TATAKELOLA
PEMERINTAHAN YANG BAIK SEBAGAI PRASYARAT PEMBANGUNAN PERDAMAIAN ACEH BERKELANJUTAN
Kita
patut bersyukur dengan Rahmat Allah SWT.,yang telah mengizinkan Aceh terlepas
dari penderitaan konflik perang internal dengan NKRI. Akibatnya Aceh kian
terpuruk dalam segala aspek baik perekonomian, pendidikan, pembangunan,
sosialisasi dan lain sebagainya. Sehingga penyebabnya, Aceh semakin ketingalan
dari daerah-daerah lainya di indonesia.
Lebih kurang sembilan tahun yang lalu, Aceh sudah merujuk perdamaian
sejak ditanda tanganinya perjanjian damai di helsinki, yang dampaknya lansung
kita rasakan saat ini. Jika sedang berada di daerah Aceh, rasanya tidak percaya
bahwa Aceh ini pernah mengalami konflik dan kemudian dihantam Tsunami beserta
diterjang gempa yang begitu mahadahsyat, hingga harapan rakyat Aceh sirna dan
terpuruk. kesedihan rakyat Aceh berlanjut dengan banyaknya korban jiwa dan
kehancuran bangunan yang sangat luar biasa, sehingga semua dunia berduka akan
bencana tersebut. Maha suci Allah SWT.
Pasca
Tsunami, dengan izin Allah SWT., kota-kota di Aceh bangkit menjadi kota megah dan mewah.
dengan datangnya orang asing yang beramai-ramai ikut melakukan rehab rekon.
Wajah kota di poles dengan indah dan nyaman. banyak kendaraan makin padat berlalu-lalang
kesana-kemari. tanpa ada rasa takut akan bunyi senjata api, semua kota-kota di Aceh
tanpa mengenal tidur atau beraktifitas dalam 24 jam yang dilalui. Dengan
mencari kebutuhan hidupnya. Seperti yang kita lihat pada cafe-café, warung dan
lain sebagainya. Sehingga menjadi tempat melepas kepenatan aktifitas, atau
sekedar santai-santai sambil minum kopi, dan bahkan sebagian besarnya asyik
dengan menulusuri dunia maya.
Tentunya
hal ini tidak boleh di abaikan dengan begitu saja. untuk menjaga prasyarat
pembangunan perdamaian agar tetap awet dan utuh, masih banyak hal yang perlu
kita dalami dan pelajari secara bersama-sama. Baik dalam kurun waktu yang dekat
maupun dalam kurun waktu yang lama. Sehingga prasyarat perdamaian tersebut dapat
menjadi lebih efektif dan siap pada jenjang yang lebih matang. sehingga tidak
ada lagi tangisan dan keluhan yang dirasakan masayarakat Aceh sendiri.
Banyak
yang masih menghantui bumi serambi mekah ini. dimana negeri yang dijuluki
negeri syariat islam, masih banyak masalah yang masih belum terselesaikan.
khususnya masyarakat yang berada di pedesaan, minsalnya seperti angka kemiskinan
yang tinggi. Sehingga tidak heran lagi, bahwa kejahatan meraja lela dimana-mana
sampai-sampai bumi syariat islam ini di kenal sebagai daerah penghasil ganja
dunia. betapa malunya jika kita menanggapi hal yang demikian ini. Tidak hanya
itu, Sang koruptorpun bangkit merajalela demi mementingkan kepribadian diri
sendiri. Membiarkan masyarakat kalangan rendah terjerumus pada tempat yang
tidak layak. Seolah-olah hidup ini terasa bebas dari segala yang namanya
kebejatan. Dikalangan lainnya, banyaknya pengangguran yang lulusan Perguruan Tinggi tidak memiliki
pekerjaan atau masih berada dalam posisi pengangguran dan masih banyak lagi
masalah-masalah lain yang belum terpecahkan.
