BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Dakwah
merupakan suatu kewajiban setiap muslim. Sebagai seorang da’i tentu ingin
mencapai kesuksesan dalam tugas dakwahnya untuk menyampaikan ajaran Islam
(Al-Qur’an dan Hadis). Salah satu bentuk keberhasilan dalam dakwah adalah
berubahnya sikap kejiwaan seseorang. Misalnya, dari tidak cinta Islam menjadi
cinta, dari tidak mau beramal saleh menjadi selalu beramal saleh ataupun dari
cinta kemaksiatan menjadi benci dan tidak akan dilakukan lagi. Sehingga pada
akhirnya dalam jiwanya tertanam rasa senang terhadap kebenaran ajaran Islam.
Pada
proses dakwah yang bermaksud untuk mengubah sikap kejiwaan seorang mad’u, maka
pengetahuan tentang psikologi dakwah menjadi sesuatu yang sangat penting. Jika
dilihat dari segi psikologi bahwa dakwah dalam prosesnya dipandang sebagai
pembawa perubahan, atau suatu proses. Dari segi dakwah, psikologi banyak
memberi jalan pada tujuan dakwah pemilihan materi dan penetapan metodenya. Bagi
seorang da’i dengan mempelajari metode psikologi yang mana psikologi dapat
memungkinkan mengenal berbagai aspek atau prinsip yang dapat menolongnya dalam
meneliti tingkah laku manusia dengan lebih kritis dan juga dapat memberikan
kepadanya pengertian yang lebih mendalam tentang tingkah laku dan juga
psikologi memberikan jalan bagaimana menyampaikan materi dan menetapkan metode
dakwah kepada individu manusia yang merupakan makhluk yang berjiwa dan memiliki
kepribadian.[1]
Psikologi
dakwah yang merupakan gabungan dari dua disiplin ilmu yang berbeda, yaitu
psikologi adalah ilmu yang membahas mengenai gejala-gejala kejiwaan individu
yang dapat diketahui melalui tingkah lakunya. Dan dakwah adalah sebuah proses
penyampaian ajaran Islam kepada seseorang sehingga melakukan amar ma’ruf nahi
munkar untuk menuju ke jalan Allah agar tercapainya kebahagian dunia dan
akhirat. Jadi, psikologi dakwah yaitu suatu disiplin ilmu yang mempelajari
gejala-gejala kejiwaan melalui tingkah laku yang sesuai amar ma’ruf nahi
munkar.
Dari
gabungan dua disiplin ilmu yang berbeda, maka psikologi dakwah tentunya
memiliki objek pembahasan tersendiri yang berbeda dari ilmu-ilmu yang lainnya.
Dalam kamus ilmiah, objek berarti sasaran, hal perkara, atau orang yang menjadi
pokok pembicaraan.[2] Ahmad Mubarak menganggap psikologi dakwah sebagai ilmu
yang berusaha mneguraikan, meramalkan dan mengendalikan tingkah laku manusia
yang terkait dengan proses dakwah.[3]
2. RUMUSAN
MASALAH
Dari
latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa hal yang menjadi pokok
pembahsan dalam makalah kami psikologi dakwah yang menyangkut objek pembahasan
pada psikologi dakwah, yaitu, pertama, apa yang menjadi objek pembahasan dalam
psikologi dakwah?. Kedua, bagaimana hubungan antara kedua objek pembahasan
tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
1. OBJEK
PEMBAHASAN PSIKOLOGI DAKWAH
Dalam
ruang lingkup pembahasan maka psikologi dakwah memiliki tugas untuk memberikan
kepada kita suatu pengertian tentang pentingnya memahami tingkah laku manusia,
bagaimana memprediksikan serta mengontrolnya. Dengan demikian psikologi dakwah
terdapat pendekatan analisis terhadap tingkah laku manusia dari berbagai aspek
ilmu yang bersumber pada pandangan psikologi perorangan maupun dalam
masyarakat. Proses pelaksanaan kegiatan dakwah dalam masyarakat atas landasan
psikologi dakwah akan dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan
oleh manusia sebagai individu dan sebagai makhluk sosial.[4]
Dalam
ilmu dakwah objek dakwah terbagi menjadi objek material yang mencakup ajaran
pokok agama Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadis serta dapat diiwujudkan dalam semua
aspek kegiatan dan kehidupan umat Islam dalam sepanjang sejarah Islam.
Sedangkan pada objek formal meliputi aspek yang berhubungan dengan kegiatan
mengajak umat manusia agar beramar ma’ruf nahi munkar sehingga umat
manusia mengikuti apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala apa
yang dilarang-Nya dalam semua segi kehidupan manusia. Adapun pendapat dari
Syukriadi Sambas yang menyatakan bahwa objek material ilmu dakwah adalah
perilaku keislaman dalam berislam yang sumber pokoknya Al-Qur’an dan Hadis.
