soeriasumantri (1996), mengatakan bahwa pada mulanya pokok permasalahan yang
dikaji oleh filsafat ada 5 macam, yaitu: logika, estetika, metafisika, dan
politik. Kemudian berkembang lagi cabang-cabang filsafat, seperti filssafat
agama, filsafat hokum, filsafat ilmu, filsafat sejarah, filsafat matematika,
dan filsafat pendiidikan. Menurut, filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat
pengetahuan (epistemology).
C.
Hubungan Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan
Istilah
falsafah mengandung banyak pengertian, namun untuk tujuan pembahasan kita,
falsafah diartikan sebagai suatu cara berfikir yang radikal dan menyeluruh,
suatu cara berfikir yang mengupas sesuatu didalam-dalamnya. Tak satu hal yang
bagaimanapun kecilnya terlepas dari pengamatan kefalsafahan. Tak ada suatu
pernyataan yang bagaimanapun sederhananya yang kita terima begitu saja tanpa
pengkajian yang saksama.
Filsafat
merupakan ilmu yang unum, dan sering disebut sebagai induk dari segala ilmu,
karena pada mulanya ilmu pengetahuan (sains) merupakan bagian filsafat. Ilmu
pengetahuan adalah ilmu khusus, yang makin lama semakin bercabang-cabang.
Setiap ilmu memiliki filsafatnya yang berfungsi memberi arah dan makna bagi
ilmu itu. Baik filsafat maupun ilmu pengetahuan, intinya ialah berpikir.
Bedanya, kalau filsafat memikirkan atau menjangkau sesuatu itu secara
mneyeluruh, maka ilmu memikirkan atau menjangkau bagian-bagian tertentu tentang
sesuatu.
Kalau
filsafat menjangkau sesuatu itu dengan secara spekulatif atau perenungan dengan
menggunakan metode berfikir deduktif, maka ilmu menggunakan pendekatan emperis
atau ilmiah dengan menggunakan metode berpikir induktif disamping metode
berfikir deduktif dan logika.
Sebagai ilmu yang umum
maka filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang ada, mencakup alam, manusia,
dan tuhan secara umum dan keseluruhan. Mengenai manusia minsalnya dipersoalkan
pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa arti dan tujuan hidup saya? Apa yang menjadi
kewajiban saya dan yang menjadi tanggung jawab saya sebagai manusia? Bagaimana
saya harus hidup agar menjadi baik sebagai manusia? Apa arti dan implikasi
martabat saya dan martabat orang lain sebagai manusia? Demikian pula
pertanyaan-pertanyaan mengenai dasar pengetahuan kita, meneganai nilai-nilai
yang dijunjung tinggi seperti tentang keadilan dan sebagainya. Jawaban-jawaban
yang mendalam terhadap pertanyaan itu akan mempengaruhi orientasi dasar
kehidupan manusia.
Berpikir itulah yang
mencirikan hakikat manusia dank arena berpikirlah dia menjadi manusia. Berpikir
pada dasarnya merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan
pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada abad sebuah kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Gerak pemikiran ini dalam kegiatannya mempergunakan lambang yang
merupakan abstaksi dari obyek yang sedang kita pikirkan. Bahasa adalah salah
satu dari lambang tersebut dimana obyek-obyek kehidupan yang kongkrit
dinyatakan dengan kata-kata.
Descartes menganggap bahwa
pengetahuan memang digasilkan oleh indera, tetapi karena dia mengakui bahwa
indra itu bisa menyesatkan(seperti dalam mimpi atau khayalan), maka dia
terpaksa mengambil kesimpulan bahwa data keindraan tidak dapat diandalkan. Dia
kemudian menguji kepercayaan terhadap tuhan yang Mahakuasa, tetapi disinipun
dia menemukan, bahwa dia dapat membayangkan Tuhan yang mungkin bisa menipu
manusia.[3]
D.
Hubungan Filsafat (Ilmu) dan Agama
Filsafat
dan ilmu pengetahuan dengan agama tidak bertentangan, sekalipun titik tolahnya
berbeda, yaitu filsasfat (dan ilmu pengetahuan dimulai dengan ragu-ragu atau
tidak percaya, sedangkan agama dimulai dengan yakin dan percaya (iman).
