Dakwah artinya adalah seruan, ajakan, atau
panggilan, mendakwahkan suatu keyakinan
Dakwah islamiyah
artinya menyampaikan seruan islam, mengajak dan memanggil umat manusia agar
menerima dan mempercayai keyakinan dan pandangan hidup.
Tidak diragukan
lagi bahwa berdakwah dengan sikap mulia mempunyai pengaruh besar terhadap
audiens. Sikap mulia ini akan mendorong audiens banyak berfikir dan merenung
sehingga tidak mustahil ia mendapat mengubah jalan hidupnya (dari jalan sesat
pada jalan yang lurus). Nabi saw adalah manusia teladan yang mempunyai
sikap-sikap mulia, sebagaimana ditegaskan Allah SWT dalam firmannya Q.S.
Al-Ahzab : 21
a.
Berdakwah secara sembunyi (sirriyah)
Seperti yang
diketahui dalam sejarah, kota makkah pada saat sebelum datangnya islam
merupakan pusat kegiatan bangsa Arab. Disanalah terdapat ka’bah dan benda-benda
lain. Seperti patung yang dapat dijadikan sarana dan objek peribadatan mereka
upacara-upacara ritual yang berupa kemusyrikan sudah menjadi tradisi yang kuat
dalam masyarakat.
Untuk mengubah
semua itu bukanlkah hal yang mudah ia memerlukan orang yang mempunyai
kepribadian yang tangguh dan bersikap bijak atau dengan kata lain orang-orang
yang benar-benar telah mendapatkan hikmah dari Allah SWT. Sebagaimana
firmannya, dalam surat Al-Baqarah: 268
Artinya: “”
Rasulullah saw
memulai dakwahnya dengan sembunyi-sembunyi yang dimulai dari orang-orang
terdekat. Dari keluarga sahabat dan orang-orang baik yang dikenalnya…mereka
mengetahui bahwa Nabi adalah seorang yang baik dan jujur. Karena itu ajakan
beliau mendapat ajakan positif dari mereka-mereka yang menerimanya. Mereka ini
dikenal dengan sebagai (As sabiqun Al-Awwalun). Generasi pertama yang masuk
Islam orang pertama masuk islam.
Dengan cara
sembunyi-sembunyi Nabi Acapkah berkumpul dengan mereka guna memberi ajaran dan
bimbingan tentang islam. Strategi dasar rasulullah pada saat itu adalah
melakukan pembinaan aqidah sebagai landasan yang kuat sebagai yang dapat
membentengi mereka dari serangan kaum kafir. Beliau sering berkumpul dengan
mereka ditempat-tempat yang sekiranya tidak dapat ketahui kaum kafir.
Adapun tempat
yang dijadikan sebagi tempat peribadatan antara rasul dan para pengikutnya
adalah ditempatnya atau dirumahnya Arqam bin Abil Arqam Al-Makhzumi yang sering
dijadikan tempat pertemuan rahasia tersebut. Ditempat inilah nabi saw
mengajarkan ajaran islam kepada para pengikutnya. Selain dirumah Arqam Nabi
juga sering bertemu dengan mereka dirumah para sahabat yang lain antara lain
dikediaman sa’id bin zaid. Namun rumah Arqam dipilih nabi sebagai basis utama
dari gerakan dakwahnya. Dengan dakwahnya seperti yang demikian ditempuh dengan
lama tiga tahun.
Pada fase ini
terbentuklah komunikasi kaum beriman atas dasar persaudaraan, tolong-menolong,
saling menyampaikan risalah dan mengatur posisi. Ketika hamzah bin Abdul
Muthalib paman Nabi dan sebagian pemuka Quraisy, termasuk Umar Bin Khatab masuk
Islam, maka bertambah kuatlah barisan umat Islam. Ketika itu turunlah ayat.
Ketika itu turunlah Q.S. Al-Hijr: 94-96.
Ayat diatas
menunjukkan bahwa Allah swt telah menunjukkan hikmah kepada Nabinya yang mulia.
Allah memerintahkan Nabi agar tidak lagi menyampaikan dakwah dengan cara
sembunyi-sembunyi melainkan dengan terang-terangan.
Setelah posisi
atau barisan umat Islam kuat, barulah Allah memerintahkan rasulnya untuk
berdakwah secara terang-terangan. Hal ini tentu saja mendapat perlawanan dan
pertentangan dari kaum quraisy seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya oleh
umat islam.
b.
Berdakwah Secara Terang-Terangan
Mula-mula Allah memerintahkan
nabi agar berdakwah dilingkungan terdekat. Firmannya Q.S. Asy-Syura : 214-216.
Rasulullah
memerintahkan perintah tersebut dengan sikap tindakan yang bijak Allah memuji
kebijakan keberanian dan keikhlasan beliau dalam berdakwah dijalannya.
Beliau mengecam
perbuatan syirik dan pelakunya serta merendahkan mereka hingga hari kiamat.
Diantara sikap-sikap bijak beliau adalah sebagai berikut;
1.
Keberanian
beliau ketika berseru dibukit safa
Ibnu Abbas dalam
hadis riwayat Bukhari dan Muslim mengisahkan bahwa ketika turun ayat ayat wa
andzir ‘asyirataqul aqrabain(lihat ayat diatas) Nabi kemudian naik kebukit safa
dan berseru “wahai Bani Fahr! Wahai bani ‘Ady!”. Ketiak mendengar seruan itu
hamper semua orang dari dua kelompok pemuka quraisy tersebut berkumpul. Didalam
kelompok tersebut terdapat Abu lahab dan pembesar Quraisy lainnya. Setelah
semuanya berkumpul, nabi bertanya kepada mereka, “bagaimana pendapat kalian
seandainya aku katakana bahwa ada seekor kuda dibalik bukit yang ingin mengubah
nasib kalian, apakah kalian akan membenarkan aku?” mereka menjawab, “ya kami
tidak pernah melihat engkau berdusta.” Selanjutnya beliau berkata “sungguh akan
aku beri peringatan kepada kalian tentang siksa yang sangat pedih!”. Mendengar
ucapan beliau, lalu Abu Lahab berkata “celakalah engkau ya Muhammad! Apakah
hanya untuk mendengar ocehanmu ini engkau kumpulkan kami ketempat ini?”. Dari
peristiwa ini, turunlah surat Al-Lahab : 1-2
No comments:
Post a Comment