MENU

Thursday, April 9, 2015

filsafat umum
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ilmu pengetahuan adalah ilmu khusus, yang makin lama semakin bercabang-cabang. Setiap ilmu memiliki filsafatnya yang berfungsi memberi arah dan makna bagi ilmu itu. Baik filsafat maupun ilmu pengetahuan, intinya ialah berpikir.
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita menemui orang yang selalu menajadi sebuah beban dalam kehidupan yaitu berpikir. Berpikir merupakan salah satu sifat yang digunakan untuk berfilsafat. Dimana berfikir secara mendalam berarti kita sudah mencari sesuatu hal yang sangat betul-betul ingin di cari dalam suatu pemikiran.
Berpikir secara mendalam juga belum tentu berfilsafat namun setidaknya berfilsafat adalah sudah tentu berfilsafat.
Filsafat itu sudah berkembang sebelum abad hijriah. Dimana ditemukan oleh para-para filosof yang sangat urgen dalam mencari sebuah kebenaran terhadap apa yang ada dalam kehidupan ini. Salah satu yang diteliti dan dicari dalam kehidupan dunia ini yakni mengenai alam semesta yang begitu luas jika dipandang, masih banyak lagi hal-hal yang menjadi sebuah kenikmatan didalamnya.
Dengan mempelajari filsafat merupakan salah satu kunci untuk bisa menjadi seorang yang berfikir dalam kehidupan yang berarti. Dengan begitu kita diharapkan agar dapat meneliti dan menelaah dalam mencari sesuatu hal yang bermakna dibalik semua yang belum kita tahu maknanya.
Salah satu yang dibahas dalam makalah ini yaitu mengenai filsafat ilmu dimana kita mencoba untuk mencari masalah besar dalam filsafat ilmu itu sendiri secara mendalam, sehingga mendapat sesuatu hal yang nantinya menjadi bermanfaat dalam prospek pembelajaran berikutnya.






BAB II
FILSAFAT UMUM
Apabila kita sebut istilah filsafat (Philosophy) sebenarnya menunjuk pada pengertian filsafat umum, yaitu filsafat yang mempersoalkan segala sesuatu yang ada (realitas) dalam alam semesta ini secara umum atau keseluruhan dan secara mendalam untuk mengetahui kebenaran yang sesungguhnya atau kebenaran yang hakiki dari realitas itu.
A.    Pengertian Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa yunani kuno ”philosophia”, dari akar kata philos berarti cinta, dan Sophia yang berarti kebijaksanaan atau hikmah. Jadi filsafat secara etimologi berarti Love Of Wisdom (Cinta kebijaksanaan atau kearifan).
Banyak sekali defenisi atau pengertian mengenai filsafat yang dapat kita temui. Dari karya darwis A. Soelaiman inimengatakan bahwafilsafat dirumuskan sebagai ilmu yang bersifat umum, yang mempersolakan segala sesuatu dalam alam semesta ini secara keseluruhan dan secara mendalam untuk menemukan kebenarannya yang hakiki.[1]
Poedjawijatna (1974:11) mendefenisikan filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
Hasbullah Bakry (1971:11) mengatakan bahwa filsafat ialah sejenis pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.[2]