Filsafat
dan ilmu mengenai pengetahuan, sedangkan agama adalah mengenai kepercayaan atau
keyakinan. Pengetahuan tidak sama dengan keyakinan, namun keduanya mempunyai
hubungan yang erat mengenai ilmu pengetahuan dan agama menyangkut sikap mental
seseorang dalam hubungan dengan obyek tertentu yang disadarinya sebagai ada
atau terjadi.
Sepertiyang
dikatakan oleh Mahdi Ghulsyani (1993:59) “ilmu itu laksana lampu kehidupan dan
agama adalah petunjuknya” sesuai dengan itu, Eimstein menulis dalam bukunya Out
of my later years sbb: “ilmu dengan tiada agama lumpuh, agama dengan tiada ilmu
buta”. Muhammad Hatta (1960:17) menulis sebagai berikut:
“ilmu
mengenai soal ilmu pengetahuan, agama soal kepercayaan. Pengetahuan dan
kepercayaan adalah dua macam sikap yang berlainan daripada keinsyafan manusia.
Pelita ilmu terletak diotak, pelita agama terletak dihati.karena itu ilmu dan
agama dapat berjalan seiring dengan tiada mengganggu daerah masing-masing”.
Agama islam menekanan ilmu pentingnya ilmu
pengetahuan. Menurut ajaran islam ilmu dan agama bersumber pada satu sumber
yaitu Allah SWT. Firman Allah pertama
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Berisikan perintah untuk membaca
(Q.S.al-‘Alaq: 1-5). Perintah membaca itu diulang dua kali dan Allah
mengaitkannya dengan pentingnya tulisan. Nabi Muhammad saw jelas menunjukkan
bahwa islam tidak saja mendorong ilmu pengetahuan tetapi juga menjunjungnya
tinggi-tinggi. Nabi bersabda “mencari ilmu itu wajib bagi setiap Muslim”, yang
artinya bahwa mencari ilmu merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan,
siapapun yang akan melalaikannya akan berdosa.
Manusia
adalah makhluk
pencaari kebenaran. Ada tiga jalan untuk mencari, menghampiri dan menemukan
kebenaran, yaitu : ilmu, filsafat dan agama. Ketiga caa inimempunyai cara-cara
tersendiri dalam mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran. Ketiga institute
termaksud itu mempunyai titik persamaan, titik perbedaan dan titk singgung yang
satu terhadap yang lainnya.
a. Ilmu
pengetahuan
Ilmu
pengethuan itu ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu
system mengenai hukum-hukum tentang hal ikhwal yang diselidikinya (alam,
manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia
yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan
eksperimental.
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu
hal tertentu (objek atau lapangannya), yang merupakan kesatuan yang sistematis,
dan memberikan penjelasan yang dapat dipertanggung jawabkan dengan menunujukkan
sebab-sebab hal itu.
b. Filsafat
Filsafat
ialah “ilmu istimewa” yang mecoba menjawab massalah-masalah yang tidak dapat
dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa. Karena masalah-masalah tersebut diluar
atau diatas jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
Filsafat
ialah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami secara
radikal dan integral sarwa-yang-ada :
- Hakikat tuhan
- Hakikat alam semesta
- Hakikaat manusiaSerta sikap
manusia bermaksud sebagai konsejuensi dari pada faham ( pemahamnanya)
tersebut.
Dalam
buku filsafat agama karangan Dr. H Rosdjidi, filsafat adalah
berfikir, menurut William temple filsafat adalah menuntut pengetahuan untuk
memehami.
c. Agama
Agama pada
umumnya dipahami sebagai :
- Satu system credo ( tata
keimanan atau tata keyakinan ) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar
manusia.
- Satu system siyus (tata
peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu.
- Satu system norma (tata kaidah)
yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam lainnya,
sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaksud
diatas.[4]
E.