Sedangkan objek formalnya adalah aspek spesifik mengenai perilaku keislaman
dalam melakukan dakwah baik dalam bentuk Tabligh, Irsyad, Tadbir dan
Tathwir.[5]
Dalam
pandangan psikologi, George a miller menyatakan bahwa psikologi mempunyai objek
pembahasan yang berupa mental atau jiwa manusia secara luas. Pembahasannya
bersifat ilmiah yang didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh metode
ilmiah pula. Hal ini berbeda dengan William james yang membatasi objek
pembahasan psikologi pada jiwa sadar manusia sehat, terdidik dan sebagainya.
Yang djadikan objek penelitiannya adalah tingkah laku yang berhubungan dengan
proses penyesuaian diri. Tingkah laku tersebut bertujuan untuk memenuhi
tuntutan kebutuhan hidup biologis sebagai makhluk individual dan tuntutan hidup
sosial sebagai makhluk sosial.[6]
Pada
psikologi dakwah memiliki teori serta prinsip-prinsip dan sudut pandang secara
khusus yang berbeda dengan ilmu-ilmu lainnya serta objek pembahasannya. Dilihat
dari objek pembahasannya terbagi menjadi objek material dan objek formal. Pada
objek material, yaitu sesuatu realitas atau fakta-fakta yang dibahas oleh suatu
ilmu. Sedangkan objek formal adalah suatu sudut pandang yang spesifik terhadap
suatu masalah yang diungkapkan secara mendalam oleh suatu disiplin ilmu.[7]
Objek
material psikologi adalah manusia sebagai makhluk yang berjiwa dan objek
material dakwah adalah manusia sebagai makhluk yang berketuhanan. Jadi objek
material psikologi dakwah, yaitu manusia sebagai makhluk yang memiliki
jiwa dan berketuhanan sesuai dengan ajaran Islam.
Objek
formal psikologi adalah tingkah laku manusia yang dilihat dari gejala-gejala
kejiwaannya. Sedangkan objek formal dakwah adalah manusia sebagai individual
ataupun sosial untuk diarahkan menuju kejalan Allah. Jadi objek psikologi
dakwah adalah manusia dengan segala tingkah lakunya yang terlibat dalam proses
dakwah.[8]
Dalam
objek pembahasan psikologi dakwah masalah tingkah laku manusia dilihat dari
segi interaksi dan interrelasi serta interkomunikasinya dengan manusia lain
dalam hidup kelompok sosial di samping masalah hidup individual dengan
kelainan-kelainnya yang mendasar dan menyeluruh, oleh karena manusia adalah
makhluk sosial dan makhluk individual.[9]
Objek
psikologi dakwah yaitu manusia yang memiliki sikap dan tingkah laku yang
berbeda satu dengan yang lain. Masing-masing individu memiliki karakteristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh orang tua maupun lingkungan. Begitu juga da’i
ada yang berpikiran sempit dan ada yang luas, da’i tidak cukup hanya menguasai
materi dakwah tetapi harus memahami karakteristik mad’u. Psikologi dakwah
membantu para da’i memahami latar belakang hidup naluri manusia sebagai makhluk
individual maupun makhluk sosial. Dengan pemahaman tersebut para da’i akan
mampu menghitung, mengendalikan serta mengarahkan perkembangan modernisasi
masyarakat terhadap pengaruh teknologi modern yang positif.
2. HUBUNGAN
ANTARA OBJEK PEMBAHASAN PSIKOLOGI DAN DAKWAH
Psikologi
dakwah merupakan psikologi terapan maka ruang lingkup pembahasannya pun berada
dalam proses kegiatan dakwah dimana sasarannya adalah manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Dan melibatkan sikap dan kepribadian da’i dalam
menghadapi mad’u, yaitu manusia yang mempunyai sikap dan kepribadiaan pula.
Sehingga akan terlihat adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara da’i
dengan mad’u agar terwujudlah suatu rangkaian proses komunikasi yang berupa
motivasi dakwah yang disampaikan oleh da’i dengan sikap dan kepribadiaannya ke
arah mad’u, yaitu manusia melalui proses belajar sehingga timbul perubahan
sikap dan tingkah laku berupa pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan
terhadap ajaran agama.[10]
Dalam
melaksanakan proses dakwah akan menghadapi berbagai keragaman dalam berbagai
hal, seperti pikiran-pikiran, pengalaman, kepribadian atau watak, dan
lain-lain. Keragaman tersebut akan memberikan corak dalam menerima pesan dakwah
karena itulah untuk mengefektifkan seorang da’i ketika penyampaikan pesan
dakwah kepada mad’u diperlukan memahami segi psikologis dan mempelajari
tentang kejiwaan seseorang. Pengembangan psikologi dakwah melalui
penganalisisan tentang aspek hidup kejiwaan sosial juga menjadi dasar yang
sangat penting untuk diterapkan dalam proses kegiatan dakwah di mana da’i dan
mad’u merupakan faktor yang terlibat didalamnya.