B.     Ruang Lingkup Filsafat
Secara umum filsafat mencakup beberapa hal penting yaitu ontology, epistemology, dan axiology. Dimana masing-masing kata-kata tersebut mempunyai hal yang menarik pemikiran kita.
1.      Ontology
Ontology atau filsafat metafisika, mempersoalkan tentang yang ada atau tentang realitas (reality), meliputi: filsafat alam (kosmologi), filsafat manusia (antropologi), dan filsafat ketuhanan (theologi).
2.      Epistemology
Epistemolgi atau filsafat ilmu, mempersoalkan tentang kebenaran, kebenaran pengetahuan, dan logika (ilmu tentang berpikir logis)
3.      Axiologi
Axiology atau filsafat tentang nilai mempersoalkan tentang kebaikan (good) meliputi: etika,estetika,dan religi.
Jadi kalau antologi adalah filsafat mengenai yang ada, maka epistemology membahas tentang cara mengenal yang ada, dan axiology membahas tentang cara menilai yang ada itu. Ontology disebut juga filsafat spekulatif, epistemology disebut filsafat analitis, dan axiology disebut filsafat spekulatif.
Jujun Soeriasumantri (1996), mengatakan bahwa pada mulanya pokok permasalahan yang dikaji oleh filsafat ada 5 macam, yaitu: logika, estetika, metafisika, dan politik. Kemudian berkembang lagi cabang-cabang filsafat, seperti filssafat agama, filsafat hokum, filsafat ilmu, filsafat sejarah, filsafat matematika, dan filsafat pendiidikan. Menurut, filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan (epistemology).

C.    Hubungan Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan
Istilah falsafah mengandung banyak pengertian, namun untuk tujuan pembahasan kita, falsafah diartikan sebagai suatu cara berfikir yang radikal dan menyeluruh, suatu cara berfikir yang mengupas sesuatu didalam-dalamnya. Tak satu hal yang bagaimanapun kecilnya terlepas dari pengamatan kefalsafahan. Tak ada suatu pernyataan yang bagaimanapun sederhananya yang kita terima begitu saja tanpa pengkajian yang saksama.
Filsafat merupakan ilmu yang unum, dan sering disebut sebagai induk dari segala ilmu, karena pada mulanya ilmu pengetahuan (sains) merupakan bagian filsafat. Ilmu pengetahuan adalah ilmu khusus, yang makin lama semakin bercabang-cabang. Setiap ilmu memiliki filsafatnya yang berfungsi memberi arah dan makna bagi ilmu itu. Baik filsafat maupun ilmu pengetahuan, intinya ialah berpikir. Bedanya, kalau filsafat memikirkan atau menjangkau sesuatu itu secara mneyeluruh, maka ilmu memikirkan atau menjangkau bagian-bagian tertentu tentang sesuatu.
Kalau filsafat menjangkau sesuatu itu dengan secara spekulatif atau perenungan dengan menggunakan metode berfikir deduktif, maka ilmu menggunakan pendekatan emperis atau ilmiah dengan menggunakan metode berpikir induktif disamping metode berfikir deduktif dan logika.
Sebagai ilmu yang umum maka filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang ada, mencakup alam, manusia, dan tuhan secara umum dan keseluruhan. Mengenai manusia minsalnya dipersoalkan pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa arti dan tujuan hidup saya? Apa yang menjadi kewajiban saya dan yang menjadi tanggung jawab saya sebagai manusia? Bagaimana saya harus hidup agar menjadi baik sebagai manusia? Apa arti dan implikasi martabat saya dan martabat orang lain sebagai manusia? Demikian pula pertanyaan-pertanyaan mengenai dasar pengetahuan kita, meneganai nilai-nilai yang dijunjung tinggi seperti tentang keadilan dan sebagainya. Jawaban-jawaban yang mendalam terhadap pertanyaan itu akan mempengaruhi orientasi dasar kehidupan manusia.
Berpikir itulah yang mencirikan hakikat manusia dank arena berpikirlah dia menjadi manusia. Berpikir pada dasarnya merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada abad sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Gerak pemikiran ini dalam kegiatannya mempergunakan lambang yang merupakan abstaksi dari obyek yang sedang kita pikirkan. Bahasa adalah salah satu dari lambang tersebut dimana obyek-obyek kehidupan yang kongkrit dinyatakan dengan kata-kata.
Descartes menganggap bahwa pengetahuan memang digasilkan oleh indera, tetapi karena dia mengakui bahwa indra itu bisa menyesatkan(seperti dalam mimpi atau khayalan), maka dia terpaksa mengambil kesimpulan bahwa data keindraan tidak dapat diandalkan. Dia kemudian menguji kepercayaan terhadap tuhan yang Mahakuasa, tetapi disinipun dia menemukan, bahwa dia dapat membayangkan Tuhan yang mungkin bisa menipu manusia.[3]