Hubungan Filsafat dan Seni
Filsafat
dan seni juga berkaitan erat. Kesenian berkaitan dengan keindahan(estetika)
merupakan bagian dari filsafat tentang nilai (axiology), yaitu nilai sesuatu
dilihat dari sudut indah atau tidak indah. Dalam karya seni banyak terkandung
nilai-nilai filsafat, karena seniman mengungkapkan nilai-nilai keindahan,
tetapi juga nilai-nilai dalam karya-karyanya. Dalam karya seni bukan hanya
mengandung nilai-nilai kehidupan yang mencerminkan pandangan hidup. Dalam karya
sastra seperti puisi, drama dan novel, demikian juga dalam lukisan, lagu, tari
dan film banyak terkandung nilai-nilai filsafat. Banyak filosop adalah seniman
atau sebaliknya, misalnya Mohammad Iqbal adalah filosof muslim dan sekaligus
penyair yang terkenal, dan filosof eksistensialisme Sartre adalah sastrawan dan
penulis ternama.
Seni dapat didefinisikan sebagai
suatu kegiatan manusia yang menjelajahi dan menciptakan realitas baru, serta
menyajikan secara kiasan. Seni sangat penting dalam kehidupan manusia karena
menjadi wadah untuk mengekspresikan kreatifitas dan merupakan cermin jiwa
manusia. Perbedaan seni dan filsafat adalah seni tidak bertujuan untuk mencari
pengetahuan dan pemahaman sebagaimana yang dilakukan filsafat.[5]
F.
Guna Mempelajari filsafat
Socrates
disangka gila oleh sebagian orang Athena. Pengadilan menyatakan ia merusaka
pemuda, si gila yang merenung-renungkan sesuatu diatas awan dan mencari rahasia
dibawah bumi, sedangkan lubang didepan rumahnya ia tidak tahu. Kalau begitu,
apa ada faedahnya mempelajari filsafat?
Sekurang-kurangnya
ada empat faedah mempelajari filsafat: agar terlatih berpikir serius, agar
mampu memahi filsafat, agar mungkin menjadi filosof, dan agar menjadi warga
yang baik.
Berfilsafat
ialah berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu yang menggunakan
pemikiran secara serius. Kemampuan berpikir serius itu, mendalam adalah salah
satu cirinya, tidak akan dimiliki tanpa melalui latihan. Belajar berfilsafat
merupakan salah satu bentuk latihan untuk memperoleh kemampuan berpikir serius.
Kemampuan ini akan memberikan kemampuan memecahkan masalah secara serius,
menemukan akar persoalan yang terdalam, menemukan sebab terakhir suatu
penampakan.
Dengan
dimilikinya kemampuan berpikir serius, seseorang mungkin saja mampu menemukan
rumusan baru dalam penyelesaian masalah dunia. Mungkin itu berupa kritik,
mungkin berbentuk usul. Jika argumentasinya kuat, usul atau kritik itu menjadi
suatu system pemikiran; anda menjadi filosof.[6]
Baik
sebagai ilmu pengetahuan maupun sebagai pandangan hidup, mempelajari filsafat
banyak manfaatnya, antara lain:
1. Filsafat akan menyadarkan kita kepada berbagai
masalah yang kita jumpai dalam kehidupan, dan kita akan semakin mampu
memecahkan masalah-masalah kehidupan, dan kita akan semakin mampu memecahkan
masalah-masalah kehidupan dengan lebih bijaksana, karena dengan mempelajari
filsafat akan memperluas wawasan kita dan melatih kita berpikir kritis dan
logis.
2. Filsafat akan membantu kita menentukan pandangan
hidup yang tegas, yang menjadi pedoman dan landasan bagi perbuatan kita
sehari-hari.
3. Dengan mendalami filsafat akan membawa kita kepada
kemungkinan untuk menjadi ahli filsafat.
G.
Kritik Terhadap Filsafat
Memang
peranan filsafat pernah dikritik sebagai tidak ada artinya. Filsafat dipandang
tidak bermannfaat bagi masyarakat atau malah dapat mengganggu perkembangan ilmu
pengetahuan. Filsafat social dan politik dikritik karena dalam sejarahnya
jarang mengembangkan paham-paham yang menguntungkan hidup bersama manusia.