Dengan
psikologi maka proses dakwah yakni mempengaruhi watak dan membentuk akhlakul
kharimah. Sehingga melahirkan manusia yang berakhlak sesuai dengan ajaran
Islam. karena sebenarnya dakwah adalah suatu proses pembentukan watak atau
kepribadian manusia. Oleh karena itu, harus menempuh pendekatan psikologi agar
tujuan dakwah dapat tercapai.[11]
Setiap
ilmu pengetahuan selau memiliki objek material maupun formal. Objek material
ilmu psikologi dakwah lebih menekankan pada aspek psikologisnya yang memiliki
kesamaan seperti halnya objek psikologi pada umumnya. Namun disisi lain
pembahasannya ditekankan pada aspek dakwah maka objek psikologi dakwah sama
dengan objek yang menjadi pokok pembahasannya dalam ilmu dakwah.[12]
Dalam
psikologi dakwah selain membahas tentang kegiatan rohaniah manusia dilihat dari
aspek individualitasnya juga menganalisis kegiatan rohaniah manusia dilihat
dari aspek sosialitasnya. Kedua aspek tersebut, terlihat dalam proses kegiatan
dakwah dimana psikologi dakwah memberikan petunjuk dan pengertian tentang
situasi dan kondisi kejiwaan objek tersebut.[13]
Psikologi
dan dakwah yang memiliki kaitan yang sama mengenai jiwa manusia. Dalam Islam
juga telah terdapat konsep sendiri tentang manusia serta unsur-unsurnya
sehingga islam dan jiwa saling berkaitan.
BAB III
PENEUTUP
KESIMPULAN
Dari
penjabaran makalah kami diatas mengenai objek pembahasan psikologi dakwah dapat
kami simpulkan:
Dalam
objek pembahasan psikologi dakwah terbagi menjadi dua, yaitu objek material
yang membahas mengenai realitas kehidupan manusia sebagai makhluk yang berjiwa
dan berketuhanan sesuai dengan ajaran Islam (Al-Qur’an dan Hadis). Pada objek
formal, yaitu membahas secara khusus mengenai gejala-gejala perilaku kejiwaan
manusia yang berhubungan dengan proses dakwah untuk beramar ma’ruf nahi munkar
agar menuju ke jalan Allah.
Psikologi
dan ilmu dakwah memiliki hubungan yang sangat erat sebab objeknya sama-sama
membahas mengenai manusia. Dalam hal ini adalah gejala-gejala perilaku kejiwaan
dan kepribadiaanya, baik manusia sebagai individual maupun sosial. Sehingga
dengan melihat dari segi psikologisnya maka dalam proses dakwah dapat dicapai
suatu tujuan secara efektif.
Saran
Dengan
adanya wawasan tentang psikologi dakwah maka da’i bisa mengetahui seberapa
berhasilnya proses dakwah sehingga direspon oleh mad’unya. Dan ketika dalam
proses dakwah da’i sudah dapat menentukan metode, media yang dipandang cocok
dengan mad’u yang akan dihadapinya. Kegiatan dakwah ini dapat berlangsung
lancar dan baik, diperlukan pengetahuan tentang psikologi dakwah. Karena
kegiatan dakwah pada dasarnya merupakan kegiatan penyampaian informasi dari
seseorang kepada orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad
Mubarok, Psikologi Dakwah, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999.
Enjang
dan Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, Bandung: Widya Padjadjaran, 2009.
Jamaluddin
Kafie, Psikologi Dakwah, Surabaya: Offset INDAH, 1993.
M.
Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Penganatar Studi, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
M.
Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: ARKOLA, 1994.
[1]
Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Offset INDAH, 1993), h. 67.
[2]
M Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: ARKOLA, 1994), h. 531.
[3]
Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999, cet. I), h.
3.
[4]
M Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Penganatar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004,
cet.VI), h. 10.
[5]
Enjang dan Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Widya Padjadjaran,
2009), h. 28-29.
[6]
M Arifin, op.cit.,h. 14-15.
[7]
Enjang dan Aliyudin, op.cit., h. 27.
[8]
Jamaluddin Kafie, loc.cit., h. 6-7.
[9]
M Arifin, op.cit., h. 16.
[10]
Ibid., h. 17.
[11]
Jamaluddin Kafie, op.cit., h. 69.
[12]
Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2209,
cet. II), h. 10.
[13]
Ibid., h. 34-35
No comments:
Post a Comment