Kita
semua berharap kepada Pemerintahan agar dapat menata atau mengelola pembangunan
masyarakat Aceh sebagai prasyarat perdamaian dengan baik. kesejahteraan dan
keadilan di kalangan masyarakat khususnya masyarakat pedesaan, yang masih belum
merasakan kehidupan yang layak, dengan memamfaatkan perdamaian di Aceh. Sedikit
keringanan dengan damainya Aceh yang telah memperkecil dampak kemiskinan, mari
kita lihat data berikut ini. Ketika semenjak dimasa konflik (2001). keluarga
miskin di Aceh mencapai 40%. dari 4,2 juta penduduk Aceh. Sekarang angka
kemiskinan di Aceh berkurang dari 26,7%.
pada tahun (2008) menjadi 23,5%. pada akhir tahun (2008). Namun jika di
bandingkan dengan tingkat kemiskinan nasional
sebesar 15,4%. Kemiskinan Aceh berada dibagian pedesaan dengan tingkat
kemiskinan sebesar 26,3%. sedangkan di tingkat perkotaan kemiskinanya telah
rendah yakni 16,6%. Namun sayangnya pertumbuhan
ekonomi di Aceh masih sangat minim ( -2,86) tahun 2009. Justru dalam
keadaan damai pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 4%. Padahal uang yang dulu
disumbangkan oleh dunia selama rehab rekon lebih dari 75 triliun rupiah. Namun
uang tersebut, sepertinya hanya numpang lewat saja, karena tidak mampu
mengurangi angka kemiskinan di Aceh.
Sampai
saat ini, sektor pertanian masih merupakan lapangan pekerjaan utama bagi rakyat
Aceh. Berdasarkan data, jumlah tenaga kerja di sektor pertanian mencapai 877.600
jiwa (55,89%) dari total tenaga kerja di Aceh, peningkatan tenaga kerja hanya
terdapat pada sektor ini. Sementara untuk sektor lainnya mengalami penurunan
tipis. Karena itu tampuk Pemerintahan
harus lebih fokus dalam membangun bidang ini. seperti pembangunan
irigasi, pengembangan pertanian, dan memberi solusi untuk menjadikan petani
cerdas dalam hal mengelola kebutuhan petani agar mampu meningkatkan
perekonomian.
Pemerintah
harus sigap menanggapi hal tersebut, jangan sampai dapat mengancam perdamaian
di Aceh yang telah dipertahankan selama ini. Khususnya kepada para Pemerintahan yang harus sudah berfikir akan melalukan
rehabilisasi terhadap semua masyarakat yang belum merasakan nikmatnya perdamaian,
karena dari itu pemimpin yang baiklah yang memiliki ilmu dan iman yang memahami
seegala keluh kesah yang selama ini di rasakan oleh masyarakat kecil di Aceh. Seharusnya semua masyarakat Aceh mendapat
kehidupan yang layak, untuk menjamin agar Aceh terhindar dari terjadinya
konflik kembali. Sehingga dapat mengurangi resiko kejahatan yang menyebar
dimana-mana. Sesuai dengan tujuan pembangunan, semestinya upaya yang dilakukan
ditunjukan untuk mengatasi atau paling tidak mengurangi semua bentuk dan dimensi
penderitaan manusiawi, terutama bagi kaum yang miskin dan menderita sehingga
yang namanya kesejahteraan rakyat tercapai.
Kewenangan
pemerintah dalam memberi pengelolaan sumber daya alam secara mandiri.
Kesempatan ini diharap dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah yang
berdampak pada kemakmuran rakyat. Perlu disadari bersama bahwa MoU Helsinki
tanggal 15 agustus 2005. sembilan tahun yang lalu bukanlah akhir dari konflik
yang terjadi di Aceh, karena konflik dapat terjadi di kemudian hari, jika
kompenen Pemerintahan tidak senggup mensejahterakan rakyat. maka dari itu MoU
Helsinki harus dapat di jadikan tonggak awal menuju perdamaian abadi. Tantangan
perdamaian di Aceh masih konperensif dan banyak persoalan yang belum selesai yang
dapat mengarah kepada damai yang berkelanjutan atau malah sebaliknya, gagalnya
perdamaian. Jika angka pengangguran masih tinggi, maka tidak mungkin Aceh dapat
menekan kemiskinan. harus kita ketahui bahwa kemiskinan adalah musuh utama
perdamaian, karena perdamaian abadi bukanlah ditandai dengan berkurangnya
identitas konflik bersenjata, melainkan perdamaian yang abadi selalu ditandai
dengan berkurangnya angka kemiskinan.
Pembangunan
perekonomian Aceh kedepan sangatlah harus diperhatikan secara mendetail. Pemerintahan
dr. H. ZAINI ABDULLAH dan T.MUZAKIR MANAF yang berperan penting dalam
perdamaian di Aceh. Harus memamfaatkan sebaik-baik mungkin, demi membuktikan
visi dan misi demi membangun Aceh kedepannya. Pemerintahan harus membenahi
moral di negeri serambi mekah ini. Terutama yang harus diperbaiki adalah moral
para pejabat terlebih duhulu dari pada moral masyarakat. Moral yang ingin
dibangaun disini adalah kejujuran yang monumental dan parlemen, dan bukan
kejujuran konteporer dan sifatnya sementara tapi kejujuran yang sifatnya abadi.
