MENU

Sunday, May 3, 2015

Makalah
HUMAN RELATIONS TEORI DAN PRAKTEK
Tugas untuk memenuhi Mata Kuliah
HUMAN RELATIONS




 oleh;








ADE PUTRA SETIAWANSYAH            (411307110)












PROGRAM  KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRRY
BANDA ACEH
2015






Assalam mu’alaikum wr. wb.
Segala puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT karena dengan karunia-Nya yang telah membimbing manusia dengan petunjuk-petunjuk-Nya, sebagaimana terkandung dalam Al-qur’an dan Al-hadist, petunjuk menuju kejalan yang lurus dan jalan yang ridhoi-Nya dan kami bersyukur kepada-Nya yang telah memudahkan kami dalam menyelesaikan makalah ini yang berjudul     “HUMANS RELATIONS TEORI DAN PRATEK”
Shalawat berserta salam dihanturkan pada kejunjungan Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya yang setia mengorbankan jiwa raga dan lainnya untuk tegaknya syi’ar islam, yang pengaruh dan manfaatnya hingga kini masih terasa..
Akan tetapi didalam makalah kami ini, kami menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam menyusun makalah  ini, oleh karena itu kami mengahrapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini, kami ucapkan terimakasih.

Wassalam mu’alaikum wr. wb.


Banda Aceh, 29 APRIL 2015

Pemakalah






BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Pengertian Human relations.

Tidaklah mudah untuk mencari sebuah kata dalam bahasa Indonesia yang benar-benar tepat sebagai terjemahan dari istilah human relations. Ada yang menerjemahkan menjadi hubungan manusia dan ada pula yang mengalih bahasakan menjadi hubungan antarmanusia. Memang, secara harfiah terjemahan human relations adalah hubungan antarmanusia. Kendati tidak salah, tetapi terjemahan ini tidak mengandung makna human relations yang sebenarnya, sebab titik berat human relations adalah “human”-nya atau manusianya. Baik pada istilah hubungan manusia maupun hubungan antar manusia tidak terdapat ciri hakiki human relations.
Ciri hakiki bukan dalam human relations bukan human (manusia) dalam pengertian wujud manusia (human being), melainkan dalam makna proses rohaniah yang tertuju kepada kebahagiaan, berdasarkan atas watak, sifat perangai, kepribadian sifat tingkah laku. dan berbagai aspek kejiwaan lainnya yang terdapat dalam diri manusia. Dengan kata lain, faktor manusia dalam relations ini bukan dalam wujudnya, melainkan sifat-sifat, watak, tingkah laku, atau aspek psikis lainnya pada diri manusia.
Dengan demikian terjemahan yang paling mendekati makna dan maksud human relations adalah hubungan manusiawi atau hubungan insani.
Sifat hubungan dalam human relations tidak seperti orang berkomunikasi biasa, bukan hanya merupakan penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain, melainkan hubungan antara orang-orang yang berkomunikasi itu mengandung unsur-unsur kejiwaan yang amat mendalam.
Ditinjau dari ilmu komunikasi, hubungan manusiawi itu termasuk ke dalam komunikasi antarpersona (interpersonal communication) sebab berlangsung pada umumnya antara dua orang secara dialogis. Dikatakan bahwa hubungan manusiawi itu komunikasi karena sifatnya action oriented, mengandung kegiatan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang.
Komunikasi antarpribadi yang manusiawi berarti komunikasi yang telah memasuki tahap psikologis yang komunikator dan komunikannya saling memahami pikiran, perasaan dan melakukan tindakan bersama. Ini juga berarti bahwa apabila kita hendak menciptakan suatu komunikasi yang penuh dengan keakraban yang didahului oleh pertukaran informasi tentang identitas dan masalah pribadi yang bersifat sosial.

 Ruang Lingkup Human relations

Berdasarkan lingkupan human relations terdapat dua pengertian yakni human relations dalam arti luas dan human relations dalam arti sempit.

