MENU

Tuesday, May 5, 2015

MEDIA DAKWAH RASULULLAH


Dakwah artinya adalah seruan, ajakan, atau panggilan, mendakwahkan suatu keyakinan
Dakwah islamiyah artinya menyampaikan seruan islam, mengajak dan memanggil umat manusia agar menerima dan mempercayai keyakinan dan pandangan hidup.
Tidak diragukan lagi bahwa berdakwah dengan sikap mulia mempunyai pengaruh besar terhadap audiens. Sikap mulia ini akan mendorong audiens banyak berfikir dan merenung sehingga tidak mustahil ia mendapat mengubah jalan hidupnya (dari jalan sesat pada jalan yang lurus). Nabi saw adalah manusia teladan yang mempunyai sikap-sikap mulia, sebagaimana ditegaskan Allah SWT dalam firmannya Q.S. Al-Ahzab : 21
a.      Berdakwah secara sembunyi (sirriyah)
Seperti yang diketahui dalam sejarah, kota makkah pada saat sebelum datangnya islam merupakan pusat kegiatan bangsa Arab. Disanalah terdapat ka’bah dan benda-benda lain. Seperti patung yang dapat dijadikan sarana dan objek peribadatan mereka upacara-upacara ritual yang berupa kemusyrikan sudah menjadi tradisi yang kuat dalam masyarakat.
Untuk mengubah semua itu bukanlkah hal yang mudah ia memerlukan orang yang mempunyai kepribadian yang tangguh dan bersikap bijak atau dengan kata lain orang-orang yang benar-benar telah mendapatkan hikmah dari Allah SWT. Sebagaimana firmannya, dalam surat  Al-Baqarah: 268
 Artinya: “”
Rasulullah saw memulai dakwahnya dengan sembunyi-sembunyi yang dimulai dari orang-orang terdekat. Dari keluarga sahabat dan orang-orang baik yang dikenalnya…mereka mengetahui bahwa Nabi adalah seorang yang baik dan jujur. Karena itu ajakan beliau mendapat ajakan positif dari mereka-mereka yang menerimanya. Mereka ini dikenal dengan sebagai (As sabiqun Al-Awwalun). Generasi pertama yang masuk Islam orang pertama masuk islam.
Dengan cara sembunyi-sembunyi Nabi Acapkah berkumpul dengan mereka guna memberi ajaran dan bimbingan tentang islam. Strategi dasar rasulullah pada saat itu adalah melakukan pembinaan aqidah sebagai landasan yang kuat sebagai yang dapat membentengi mereka dari serangan kaum kafir. Beliau sering berkumpul dengan mereka ditempat-tempat yang sekiranya tidak dapat ketahui kaum kafir.
Adapun tempat yang dijadikan sebagi tempat peribadatan antara rasul dan para pengikutnya adalah ditempatnya atau dirumahnya Arqam bin Abil Arqam Al-Makhzumi yang sering dijadikan tempat pertemuan rahasia tersebut. Ditempat inilah nabi saw mengajarkan ajaran islam kepada para pengikutnya. Selain dirumah Arqam Nabi juga sering bertemu dengan mereka dirumah para sahabat yang lain antara lain dikediaman sa’id bin zaid. Namun rumah Arqam dipilih nabi sebagai basis utama dari gerakan dakwahnya. Dengan dakwahnya seperti yang demikian ditempuh dengan lama tiga tahun.
Pada fase ini terbentuklah komunikasi kaum beriman atas dasar persaudaraan, tolong-menolong, saling menyampaikan risalah dan mengatur posisi. Ketika hamzah bin Abdul Muthalib paman Nabi dan sebagian pemuka Quraisy, termasuk Umar Bin Khatab masuk Islam, maka bertambah kuatlah barisan umat Islam. Ketika itu turunlah ayat. Ketika itu turunlah Q.S. Al-Hijr: 94-96.
Ayat diatas menunjukkan bahwa Allah swt telah menunjukkan hikmah kepada Nabinya yang mulia. Allah memerintahkan Nabi agar tidak lagi menyampaikan dakwah dengan cara sembunyi-sembunyi melainkan dengan terang-terangan.
Setelah posisi atau barisan umat Islam kuat, barulah Allah memerintahkan rasulnya untuk berdakwah secara terang-terangan. Hal ini tentu saja mendapat perlawanan dan pertentangan dari kaum quraisy seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya oleh umat islam.
b.      Berdakwah Secara Terang-Terangan
Mula-mula Allah memerintahkan nabi agar berdakwah dilingkungan terdekat. Firmannya Q.S. Asy-Syura : 214-216.
Rasulullah memerintahkan perintah tersebut dengan sikap tindakan yang bijak Allah memuji kebijakan keberanian dan keikhlasan beliau dalam berdakwah dijalannya.
Beliau mengecam perbuatan syirik dan pelakunya serta merendahkan mereka hingga hari kiamat. Diantara sikap-sikap bijak beliau adalah sebagai berikut;
1.      Keberanian beliau ketika berseru dibukit safa
Ibnu Abbas dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim mengisahkan bahwa ketika turun ayat ayat wa andzir ‘asyirataqul aqrabain(lihat ayat diatas) Nabi kemudian naik kebukit safa dan berseru “wahai Bani Fahr! Wahai bani ‘Ady!”. Ketiak mendengar seruan itu hamper semua orang dari dua kelompok pemuka quraisy tersebut berkumpul. Didalam kelompok tersebut terdapat Abu lahab dan pembesar Quraisy lainnya. Setelah semuanya berkumpul, nabi bertanya kepada mereka, “bagaimana pendapat kalian seandainya aku katakana bahwa ada seekor kuda dibalik bukit yang ingin mengubah nasib kalian, apakah kalian akan membenarkan aku?” mereka menjawab, “ya kami tidak pernah melihat engkau berdusta.” Selanjutnya beliau berkata “sungguh akan aku beri peringatan kepada kalian tentang siksa yang sangat pedih!”. Mendengar ucapan beliau, lalu Abu Lahab berkata “celakalah engkau ya Muhammad! Apakah hanya untuk mendengar ocehanmu ini engkau kumpulkan kami ketempat ini?”. Dari peristiwa ini, turunlah surat Al-Lahab : 1-2



No comments:

Post a Comment