Diantara
pengeritik yang keras terhadap filsafat ialah odo Marquard yang mengatakan
sebagai berikut:
“semula
filsafat kompeten untuk segala apa; lalu filsafat kompeten untuk beberapa hal;
akhirnya filsafat hanya kompeten untuk satu hal: yaitu untuk pengakuan
inkompetensinya”.
Marquard
mencatat selama bahwa selama sejarahnya tiga kali filsafat mengalami bahwa ia
tidak mempunyai sebuah kompetensi yang sebelumnya diklaimnya.
(1)
dalam tradisi platonic, filsafat adalah ajaran keselamatan(kompetensi
sateriologis). Dengan masuknya agama-agama terutama agama wahyu maka filsafat
ternyata tidak dapat menyaingi mereka sebagai penawar keselamatan. Ia hanya
dapat bertahan sebagai “anccila theologiae”(pelayan theologi).
(2). Kemudian muncul ilmu-ilmu modern, satu
demi satu memperlihatkan inkompetensi filsafat sebagai ilmu universal. Filsafat
merosot menjadi “ancilla scientiae” (pelayan ilmu pengetahuan).
(3).
Akhirnya filsafat juga tidak dapat memenuhi harapan bahwa ia mampu menciptakan
tatanan yang lebih adil. Filsafat bertahan sekedar sebagai “ancilla
emancipationis” (sebagai filsafat sejarah demi emansipasi manusia) (Lihat
Suseno, 1993: 245)
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Filsafat
merupakan salah satu cara berfikir mengenai tiga prinsip baik empiris maupun
nonempiris.
Poedjawijatna
(1974:11) mendefenisikan filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha
mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran
belaka.
Dan
hal itu juga untuk memperdalam suatu berfikir mendalam.Segala sesuatu yang
dipikirkan untuk mencari hasil dari semua pikiran kita dimana tidak terlepas
dari dasar-dasar pemikiran yaitu Ontologi, Epistemologi, Axiologi.
Jadi
kalau antologi adalah filsafat mengenai yang ada, maka epistemology membahas
tentang cara mengenal yang ada, dan axiology membahas tentang cara menilai yang
ada itu. Ontology disebut juga filsafat spekulatif, epistemology disebut
filsafat analitis, dan axiology disebut filsafat spekulatif.
Hubungan
Filsafat, ilmu dab Agama:Ilmu
pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (objek atau
lapangannya), yang merupakan kesatuan yang sistematis, dan memberikan
penjelasan yang dapat dipertanggung jawabkan dengan menunujukkan sebab-sebab hal
itu.Filsafat ialah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami
secara radikal dan integral sarwa-yang-ada :Hakikat tuhan, Hakikat alam semesta,
Hakikaat manusiaSerta sikap manusia bermaksud sebagai konsejuensi dari pada
faham ( pemahamnanya) tersebut.Agama pada umumnya dipahami sebagai : (1) Satu
system credo ( tata keimanan atau tata keyakinan ) atas adanya sesuatu yang
mutlak di luar manusia. (2) Satu system siyus (tata peribadatan) manusia kepada
yang dianggapnya mutlak itu. (3) Satu system norma (tata kaidah) yang mengatur
hubungan manusia dengan manusia dan alam lainnya, sesuai dan sejalan
dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaksud diatas.
DAFTAR PUSATAKA
Darwis
A. Soelaiman, Filsafat Ilmu
Pengetahuan,..
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum ; akal dan hati sejak thales samapai capra. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009.
Jujun S. Suriasumantri,
Ilmu dalam perspektif, Jakarta:
yayasan obor Indonesia,2003.
http://nugscience.blogspot.com
[2] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum;akal dan hati sejak thales
samapai capra(Bandung: pt remaja rosdakarya,2009) hal, 10,
[3]Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam perspektif, (Jakarta: yayasan
obor Indonesia, 2003), hal.100,
[4]http://gueem.wordpress.com
[5]http://nugscience.blogspot.com
[6]Ahmad Tafsir, Filsafat Umum;akal dan hati sejak thales
samapai capra(Bandung: pt remaja rosdakarya,2009), hal. 18-19,
No comments:
Post a Comment