1.Human relations dalam arti luas
Human relations dalam arti luas adalah interaksi antarmanusia yang biasanya bersifat komunikasi persuasif yang dilakukan oleh  seorang kepada orang lain secara tatap muka, dalam semua situasi atau semua bidang kehidupan sehingga menimbulkan kebahagiaan dan kepuasaan hati. Dengan demikian, human relations dalam arti luas dapat terjadi di mana saja, seperti di rumah, di jalanan, dalam kendaraan, dan lain-lain di mana setiap dapat melakukannya dengan komunikasi yang baik sehingga saling memuaskan individu yang terlibat di dalamnya.

2.Human relations dalam arti sempit
Human relations dalam arti sempit adalah komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam situasi kerja dan dalam organisasi kekaryaan atau dalam suatu kegiatan dengan tujuan untuk menggugah, menggairahkan, atau membangkitkan semangat kerja sama yang produktif dengan perasaan bahagia dan puas hati.  Contohnya komunikasi kekaryaan antara orang perorangan dalam struktur organisasi formal, perusahaan, termasuk komunikasi antara mahasiswa dengan warga masyarakat dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata,

B.      RUMUSAN MASALAH
1.      Apa Itu Human Relations Sebagai Kegiatan Komunikasi ?
2.      Apa itu Komunikasi Persuasif ?
3.      Apa itu Homophily Dan Heterophily ?


C.      TUJUAN
1.       Mengetahui Apa Itu Human Relations Sebagai Kegiatan Komunikasi.
2.       Mengetahui Apa Itu Komunikasi Persuasif.
3.       Mengetahui Apa Itu Homophily Dan Heterphily.



BAB II
PEMBAHASAN
HUMAN RELATIONS TEORI DAN PRAKTEK
A.      HUMAN RELATIONS SEBAGAI KEGIATAN KOMUNIKASI

Pada awal bab telah dipaparkan secara agak luas mengenai komunikasi menajeman. Dan pada bab lainnya juga telah disinggung bahwa human relations adalah komunikasi persuasif secara tatap muka.
            Jadi para manejer dapat. Perlu seyogyanya melakukan human relations , baik kepada khalayak ataupun pablik didalam organisasi (external public). Selain dalam hubungan dalam tugas pekerjaan, juga diluar tugas pekerjaan.
            Dengan orang-orang yang berbeda dalam organisasi, jelasnya para karyawan, human relations perlu dilaksanakan untuk meniadakan gangguan sebagai akibat salah komunikasi atau salah interprestasi. Lebih-lebih untuk menghilangkan frustasi  terutama frustasi agresif, serta menggugah kegairahan dan kegiatan kerja, sehingga timbul kerjasama yang lebih produktif dari pada yang sudah-sudah dengan perasaan bahagia dan puas hati.
            Tetapi d iluar tugas pekerjaan pun, para manejer, baik manejer tingkat tinggi, tingkat menengah maupun tingkat rendah, serta seluruh pegawai sepantasnya  senantiasa melakukan human relations dengan siapapun, selain dengan orang-orang yang ada sangkut pautnya dengan organisasi, juga dengan meraka yang tidak ada hubungannya. Human relations ini dilaksanakan dalam kumpulan olahraga, kesenian, keagamaan, dan lingkungan hidup lainnya; di upacara perayaan, di konperensi, di seminar dan pergaulan lainnya; di restoran, di stasiun, kerata api, di pesawat terbang, dan perjumpaan lainnhya; singkatnya dimana saja ketika berhubungan dengan siapa saja. Ini semua layaknya dilakukan demi citra organisasi yang diwakilinya. Tindakan seorang manejer atau karyawan yang etis dan manusiawi terhadap khalayak diluar organisasi akan menjaga nama baik, bahkan mengharumkan nama organisasi yang diwakilinya.