D.    Hubungan Filsafat (Ilmu) dan Agama
Filsafat dan ilmu pengetahuan dengan agama tidak bertentangan, sekalipun titik tolahnya berbeda, yaitu filsasfat (dan ilmu pengetahuan dimulai dengan ragu-ragu atau tidak percaya, sedangkan agama dimulai dengan yakin dan percaya (iman).
Filsafat dan ilmu mengenai pengetahuan, sedangkan agama adalah mengenai kepercayaan atau keyakinan. Pengetahuan tidak sama dengan keyakinan, namun keduanya mempunyai hubungan yang erat mengenai ilmu pengetahuan dan agama menyangkut sikap mental seseorang dalam hubungan dengan obyek tertentu yang disadarinya sebagai ada atau terjadi.
Sepertiyang dikatakan oleh Mahdi Ghulsyani (1993:59) “ilmu itu laksana lampu kehidupan dan agama adalah petunjuknya” sesuai dengan itu, Eimstein menulis dalam bukunya Out of my later years sbb: “ilmu dengan tiada agama lumpuh, agama dengan tiada ilmu buta”. Muhammad Hatta (1960:17) menulis sebagai berikut:
“ilmu mengenai soal ilmu pengetahuan, agama soal kepercayaan. Pengetahuan dan kepercayaan adalah dua macam sikap yang berlainan daripada keinsyafan manusia. Pelita ilmu terletak diotak, pelita agama terletak dihati.karena itu ilmu dan agama dapat berjalan seiring dengan tiada mengganggu daerah masing-masing”.
Agama  islam menekanan ilmu pentingnya ilmu pengetahuan. Menurut ajaran islam ilmu dan agama bersumber pada satu sumber yaitu Allah SWT. Firman  Allah pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Berisikan perintah untuk membaca (Q.S.al-‘Alaq: 1-5). Perintah membaca itu diulang dua kali dan Allah mengaitkannya dengan pentingnya tulisan. Nabi Muhammad saw jelas menunjukkan bahwa islam tidak saja mendorong ilmu pengetahuan tetapi juga menjunjungnya tinggi-tinggi. Nabi bersabda “mencari ilmu itu wajib bagi setiap Muslim”, yang artinya bahwa mencari ilmu merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan, siapapun yang akan melalaikannya akan berdosa.
Manusia adalah makhluk pencaari kebenaran. Ada tiga jalan untuk mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran, yaitu : ilmu, filsafat dan agama. Ketiga caa inimempunyai cara-cara tersendiri dalam mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran. Ketiga institute termaksud itu mempunyai titik persamaan, titik perbedaan dan titk singgung yang satu terhadap yang lainnya.
a.       Ilmu pengetahuan
Ilmu pengethuan itu ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu system mengenai hukum-hukum tentang hal ikhwal yang diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimental.
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (objek atau lapangannya), yang merupakan kesatuan yang sistematis, dan memberikan penjelasan yang dapat dipertanggung jawabkan dengan menunujukkan sebab-sebab hal itu.
b. Filsafat
Filsafat ialah “ilmu istimewa” yang mecoba menjawab massalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa. Karena masalah-masalah tersebut diluar atau diatas jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
Filsafat ialah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami secara radikal dan integral sarwa-yang-ada :
  1. Hakikat tuhan
  2. Hakikat alam semesta
  3. Hakikaat manusiaSerta sikap manusia bermaksud sebagai konsejuensi dari pada faham ( pemahamnanya) tersebut.
Dalam buku filsafat agama karangan Dr. H Rosdjidi, filsafat  adalah berfikir, menurut William temple filsafat adalah menuntut pengetahuan untuk memehami.
c. Agama
Agama pada umumnya dipahami sebagai :
  1. Satu system credo ( tata keimanan atau tata keyakinan ) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia.
  2. Satu system siyus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu.
  3. Satu system norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan  manusia dan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaksud diatas.[4]
E.     Hubungan Filsafat dan Seni
Filsafat dan seni juga berkaitan erat. Kesenian berkaitan dengan keindahan(estetika) merupakan bagian dari filsafat tentang nilai (axiology), yaitu nilai sesuatu dilihat dari sudut indah atau tidak indah. Dalam karya seni banyak terkandung nilai-nilai filsafat, karena seniman mengungkapkan nilai-nilai keindahan, tetapi juga nilai-nilai dalam karya-karyanya. Dalam karya seni bukan hanya mengandung nilai-nilai kehidupan yang mencerminkan pandangan hidup. Dalam karya sastra seperti puisi, drama dan novel, demikian juga dalam lukisan, lagu, tari dan film banyak terkandung nilai-nilai filsafat. Banyak filosop adalah seniman atau sebaliknya, misalnya Mohammad Iqbal adalah filosof muslim dan sekaligus penyair yang terkenal, dan filosof eksistensialisme Sartre adalah sastrawan dan penulis ternama.
Seni dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan manusia yang menjelajahi dan menciptakan realitas baru, serta menyajikan secara kiasan. Seni sangat penting dalam kehidupan manusia karena menjadi wadah untuk mengekspresikan kreatifitas dan merupakan cermin jiwa manusia. Perbedaan seni dan filsafat adalah seni tidak bertujuan untuk mencari pengetahuan dan pemahaman sebagaimana yang dilakukan filsafat.[5]