Sikap jujur ini harus dipraktekan dari jajaran teratas sampai yang paling
bawah. Tentunya Aceh makin bersemangat dalam hal membangaun moralitas kejujuran
dari seluruh komponen masyarakat yang ada di Aceh baik rakyat biasa maupun
Pemerintahan. Bila semua ini telah di praktekan insya Allah dengan izin Allah
SWT. Dampak positif bagi kesejahteraan rakyat Aceh akan menjadi kemakmuran
rakyat untuk kemajuan Aceh.
Banyak
sikap yang harus dimiliki oleh Pemerintahan dalam mengelola perdamaian di tanah
serambi mekah Aceh yang berkelanjutan. guna mencegah kembali terjadinya konflik
karena masyarakat Aceh belum merasakan keadilan atau kemakmuran selama perdamaian
berlansung. Berkenaan dengan Hal ini kita berharap kepada Pemerintahan agar
mentauladani sikap kepemimpinan yang tidak hanya mementingkan diri sendiri
melainkan mementingkan rakyat yang dipimpinnya seperti sosok rasulullah SAW
kekasihnya Allah SWT beliau hanya mementingkan kemaslihatan umatnya dari pada
mementingkan diri sendiri, semua beliau lakukan demi keselamatan dunia dan
akhirat untuk semua umatnya sampai-sampai saat rasulullah SAW hendak menjelang
sakratul mautpun beliau masih memikirkan tentang umatnya . Dan masih banyak
suri tauladan kepemimpinan yang baik dalam menjalankan kepemerintahannya
seperti para khalifah rasyiddin, ummayyah, turki ustmani dan dan lain sebagainya,
di dalam kitab suci Al-qur’an pun sangat banyak menjelaskan pedoman tentang
cara memimpin atau menjadi pemerintahan dengan baik dan di ridhoi oleh Allah
SWT. diantaranya terdapat pada Qs. Shad: 26 “hai daud sesungguhnya kami
menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi, maka berilah keputusan
(perkara) di antara manusia dengan adil dan jangan lah kamu mengikuti hawa
nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah SWT. Sesungguhnya
orang-orang yang sesat dari jalan Allah SWT akan mendapat azab yang berat,
karena mereka melupakan hari perhitungan”. Ayat ini mengisyaratkan bahwa salah
satu tugas dan kewajiban utama seorang pemimpin atau tampuk Pemerintahan adalah
menegakan supremasi hukum secara hak. Seorang pemimpin tidak boleh menjalankan
kepemimpinanya dengan hawa nafsu. Karena tugas kepemimpinan adalah tugas
fisabillah dan kedudukannya pun sangat mulia.
Dalam
mengelola Pemerintahan yang merakyat, guna demi menjaga keutuhan abadi dari
perdamaian sebagai prasyarat, patutlah para pemerintah memahami sosiologis dan
antropologis masyarakatnya, sehingga benar-benar memahami rakyat yang di
pimpinya, jadi tugas dari pemimpin tersebut adalah mengelola perbedaan dan keragaman rakyatnya
sebagai aset dan kekuatan rakyat Aceh. Para pemerintah pun tidak hanya di
tuntut untuk memiliki ilmu saja. melainkan di dampingi dengan iman untuk menghindari
perbuatan yang negatif atau dapat mengendalikan diri dari bisikan syaitan
terhadap kemakmuran masyarakat Aceh.
Pesan
moral dari rakyat untuk para Pemerintahan Aceh agar dapat menjadi para pemimpin
rakyat yang baik dalam mengelola pembangunan sebagai prasyarat perdamaian di Aceh
guna mencapai kemakmuran semua masyarakat Aceh :
Sebagai seorang
pemimpin harus selalu bertawakal kepada Allah SWT dan rasulnya serta rela
berkorban baik secara lahir maupun batin, tabah dan sabar menahan cobaan dan
ujian yang menghadang. Dan Pemerintahan harus aktif untuk mengetahui keadaan
rakyat dan merasakan lansung penderitaan rakyatnya karena pemerintah harus
melebihi rakyatnya dalam segala hal (keilmuan dan perbuatan, pengabdian,
ibadah, keberanian dan keutamaan sikap
dan prilaku guna menjadikan perdamaian Aceh bersifat abadi dirasakan rakyat.
Penulis
ADE PUTRA SETIAWANSYAH
No.hp 082272745101
No comments:
Post a Comment