B.      KOMUNIKASI PERSUASIF

Human relations dalam arti sempit atau dalam manajemen adalah komunikasi persuasif secara tatap muka untuk menggugah kegairahan dan kegiatan bekerja dengan semangat kerja sama yang produktif dengan perasaan bahagia dan puas hati pada kedua belah pihak, baik manajer maupun karyawan dan atau orang lain yang ada hubungannya dengan organisasi.
Komunikasi yang berlangsung dalam kegiatan human relations adalah komunikasi antar persona (interpersonal communication), karena komunikasi bentuk ini sifatnya dialogis, maka prosesnya secara timbal balik. Ini berarti bahwa komunikator dalam hal ini si manajer mengetahui efek komunikasinya pada saat itu juga, umpan balik atau feed back terjadi ketika itu.
Memang manajer yang bermaksud melakukan human relations harus melaksanakannya dalam bentuk komunikasi antar persona, sebab kalau ia menggunakan bentuk komunikasi kelompok atau komunikasi bermedia, lebih-lebih lagi bila memakai media massa, maka ia tidak akan memahami frame of reference komunikan secara menyeluruh. [1]Wilbur Schramm dalam karyanya Communican research in the united states, menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan komunikator cocok dengan frame of reference, yakni paduan pengalaman dan pengertian yang pernah diperoleh komunikan. Frame of reference atau kerangka acuan, ini melibatkan nilai-nilai keagamaan, kebudayaan, pendidikan, dan lain sebagainya yang pernah dialami seseorang. Menurut Schramm bidang pengalaman field of experience merupakan factor yang penting dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar, sebaliknya bilamana tidak sama akan terdapat kesulitan untuk mengerti satu sama lain. Kesukaran ini akan dijumpai pada situasi komunikasi. Misalnya jika seseorang berkomunikasi dengan orang lain yang kebudayaannya berbeda dengan kebudayaan dia.