F.     Guna Mempelajari filsafat
Socrates disangka gila oleh sebagian orang Athena. Pengadilan menyatakan ia merusaka pemuda, si gila yang merenung-renungkan sesuatu diatas awan dan mencari rahasia dibawah bumi, sedangkan lubang didepan rumahnya ia tidak tahu. Kalau begitu, apa ada faedahnya mempelajari filsafat?
Sekurang-kurangnya ada empat faedah mempelajari filsafat: agar terlatih berpikir serius, agar mampu memahi filsafat, agar mungkin menjadi filosof, dan agar menjadi warga yang baik.
Berfilsafat ialah berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu yang menggunakan pemikiran secara serius. Kemampuan berpikir serius itu, mendalam adalah salah satu cirinya, tidak akan dimiliki tanpa melalui latihan. Belajar berfilsafat merupakan salah satu bentuk latihan untuk memperoleh kemampuan berpikir serius. Kemampuan ini akan memberikan kemampuan memecahkan masalah secara serius, menemukan akar persoalan yang terdalam, menemukan sebab terakhir suatu penampakan.
Dengan dimilikinya kemampuan berpikir serius, seseorang mungkin saja mampu menemukan rumusan baru dalam penyelesaian masalah dunia. Mungkin itu berupa kritik, mungkin berbentuk usul. Jika argumentasinya kuat, usul atau kritik itu menjadi suatu system pemikiran; anda menjadi filosof.[6]
Baik sebagai ilmu pengetahuan maupun sebagai pandangan hidup, mempelajari filsafat banyak manfaatnya, antara lain:
1.      Filsafat akan menyadarkan kita kepada berbagai masalah yang kita jumpai dalam kehidupan, dan kita akan semakin mampu memecahkan masalah-masalah kehidupan, dan kita akan semakin mampu memecahkan masalah-masalah kehidupan dengan lebih bijaksana, karena dengan mempelajari filsafat akan memperluas wawasan kita dan melatih kita berpikir kritis dan logis.
2.      Filsafat akan membantu kita menentukan pandangan hidup yang tegas, yang menjadi pedoman dan landasan bagi perbuatan kita sehari-hari.
3.      Dengan mendalami filsafat akan membawa kita kepada kemungkinan untuk menjadi ahli filsafat.

G.    Kritik Terhadap Filsafat
Memang peranan filsafat pernah dikritik sebagai tidak ada artinya. Filsafat dipandang tidak bermannfaat bagi masyarakat atau malah dapat mengganggu perkembangan ilmu pengetahuan. Filsafat social dan politik dikritik karena dalam sejarahnya jarang mengembangkan paham-paham yang menguntungkan hidup bersama manusia.
Diantara pengeritik yang keras terhadap filsafat ialah odo Marquard yang mengatakan sebagai berikut:
“semula filsafat kompeten untuk segala apa; lalu filsafat kompeten untuk beberapa hal; akhirnya filsafat hanya kompeten untuk satu hal: yaitu untuk pengakuan inkompetensinya”.
Marquard mencatat selama bahwa selama sejarahnya tiga kali filsafat mengalami bahwa ia tidak mempunyai sebuah kompetensi yang sebelumnya diklaimnya.
(1) dalam tradisi platonic, filsafat adalah ajaran keselamatan(kompetensi sateriologis). Dengan masuknya agama-agama terutama agama wahyu maka filsafat ternyata tidak dapat menyaingi mereka sebagai penawar keselamatan. Ia hanya dapat bertahan sebagai “anccila theologiae”(pelayan theologi).
 (2). Kemudian muncul ilmu-ilmu modern, satu demi satu memperlihatkan inkompetensi filsafat sebagai ilmu universal. Filsafat merosot menjadi “ancilla scientiae” (pelayan ilmu pengetahuan).
(3). Akhirnya filsafat juga tidak dapat memenuhi harapan bahwa ia mampu menciptakan tatanan yang lebih adil. Filsafat bertahan sekedar sebagai “ancilla emancipationis” (sebagai filsafat sejarah demi emansipasi manusia) (Lihat Suseno, 1993: 245)



















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Filsafat merupakan salah satu cara berfikir mengenai tiga prinsip baik empiris maupun nonempiris.
Poedjawijatna (1974:11) mendefenisikan filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
Dan hal itu juga untuk memperdalam suatu berfikir mendalam.Segala sesuatu yang dipikirkan untuk mencari hasil dari semua pikiran kita dimana tidak terlepas dari dasar-dasar pemikiran yaitu Ontologi, Epistemologi, Axiologi.
Jadi kalau antologi adalah filsafat mengenai yang ada, maka epistemology membahas tentang cara mengenal yang ada, dan axiology membahas tentang cara menilai yang ada itu. Ontology disebut juga filsafat spekulatif, epistemology disebut filsafat analitis, dan axiology disebut filsafat spekulatif.
Hubungan Filsafat, ilmu dab Agama:Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (objek atau lapangannya), yang merupakan kesatuan yang sistematis, dan memberikan penjelasan yang dapat dipertanggung jawabkan dengan menunujukkan sebab-sebab hal itu.Filsafat ialah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami secara radikal dan integral sarwa-yang-ada :Hakikat tuhan, Hakikat alam semesta, Hakikaat manusiaSerta sikap manusia bermaksud sebagai konsejuensi dari pada faham ( pemahamnanya) tersebut.Agama pada umumnya dipahami sebagai : (1) Satu system credo ( tata keimanan atau tata keyakinan ) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia. (2) Satu system siyus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu. (3) Satu system norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan  manusia dan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaksud diatas.





DAFTAR PUSATAKA
Darwis A. Soelaiman, Filsafat Ilmu Pengetahuan,..
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum ; akal dan hati sejak thales samapai capra. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.
Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam perspektif, Jakarta: yayasan obor Indonesia,2003.
http://nugscience.blogspot.com



[1]. Darwis A. Soelaiman, Filsafat Ilmu Pengetahuan,..hal.2
[2] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum;akal dan hati sejak thales samapai capra(Bandung: pt remaja rosdakarya,2009) hal, 10,
[3]Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam perspektif, (Jakarta: yayasan obor Indonesia, 2003), hal.100,
[4]http://gueem.wordpress.com
[5]http://nugscience.blogspot.com
[6]Ahmad Tafsir, Filsafat Umum;akal dan hati sejak thales samapai capra(Bandung: pt remaja rosdakarya,2009), hal. 18-19,

No comments:

Post a Comment