C.      HOMOPHILY DAN HETEROPHILY
Homophily ialah derajat pasangan komunikator-komunikan yang sama dalam ciri-ciri tertentu, seperti kepercayaan, pendidikan atau status social. Sedangkan heterophily ialah derajat pasangan komunikator-komunikan yang tidak sama dalam ciri-ciri tertentu. Lalu kini timbul pertanyaan : untuk melakukan human relations, bagaimana mungkin seorang karyawan yang antara keduanya terdapat heterophily atau ketidaksamaan dalam frame of referencenya?
[2]Menurut Everett M. Rogers dan Dilp K. Bhowmik, situasi komunikasi yang heterephilous, seperti itu dapat ditembus dengan kemampuan empathic, pihak manajer sebagai komunikator.
Empathy adalah kemampuan seseorang untu memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Ini berarti bahwa apabila komunikasi mengetahui bagaimana perasaan komunikan dan bisa merasakan apa yang dirasakan komunikan tersebut, maka mungkin sekali komunikator dapat menyampaikan pesan yang tepat kepadanya. Jika manajer mempunyai emphaty yang dalam dengan karyawan yang heterophilous maka kedua-keduanya benar berada dalam keadaan homophilous dalam pengertian sosio-psikologis.
Menurut joseph A. Devito,[3] empati berarti seperasaan dengan seseorang, berempati dengan orang lain adalah merasakan apa yang dirasakan oleh orang tersebut. Dalam dari pada itu, bersimpati berarti mempunyai suatu perasaan terhadap seseorang, misalnya merasa kasihan. Dijelaskan lebih jauh oleh Devito bahwa jika kita bisa berempati dengan seseorang, maka kita berada dalam posisi mengerti dari mana ia datang, di mana dia sekarang, dan hendak ke mana dia pergi. Juga kecil kemungkinan bagi kita untuk menilai sikap atau tingkah lakunya sebagai hal yang benar atau salah. Dari paparan diatas jelas bahwa bagi manajer untuk melakukan komunikasi persuasif manusiawi kepada karyawan yang heterphilous harus didasari kemampuan berempati.
Komunikasi persuasif terjadi apabila komunikasi efektif. Bagaimanakah komunikasi efektif itu? Stewart L. tubbs dan Sylvia moss [4]dalam bukunya “ komunikasi antarpersonal efektif apabila perangsang yang diprakasai dan dimaksudkan oleh komunikator amat cocok dengan perangsang yang dirasakan dan ditanggapi oleh komunikan
            Lebih jauh efektivitas komunikasi tersebut oleh kedua pengarang tadi dijelaskan dengan penghitungan persamaan.  Jika kita cantumkan G bagi komunikator yang membangkitkan tanggapan dan P untuk komunikan yang merasakan tanggapan tersebut, maka komunikasi akan merupakan keseluruhan yang lengkap apabila tanggapan yang G maksudkan dengan tanggapan yang P berikan identik.
 =1
Tetapi menurut tubbs dan moss, kita jarang mencapai nilai 1, yakni saling menyampaikan makna secara sempurna; kita hanya dapat mendekatinya. Semakin besar kecocokan antara makna yang kita maksudkan dengan tanggapan yang kita terima, berarti semakin efektif komunikasi kita.
            Jadi jelas bahwa komunikasi persuasif harus efektif, yang berarti harus menimbulkan efek. Efek, menurut Ronald L. applbaum, et. Al., “apa yang terjadi pada komunikan sebagai akibat dari dampak stimuli atau pesan. Dalam kominkasi persuasif efeknya harus merupakan dampak dalam bentuk perubahan sikap, opini, dan tindakan atau tingkah laku yang timbul ddari kesadaran komunikan, sebab komunikasi persuasif lain dengan komunikasi informatif dan beda pula dengan komunikasi koersif.
Komunikasi Informatif, Koersif & Persuasif
1.         Komunikasi Informatif (Informative Communication) ialah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan sesuatu. Disini komunikator tidak mengharapkan efek apa-apa dari komunikan, semata-mata hanya agar komunikan tahu saja. Bahwa kemudian efeknya ada, apakah itu positif ataukah negative komunikator tidak mempersoalkannya, tapi sudah tentu ia mengharapkan efek positif.
2.         Komunikasi Koersif (Coercive communication) adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan ancaman atau sanksi untuk merubah sikap, opini atau tingkah laku. Dalam organisasi komunikasi koersif dalam hal-hal tertentu dilakukan juga oleh manajer, misalnya mengadakan peraturan tertulis yang berlaku untuk kelompok karyawan tertentu atau semua karyawan. Peraturan mengandung ancaman atau sanksi yang apabila dilanggar akan menimbulkan akibat tertentu pada pihak pelanggar.
3.         Komunikasi Persuasif (Persuasive Communication) adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain agar berubah sikapnya, opininya dan tingkah lakunya dengan kesadaran sendiri. Istilah Persuasi, berarti membujuk atau merayu. Jadi komunikasi persuasive adalah komunikasi yang mengandung bujukan atau rayuan.
Antara komunikasi koersif dengan komunikasi persuasive terdapat kesamaan, yakni berusaha agar seseorang berubah sikapnya, opininya dan tingkah lakunya, sehingga ia melakukan tindakan atau kegiatan tertentu. Bedanya ialah pada komunikasi koersif si komunikator melakukan tindakan atau kegiatannya itu secara terpaksa dikarenakan takut sanksi, sedangkan pada komunikasi persuasive dengan kesadaran sendiri. Human relations, sebagaimana telah disinggung di muka adalah komunikasi persuasive manusiawi, yang berarti bahwa manajer sebagai komunikator dalam menyampaikan pesannya secara etis dan empatik yang mendalam, sehingga karyawan sebagai komunikan dengan penuh kesadaran disertai rasa bahagia dan puas hatinya melakukan apa yang diinginkan oleh manajer.


Daftar pustaka
Onong Uchjana Efendy Prof. Drs. M. A penerbit mandar maju, bandung, 1993.
Poedjawijatna, prof . I.R., filsafat tingkah laku, cetakan ke empat, penerbit bina aksara, jakarta1982
Winardi, Dr.  S.E manejemen, terjemahan dari George R. terry, principles of management, penerbit alumni. Bandung 1979.



[1] Wilbur Schramm, human communication rasional concepts 1981, hal 43.
[2] Menurut Everett M. Rogers dan Dilp K. Bhowmik, “ homophily, public opinion quarterly, winter, 1970-1971, hal 535
[3] joseph A. Devito, communicology: harper & row, publishers, new York London,1978, hal 267.
[4] Stewart L. tubbs dan Sylvia moss, human communication, An interpersonal perspective, rondom house, new York, 1974, hal 9.

2 comments: